Find Us On Social Media :

Kedudukan Selat Muria yang Menjadi Pelabuhan Kerajaan Demak Saat Itu

By Afif Khoirul M, Kamis, 25 Januari 2024 | 08:30 WIB

Ilustrasi - Kedudukan selat Muria yang menjadi pelabuhan Kerajaan Demak saat itu

Intisari-online.com - Selat Muria adalah sebuah selat yang dulu pernah ada untuk menghubungkan antara Pulau Jawa dan Pulau Muria.

Bagaimana kedudukan selat Muria yang menjadi pelabuhan Kerajaan Demak saat itu ?

Selat ini menjadi salah satu kawasan perdagangan yang ramai pada zaman Kerajaan Demak, yang berdiri sekitar abad ke-15 hingga ke-16 Masehi.

Namun, sekitar tahun 1657, selat ini menghilang karena endapan-endapan sungai yang bermuara di sana terbawa laut dan menyebabkan selat ini semakin dangkal.

Selat Muria sebagai Jalur Transportasi dan Perdagangan

Pada abad ke-17 M, Selat Muria merupakan salah satu jalur transportasi yang sangat masif digunakan oleh masyarakat dalam melakukan kegiatan perdagangan.

Selat ini bahkan berhasil menjadikan Kota Demak sebagai pelabuhan yang sangat ramai untuk melakukan kegiatan perdagangan.

Di tepi Selat Muria terdapat pelabuhan-pelabuhan perdagangan yang menjual berbagai komoditas, seperti kain tradisional dari Jepara, garam dan terasi dari Juwana, dan beras dari wilayah pedalaman Pulau Jawa dan Pulau Muria.

Selain itu, Selat Muria juga dijadikan lokasi untuk galangan-galangan kapal yang memproduksi kapal Jung Jawa berbahan kayu jati yang banyak ditemukan di Pegunungan Kendeng, yang berada di bagian selatan selat.

Selat Muria juga menjadi jalur komunikasi dan penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.

Para ulama dan pedagang Islam yang datang dari luar negeri, seperti Gujarat, Persia, dan Arab, sering berlabuh di pelabuhan-pelabuhan di Selat Muria untuk menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat setempat.

Baca Juga: Lokasi dan Sumber Sejarah Kerajaan Kutai yang Berdiri pada 400 Masehi

Kerajaan Demak sendiri dikenal sebagai kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa yang memiliki pengaruh besar dalam perkembangan Islam di Indonesia.

Sebab-sebab Kemunduran Selat Muria

Selat Muria mengalami kemunduran karena beberapa sebab, antara lain:

- Konflik politik antara Kerajaan Demak dengan Kerajaan Pajang yang menyebabkan perpindahan pusat perdagangan dari Selat Muria ke Pelabuhan Sunda Kelapa di Jakarta.

- Penjajahan Belanda yang menguasai jalur perdagangan di Nusantara dan mengalihkan arus perdagangan dari Selat Muria ke Batavia (Jakarta).

- Endapan-endapan dari sungai-sungai yang bermuara di Selat Muria yang perlahan-lahan terbawa laut dan menyebabkan selat ini semakin dangkal sehingga kapal-kapal besar tidak dapat berlabuh di sana.

Akibatnya, Selat Muria akhirnya menghilang dan menjadi daratan.

Saat ini, sisa-sisa dari Selat Muria bisa dilihat di Sungai Kalilondo yang terbentang dari Juwana timur hingga ke Ketanjung barat.

Selain itu, hilangnya Selat Muria juga menyebabkan terbentuknya sungai-sungai, seperti Sungai Silugunggo yang melintasi Kabupaten Pati, Jawa Tengah. 

Kesimpulan

Selat Muria adalah sebuah selat yang dulu menjadi jalur transportasi dan perdagangan yang penting bagi Kerajaan Demak.

Selat ini juga menjadi sarana penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.

Namun, selat ini mengalami kemunduran dan akhirnya menghilang karena faktor-faktor politik, ekonomi, dan alam.

Baca Juga: Peran Selat Malaka Dalam Jaringan Perdagangan Kerajaan Hindu-Budha di Nusantara

Selat Muria merupakan salah satu warisan sejarah yang menunjukkan kejayaan dan peradaban Kerajaan Demak di masa lampau.

Demikian artikel bagaimana kedudukan selat Muria yang menjadi pelabuhan Kerajaan Demak saat itu.