Intisari-online.com - Selat Malaka adalah perairan yang terletak di antara Pulau Sumatera dan Semenanjung Melayu.
Lantas, apa peran Selat Malaka dalam jaringan perdagangan Kerajaan Hindu Budha di Nusantara.
Selat ini memiliki peran strategis dalam jaringan perdagangan kerajaan Hindu-Budha di Nusantara, karena menghubungkan antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Selat ini juga menjadi jalur utama dari Jalur Sutera, yaitu jalur perdagangan internasional kuno dari peradaban China yang menghubungkan wilayah barat dan timur.
Sejak abad pertama Masehi, Selat Malaka sudah dipergunakan sebagai jalur pelayaran dan perdagangan antara India dan China Selatan serta bangsa-bangsa yang mendiami dataran Asia Tenggara, salah satunya di kepulauan Indonesia.
Banyak pedagang-pedagang dari berbagai negara, seperti India, Persia, Arab, Yunani, Romawi, dan lain-lain, yang melintasi Selat Malaka untuk menuju ke Nusantara atau sebaliknya.
Salah satu kerajaan Hindu-Budha yang memanfaatkan Selat Malaka sebagai jalur perdagangan adalah Kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan ini berdiri sekitar abad ke-7 Masehi di Sumatera Selatan dan menguasai sebagian besar wilayah Nusantara.
Sriwijaya menjadi pusat perdagangan dan penyebaran agama Buddha di Asia Tenggara.
Sriwijaya juga menjalin hubungan dagang dan diplomatik dengan China, India, Kamboja, dan Thailand.
Sebagai penguasa Selat Malaka, Sriwijaya merasa berhak untuk menarik pajak dari pedagang-pedagang yang melintasi selat tersebut.
Baca Juga: Mengapa Selat Malaka Menjadi Ramai Perdagangan dan Menjadi Tempat yang Strategis untuk Perdagangan?
Pajak ini menjadi sumber pendapatan utama bagi Sriwijaya.
Selain itu, Sriwijaya juga memperoleh berbagai macam barang dagangan, seperti rempah-rempah, emas, perak, perunggu, sutra, kain, keramik, kuda, gajah, dan lain-lain.
Barang-barang ini kemudian dijual kembali ke negara-negara lain dengan harga yang lebih tinggi.
Selat Malaka juga berperan dalam pertukaran kebudayaan antara Nusantara dan negara-negara lain.
Banyak pedagang-pedagang yang menetap di Nusantara dan menikah dengan penduduk setempat.
Mereka juga membawa serta agama, bahasa, seni, sastra, dan teknologi dari negara asal mereka.
Hal ini menyebabkan kehidupan masyarakat di daerah-daerah pesisir Nusantara tampak lebih dinamis dan maju dibandingkan dengan daerah pedalaman.
Namun, Selat Malaka juga menjadi sumber konflik antara kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Banyak kerajaan yang berusaha merebut pengaruh dan kekuasaan atas Selat Malaka dari Sriwijaya.
Salah satu kerajaan yang berhasil mengalahkan Sriwijaya adalah Kerajaan Cola dari India Selatan.
Kerajaan ini menyerang Sriwijaya dua kali, pada tahun 1017 dan 1025, karena merasa tidak puas dengan pajak yang ditarik oleh Sriwijaya.
Baca Juga: Kuasai Selat Malaka, Inilah Tujuan Utama Perdagangan Kerajaan Sriwijaya
Setelah Sriwijaya runtuh, Selat Malaka berganti-ganti penguasa, antara lain Kerajaan Samudra Pasai, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Malaka, Kerajaan Aceh, dan Kerajaan Mataram.
Selat Malaka tetap menjadi jalur perdagangan yang ramai dan penting hingga masa kolonialisme dan kemerdekaan Indonesia.
Demikianlah,Peran Selat Malaka Dalam Jaringan Perdagangan Kerajaan Hindu-Budha di Nusantara.