Find Us On Social Media :

29 Tokohnya Dicoret Jadi Caleg PPP Saat Pemilu 1982, NU Mantap Tinggalkan Politik Praktis Dan Kembali Ke Khittah 1926

By Moh. Habib Asyhad, Kamis, 18 Januari 2024 | 20:17 WIB

Di sekitar Pemilu 1982, ketika NU memutuskan keluar dari politik praktis dan kembali ke khittah 1926.

Ditambah lagi tingkat inflasi yang tinggi membuat rakyat kesulitan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Di masa Demokrasi Terpimpin itu pemerintah memutuskan menyerbu Irian (kini Papua), yang ketika itu masih dikuasai Belanda.

Selain itu, pemerintah juga bertikai dengan Malaysia yang ketika itu dituduh sebagai negara boneka Inggris yang dianggap sebagai bagian dari kelompok penjajah.

Kedua kampanye militer itu berdampak terhadap situasi politik di dalam negeri.

Ketegangan situasi politik di dalam negeri mencapai puncak setelah terjadi peristiwa Gerakan 30 September 1965.

Suksesi pemerintahan pun terjadi, dari Bung Karno ke Pak Harto, dari Orde Lama ke Orde Baru.

Di awal-awal, NU mulanya berharap Orde Baru bisa membuat mereka meningkatkan peran politik.

Tapi justru pada masa Orde Baru peran partai politik dibatasi sehingga akhirnya berujung kepada demokrasi semu.

Selain itu, Golongan Karya (Golkar) yang saat itu bukan partai politik mendapat dukungan dari pemerintah.

Ditambah lagi pemberian kursi bagi fraksi ABRI di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) membuat peran partai politik lain semakin terpinggirkan.

Pemerintahan Presiden Suharto saat itu juga menggagas penyatuan partai politi atau fusi usai Pemilu kedua yakni pada 1971.

Setelah melalui perundingan intensif, empat partai Islam yaitu NU, Parmusi, PSII dan Perti sepakat melakukan fusi dan dituangkan dalam deklarasi tanggal 5 Januari 1973.