Find Us On Social Media :

Daftar Kerajaan Islam di Sulawesi yang Tercatat Dalam Sejarah Nusantara

By Afif Khoirul M, Senin, 8 Januari 2024 | 14:45 WIB

Ilustrasi - Kerajaan Islam di Sulawesi (Foto: Kerajaan Gowa-Tallo).

Intisari-online.com - Sulawesi adalah salah satu pulau besar di Indonesia yang memiliki sejarah panjang dan kaya.

Sejak abad ke-15 Masehi, Sulawesi telah menjadi tempat berkembangnya beberapa kerajaan bercorak Islam yang dipengaruhi oleh para pedagang Muslim dari Timur Tengah, India, Cina, atau Melayu.

Kerajaan-kerajaan Islam di Sulawesi tidak hanya berperan dalam bidang politik, tetapi juga budaya, ekonomi, dan agama.

Berikut ini adalah daftar kerajaan Islam di Sulawesi yang tercatat dalam sejarah Nusantara:

Kesultanan Gowa-Tallo

Kesultanan Gowa-Tallo adalah gabungan dari dua kerajaan yang sebelumnya beragama Hindu-Buddha, yaitu Gowa dan Tallo.

Kerajaan ini berlokasi di Sulawesi Selatan dan menjadi salah satu kerajaan Islam pertama di Sulawesi.

Pada tahun 1605 M, kedua raja dari Gowa dan Tallo, yaitu Karaeng Matoaya dan I Mallombasi Daeng Mattawang, resmi memeluk Islam dan mengubah status kerajaan mereka menjadi kesultanan.

Kesultanan Gowa-Tallo kemudian berkembang menjadi kerajaan maritim yang kuat dan berpengaruh di kawasan timur Indonesia.

Kesultanan ini juga terkenal dengan sosok Sultan Hasanuddin, yang dikenal sebagai Ayam Jantan dari Timur, karena perlawanannya terhadap penjajah Belanda atau VOC.

Perjuangan Sultan Hasanuddin berakhir dengan Perjanjian Bongaya pada tahun 1667 M, yang membatasi wilayah dan kekuasaan Kesultanan Gowa-Tallo.

Baca Juga: Mengenal Kerajaan Pajajaran, Kerajaan Hindu di Tatar Pasundan yang Didirikan oleh Sri Jayabhupati

Kesultanan Bone

Kesultanan Bone adalah kerajaan yang berlokasi di Sulawesi Selatan yang awalnya beragama animisme.

Kerajaan ini mulai mengenal Islam sejak masa pemerintahan We Tenriputtu pada tahun 1602-1611 M, yang menjadi mualaf setelah bertemu dengan Sultan Alauddin dari Kesultanan Gowa.

Islam baru resmi menjadi agama Kesultanan Bone pada masa pemerintahan La Tenripale pada tahun 1616-1631 M, yang merupakan putra dari We Tenriputtu.

Kesultanan Bone kemudian menjadi salah satu kerajaan Islam terbesar di Sulawesi, yang sering bersaing dengan Kesultanan Gowa-Tallo.

Kesultanan Bone mencapai masa jayanya pada tahun 1667-1669 M, setelah Perang Makassar, yang membuat Kesultanan Gowa-Tallo melemah.

Namun, pada tahun 1905 M, Kesultanan Bone ditaklukkan oleh Belanda dan menjadi bagian dari Hindia Belanda.

Kesultanan Buton

Kesultanan Buton adalah kerajaan yang berlokasi di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara, yang awalnya beragama Hindu-Buddha.

Kerajaan ini mulai beralih ke Islam sejak masa pemerintahan Lakilaponto pada tahun 1491-1537 M, yang merupakan raja pertama yang memeluk Islam.

Lakilaponto mendapat pengaruh Islam dari seorang ulama bernama Syaikh Abdul Wahid, yang tinggal di Buton.

Baca Juga: Jalur Rempah Kerajaan Sriwijaya: Penguasa Lautan dan Perdagangan Rempah di Asia Tenggara

Kesultanan Buton kemudian menjadi salah satu kerajaan Islam yang berperan dalam penyebaran Islam di wilayah timur Indonesia, terutama di Maluku dan Papua.

Kesultanan Buton juga dikenal dengan sistem pemerintahannya yang unik, yaitu sistem rotasi antara empat wangsa, yaitu Wangsa Batakapura, Wangsa Ciacia, Wangsa Wolio, dan Wangsa Mole.

Kerajaan Wajo

Kerajaan Wajo adalah kerajaan yang berlokasi di Sulawesi Selatan yang awalnya beragama Hindu-Buddha.

Kerajaan ini mulai memeluk Islam sejak masa pemerintahan La Patau pada tahun 1605-1625 M, yang merupakan raja pertama yang beragama Islam.

La Patau mendapat pengaruh Islam dari seorang ulama bernama Datuk ri Bandang, yang berasal dari Minangkabau.

Kerajaan Wajo kemudian menjadi salah satu kerajaan Islam yang berperan dalam perdagangan dan diplomasi di kawasan timur Indonesia.

Kerajaan Wajo juga dikenal dengan sistem pemerintahannya yang demokratis, yaitu sistem musyawarah antara raja, bangsawan, dan rakyat.

Demikian artikel yang saya buat dengan judul Daftar Kerajaan Islam di Sulawesi yang Tercatat Dalam Sejarah Nusantara.