Find Us On Social Media :

Benar-benar Heroik, Begini Cara Kru Japan Airlines Selamatkan 379 Nyawa Dalam Waktu 90 Detik Padahal Pesawat Hangus

By Moh. Habib Asyhad, Kamis, 4 Januari 2024 | 21:17 WIB

Kru pesawat Japan Airlines yang mengalami kecelakaan dahsyat berhasil menyelamatkan 379 nyawa dari dalam pesawat dalam waktu 90 detik.

Sementara itu Desmond Ross, direktur pelaksana konsultan penerbangan dan transportasi udara Ireland Pegasus Aviation Advisors memaparkan, ada syarat sertifikasi keselamatan global bagi produsen pesawat untuk membuktikan penumpang dapat dievakuasi dalam waktu kurang dari 90 detik meski dalam tekanan.

Aturan ini berlaku untuk semua pesawat termasuk yang berukuran lebih besar seperti Airbus A380, pesawat penumpang terbesar di dunia.

“Pramugari di pesawat melakukan pekerjaan luar biasa dalam membuka pintu dan mengarahkan penumpang ke pintu. Waktu itulah yang sulit karena orang-orang biasanya akan berlari ke bawah perosotan, bukannya meluncur ke bawah,” kata Ross di program World Tonight-nya CNA pada Selasa (2/1/2024).

“Tetapi sungguh luar biasa mereka mampu melakukannya tanpa luka berat,” sambungnya

Geoffrey Thomas, pemimpin redaksi situs keselamatan penerbangan Airlineratings.com berujar kepada CNA Asia Tonight, pesawat harus memiliki sertifikasi untuk mengevakuasi semua penumpang dalam 90 detik meski hanya dengan separuh perosotan darurat.

Faktor tingkat asap di kabin

Ross menambahkan, material modern di pesawat juga berperan menyelamatkan penumpang.

Ia menjelaskan, pesawat-pesawat generasi sebelumnya kerap menggunakan bahan yang mudah terbakar seperti di jok.

Namun, foto-foto kecelakaan Japan Airlines terbakar di Bandara Haneda menunjukkan beberapa bagian pesawat masih utuh meski hangus.

“Sebenarnya dari banyak kecelakaan, penumpang sering kali selamat dari kecelakaan kemudian meninggal karena menghirup asap dari pembakaran material di pesawat."

“Jadi sudah banyak upaya selama bertahun-tahun untuk menghilangkan bahan apa pun yang dapat menyebabkan asap beracun,” imbuh Ross.

Pruchnicki juga sepakat bahwa jumlah asap yang relatif rendah di kabin berperan besar membantu semua orang di pesawat bertahan hidup.