Intisari-online.com - Pada akhir November 1945, Kota Bekasi menjadi saksi bisu dari salah satu pertempuran paling heroik dan berdarah dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah.
Saat itu, tentara Inggris yang berada di bawah komando Panglima Tertinggi Sekutu di Indonesia, Letnan Jenderal Philip Christison, menyerang Kota Bekasi dengan pesawat tempur dan tank.
Dengan Tujuan sebagai balas dendam atas insiden jatuhnya pesawat Dakota milik mereka di Cakung, yang menyebabkan 25 tentara Inggris ditawan dan dibunuh oleh para pejuang Indonesia.
Insiden yang memicu pertempuran Bekasi 1945 terjadi pada 23 November 1945, ketika pesawat Dakota yang membawa 25 tentara Inggris mendarat darurat di wilayah Rawa Gatel, Cakung, yang saat itu masih masuk wilayah Bekasi.
Para penumpang pesawat yang panik menembak ke arah penduduk yang ingin membantu mereka, sehingga menimbulkan kemarahan para pejuang yang berada di sekitar lokasi.
Para pejuang kemudian mengepung pesawat dan menawan para tentara Inggris, serta membawa mereka ke tangsi polisi Bekasi.
Pihak Sekutu yang mendengar berita penyanderaan ini langsung mengirimkan pasukan untuk mengecek keadaan di lokasi jatuhnya pesawat.
Namun, mereka disambut dengan serangan dari para pejuang yang menggunakan senjata api, bambu runcing, parang, dan pedang.
Pertempuran singkat pun terjadi, yang mengakibatkan puluhan korban dari pihak pejuang dan satu tewas dari pihak Inggris.
Berita ini sampai ke telinga Letjen Christison, yang marah besar dan menuntut para tahanan dibebaskan dan dikembalikan ke Jakarta.
Namun, pihak Indonesia tidak bisa memenuhi tuntutan itu, karena ternyata para tahanan sudah meninggal dunia, entah karena penyiksaan atau bunuh diri.
Presiden Soekarno yang mendengar hal ini langsung datang ke Bekasi dan melihat kondisi secara langsung.
Setelah mendengar penjelasan dari para pejuang, Soekarno pergi tanpa memberikan perintah apa pun.
Pertempuran
Pada 29 November 1945, pihak Sekutu mulai mengerahkan kekuatan penuh untuk menyerang Kota Bekasi.
Mereka membawa pesawat tempur, tank, kendaraan lapis baja, dan ribuan tentara yang bersenjata lengkap.
Mereka juga membawa jerigen berisi minyak, yang digunakan untuk membakar rumah-rumah warga.
Para pejuang Bekasi yang sudah mendengar akan adanya serangan itu lebih dahulu meninggalkan rumah mereka dan bersembunyi di tempat-tempat strategis, seperti di sekitar jembatan, sungai, dan hutan.
Mereka bersiap-siap untuk melakukan perlawanan dengan segala persenjataan yang mereka miliki, meskipun tidak sebanding dengan kekuatan musuh.
Serangan Sekutu dimulai sekitar pukul 10.00 WIB, dengan mengebom Kota Bekasi dari udara.
Bom-bom yang dilepaskan dari pesawat-pesawat tempur menghancurkan banyak bangunan dan menewaskan banyak warga sipil yang tidak sempat mengungsi.
Setelah itu, pasukan darat Sekutu mulai memasuki Kota Bekasi dari arah barat, timur, dan selatan, dengan didukung oleh tank dan kendaraan lapis baja.
Para pejuang Bekasi yang berada di pos-pos pertahanan mereka tidak tinggal diam. Mereka melepaskan tembakan, melempar granat, dan menusuk dengan bambu runcing, parang, dan pedang.
Mereka juga memanfaatkan keadaan alam, seperti sungai, rawa, dan hutan, untuk mengelabui dan menyerang musuh dari belakang.
Pertempuran sengit pun terjadi di berbagai titik, seperti di Jembatan Sasak Kapuk, Pondok Ungu, Jembatan Cakung, Jembatan Cipinang, Jembatan Kali Bekasi, dan Jembatan Kali Malang.
Baca Juga: Dibagi 2, Inilah Pengertian Sejarah Secara Etimologi Dan Terminilogi
Salah satu pertempuran yang paling dramatis terjadi di Jembatan Kali Bekasi, yang menjadi pintu masuk utama Kota Bekasi dari arah barat.
Di sana, para pejuang yang dipimpin oleh KH Noer Ali, seorang ulama dan tokoh pergerakan yang karismatik, berhasil menghentikan laju tank-tank musuh dengan meledakkan jembatan menggunakan dinamit.
Para pejuang juga berani mendekati tank-tank musuh dan melemparkan granat ke dalamnya, atau menusuk lubang ventilasi dengan bambu runcing.
Pertempuran di Bekasi berlangsung selama beberapa jam, hingga menjelang sore. Pihak Sekutu akhirnya berhasil menguasai Kota Bekasi, setelah menghancurkan dan membakar hampir seluruh bangunan di sana.
Namun, mereka juga mengalami kerugian yang besar, baik dari segi personel maupun materiil. Diperkirakan, sekitar 300 tentara Inggris tewas dalam pertempuran itu, sementara para pejuang Bekasi kehilangan sekitar 500 orang.
Pertempuran Bekasi 1945 menjadi salah satu peristiwa yang menunjukkan semangat juang dan pengorbanan para pejuang Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan.
Meskipun kalah jumlah dan persenjataan, mereka tidak gentar menghadapi musuh yang jauh lebih kuat dan modern.
Mereka juga tidak takut mati demi membela tanah air dan bangsa.
Pertempuran Bekasi 1945 juga menjadi inspirasi bagi banyak seniman dan sastrawan untuk menciptakan karya-karya yang menggambarkan heroisme dan tragedi yang terjadi di sana.
Beberapa contoh karya yang terkenal adalah puisi Krawang-Bekasi karya Chairil Anwar, lagu Melati di Tapal Batas karya Ismail Marzuki, dan novel Di Tepi Kali Bekasi karya Pramoedya Ananta Toer.
Pertempuran Bekasi 1945 juga meninggalkan bekas-bekas sejarah yang masih bisa dilihat hingga sekarang.
Baca Juga: Contoh Peristiwa Perkembangan Peradaban Islam pada Masa Kejayaan
Salah satunya adalah Monumen Kali Bekasi, yang didirikan di lokasi pertempuran di Jembatan Kali Bekasi.
Monumen ini berbentuk lima bilah bambu runcing yang melambangkan lima unsur kekuatan rakyat, yaitu ulama, pemuda, wanita, buruh, dan tani.
Monumen ini juga menjadi lambang Kota Bekasi, yang menyandang julukan Kota Patriot.
Pertempuran Bekasi 1945 adalah salah satu bukti bahwa bangsa Indonesia tidak pernah menyerah dalam memperjuangkan kemerdekaan.
Meskipun menghadapi berbagai rintangan dan tantangan, mereka tetap berani berjuang dan berkorban demi cita-cita bersama. Semoga kita dapat mengambil pelajaran dan inspirasi dari peristiwa ini, dan menjaga nilai-nilai patriotisme yang telah ditunjukkan oleh para pejuang Bekasi.