Kisah Rombongan Presiden Soekarno Tiba di Yogyakarta 4 Januari 1946 Pemindahan Ibu Kota Indonesia Secara Rahasia Kemudian Dilakukan

Afif Khoirul M

Penulis

Ilustrasi - Rombongan Presiden Soekarno tiba di Yogyakarta.

Intisari-online.com - Pada tanggal 4 Januari 1946, Presiden Republik Indonesia Soekarno dan rombongannya tiba di Yogyakarta dengan menggunakan kereta api.

Mereka melakukan perjalanan dari Jakarta yang sudah tidak aman karena telah diduduki oleh Belanda.

Pemindahan ibu kota Indonesia secara rahasia kemudian dilakukan di Yogyakarta atas izin Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Pakualam VIII.

Pada akhir tahun 1945, situasi di Jakarta semakin kritis.

Tentara Belanda yang bersekutu dengan NICA (Netherlands Indies Civil Administration) terus melakukan serangan dan teror terhadap pemerintah dan rakyat Indonesia.

Soekarno sebagai Presiden RI harus tidur berpindah-pindah tempat untuk menghindari ancaman pembunuhan.

Soekarno menyadari bahwa Jakarta sebagai pusat pemerintahan sudah tidak lagi memenuhi syarat untuk dijadikan ibu kota.

Jakarta terlalu dekat dengan pelabuhan dan bandara yang dikuasai oleh Belanda.

Jakarta juga terlalu padat dan sulit untuk bergerak secara cepat dan rahasia. Soekarno memikirkan alternatif lain untuk ibu kota yang lebih aman dan strategis.

Pilihan jatuh pada Yogyakarta, sebuah kota di Jawa Tengah yang memiliki sejarah dan budaya yang kaya.

Yogyakarta juga memiliki keunggulan geografis, yaitu berada di tengah Pulau Jawa dan dikelilingi oleh pegunungan dan sungai.

Baca Juga: Awalnya Barter, Begini Sejarah Munculnya Uang Dalam Kehidupan Manusia

Yogyakarta juga memiliki keraton yang menjadi simbol kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia.

Pada tanggal 3 Januari 1946, Soekarno menggelar rapat kabinet untuk membahas rencana pemindahan ibu kota ke Yogyakarta.

Rapat kabinet berlangsung di rumah Wakil Presiden Mohammad Hatta di Jalan Proklamasi, Jakarta.

Rapat kabinet memutuskan untuk memindahkan ibu kota ke Yogyakarta secara segera dan rahasia.

Soekarno meminta izin kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Pakualam VIII untuk menggunakan Yogyakarta sebagai ibu kota.

Kedua raja tersebut menyambut baik rencana Soekarno dan memberikan dukungan penuh.

Mereka juga menyiapkan tempat tinggal dan kantor untuk Soekarno dan rombongannya.

Pada malam hari, Soekarno dan rombongannya berangkat menuju Yogyakarta dengan menggunakan kereta api.

Rombongan terdiri dari beberapa pejabat penting, seperti Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, Agus Salim, Amir Sjarifuddin, dan lain-lain.

Rombongan harus berhati-hati karena ada beberapa pos penjagaan Belanda di sepanjang jalur.

Rombongan juga harus berpura-pura sebagai rombongan pengantin untuk mengelabui musuh.

Baca Juga: Kemarahan Soekarno Pernah Membuat Indonesia Hampir Menjadi Pemicu Perang Dunia III

Pada tanggal 4 Januari 1946 dini hari, rombongan tiba di Stasiun Tugu Yogyakarta.

Mereka disambut oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Pakualam VIII beserta para pejabat dan tokoh masyarakat Yogyakarta.

Pemindahan ibu kota ke Yogyakarta merupakan langkah strategis yang dilakukan oleh Soekarno dan pemerintah RI untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Pemindahan ibu kota ke Yogyakarta berlangsung hingga jatuhnya Yogyakarta pada Agresi Militer Belanda II pada tanggal 19 Desember 1948.

Pada saat itu, Soekarno dan sebagian besar pejabat pemerintah ditangkap dan dibuang oleh Belanda.

Artikel Terkait