Peristiwa Karbala Lengkap, Titik Awal Perpecahan Sunni dan Syiah

Ade S

Penulis

Peristiwa Karbala lengkap, dari latar belakang, jalannya pertempuran, hingga dampaknya bagi Islam Sunni dan Syiah. Baca selengkapnya di sini

Intisari-Online.com -Tahukah Anda bagaimana awal mula perpecahan antara Islam Sunni dan Syiah?

Salah satu faktor utamanya adalah peristiwa Karbala, yang melibatkan cucu Nabi Muhammad, Husain bin Ali, dan khalifah Umayyah, Yazid bin Muawiyah.

Dalam artikel ini, kami akan menjelaskan peristiwa Karbala lengkap, dari latar belakang, jalannya pertempuran, hingga dampaknya bagi Islam Sunni dan Syiah.

Latar Belakang Peristiwa Karbala

Melansir Kompas.com, setelah Nabi Muhammad meninggal, umat Muslim berselisih pendapat tentang siapa yang layak menggantikan beliau.

Mayoritas masyarakat akhirnya mengakui khalifah Abu Bakar, yang kemudian digantikan oleh khalifah kedua, Umar bin Khattab.

Namun, ada juga yang berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib, sepupu dan menantu Nabi Muhammad, adalah kandidat yang lebih cocok.

Ketika khalifah ketiga, Utsman bin Affan, terbunuh oleh kelompok oposisi yang tidak senang dengan kepemimpinannya, Ali bin Abi Thalib naik menjadi khalifah selanjutnya.

Namun, Ali bin Abi Thalib juga tewas dan kekuasaannya direbut oleh musuhnya, Muawiyah I.

Pada saat yang bersamaan, kaum Muslim di Kufah segera mengangkat Hasan bin Ali sebagai khalifah berikutnya.

Baca Juga: Berkuasa Di Atas 6.000 Nyawa, Begini Kisah Kontroversi Amangkurat I Yang Disebut Mendalangi Pembantaian Ulama

Untuk mencegah perang lanjutan antara Muawiyah I dan Hasan, kedua pihak sepakat membuat Perjanjian Hasan-Muawiyah.

Salah satu isi perjanjian itu menyebutkan bahwa kekhalifahan akan diserahkan kepada Hasan, jika Muawiyah meninggal lebih dulu.

Namun, Hasan yang sebenarnya lebih muda, malah mati lebih dulu karena keracunan. Akibatnya, pihak Muawiyah menganggap perjanjian itu tidak berlaku.

Muawiyah kemudian berupaya memastikan bahwa putranya, Yazid, akan diakui sebagai khalifah selanjutnya.

Tidak seperti proses pemilihan khalifah sebelumnya, Muawiyah memerintahkan semua pendukungnya untuk bersumpah setia kepada Yazid.

Setelah menjadi khalifah, Yazid menulis surat kepada gubernur Madinah untuk menuntut kesetiaan dari Husain bin Ali, saudara Hasan.

Padahal, banyak masyarakat yang tidak puas dengan pemerintahan Yazid. Husain segera memanfaatkan kesempatan itu untuk merebut kembali kekhalifahan.

Apalagi, ia juga yakin akan mendapat dukungan dari Muslim di Kufah (Irak). Hal ini menjadi penyebab terjadinya Pertempuran Karbala.

Terkepunya Pasukan Husain

Yazid segera mengirim pasukannya, yang diperkirakan berjumlah antara 3.000 hingga 5.000 orang, setelah mengetahui rencana Husain.

Yazid tidak ikut bertempur dan menyerahkan komando perang kepada sepupunya, Ubaidullah bin Ziyad.

Baca Juga: Peristiwa Amul Jamaah, Tonggak Sejarah Berdirinya Daulah Bani Umayyah

Pada 9 September 680 M, Husain berangkat dari Mekah bersama sekitar 100 pendukungnya, yang terdiri dari kerabat dekat Nabi Muhammad, termasuk wanita dan anak-anak.

Di tengah perjalanan, mereka mendengar kabar buruk bahwa Kufah telah dikuasai oleh Yazid.

Namun, para pendukung Husain tidak takut dan tetap melanjutkan perjalanan mereka ke Kufah.

Ketika Husain dan pendukungnya sampai di dataran Karbala, pasukan Umayyah telah menanti dan kemudian mengepung mereka.

Pada hari kesembilan Muharram, pasukan Husain telah kekurangan air dan hanya memiliki pilihan menyerah atau mati.

Sebab, jika tidak menyerah, mereka hampir pasti akan mati karena kalah jumlah.

Husain sebenarnya memberi kebebasan kepada pengikutnya untuk kabur, tetapi mereka tidak mau meninggalkannya.

PerangMeletus

Pada 10 Oktober, perang telah meletus sejak subuh, di mana para pendukung Husain mulai berhadapan dengan musuh.

Meski telah berjuang habis-habisan, kekuatan mereka tetap tidak mampu melawan pasukan Umayyah.

Menjelang siang hari, pendukung Husain banyak yang telah gugur, termasuk anak-anak.

Baca Juga: Sejarah Penyebaran Islam Di Daerah Pesisir Pertama Kali Melalui?

Meski Husain juga telah luka-luka akibat panah, ia masih berusaha bertahan hingga akhirnya tewas karena dipancung.

Pertempuran pun berakhir setelah sekitar 70 orang dari pihak Husain tumbang.

Sementara dari kubu Umayyah, hanya kehilangan sekitar 88 orang dari ribuan pasukannya.

Dampak Besar Pertempuran Karbala

Tragedi kematian Husain bin Ali, yang merupakan cucu Nabi Muhammad, menggemparkan umat Muslim.

Citra Yazid pun semakin jelek, dan Pertempuran Karbala menjadi salah satu alasan Bani Umayyah dapat ditumbangkan sekitar tujuh dekade kemudian dalam peristiwa pemberontakan berdarah.

Sebelum terjadi pertempuran, umat Muslim sebenarnya telah terpecah menjadi dua kelompok politik. Namun, perbedaan syariat dan akidah belum muncul.

Pasca Perang Karbala, perpecahan antara kaum Sunni dan Syiah di seluruh dunia Islam semakin nyata.

Pertempuran ini juga berbeda pengaruhnya terhadap Islam Sunni dan Syiah. Oleh Muslim Syiah, hari ke-10 pada bulan Muharram dalam Kalender Hijriyah kemudian dirayakan sebagai Hari Asyura.

Pertempuran Karbala juga disebut sebagai peristiwa yang menginspirasi Revolusi Islam Iran pada 1978.

Demikianlah penjelasan kami tentang peristiwa Karbala lengkap, yang merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam.Semoga artikel ini dapat memberikan Anda wawasan dan pengetahuan yang bermanfaat.

Baca Juga: Jelaskan Apresiasi Terhadap Tradisi Islam yang Berkembang Di Indonesia

Artikel Terkait