- Januari 1950
Kapten Raymond Westerling, mantan komandan DST, membentuk dan memimpin APRA, sebuah kelompok milisi pro-Belanda yang menolak Republik Indonesia Serikat (RIS) yang dianggap terlalu Jawa-sentris.
Westerling menggunakan nama Ratu Adil, yang dipercaya sebagai sosok pembebas rakyat Indonesia dari penguasa yang zalim.
- 5 Januari 1950
Westerling mengirimkan surat ultimatum kepada RIS, yang berisi tuntutan agar RIS menghormati negara-negara bagian, khususnya Pasundan, dan mengakui APRA sebagai tentara Pasundan.
Surat ultimatum ini menimbulkan kegelisahan di pihak RIS dan Belanda.
Moh. Hatta memberikan perintah untuk menangkap Westerling, dan Jenderal Vreeden merencanakan untuk mengungsikan pasukan RST (Regiment Speciale Troepen), gabungan baret merah dan baret hijau, yang merupakan basis kekuatan APRA.
- 23 Januari 1950
Westerling mempercepat kudetanya, karena mengetahui rencana penangkapan dirinya.
Ia dan sekitar 800 pasukan APRA bergerak dari Cimahi menuju Bandung, dan menyerang markas Divisi Siliwangi, yang hanya dijaga oleh sekitar 100 tentara Siliwangi.
Dalam serangan ini, Letkol Adolf Lembong tewas, dan APRA berhasil menguasai markas Siliwangi.
Baca Juga: Inilah Latar Belakang Munculnya Peristiwa APRA Di Bandung Tahun 1950