Kisah para Para Rabi Israel yang Mendukung Palestina, Apa yang Mereka Katakan dan Apa yang Mereka Lakukan?

Afif Khoirul M

Penulis

Menurut sebuah jajak pendapat tahun 2016, lebih dari separuh warga Israel mendukung kemerdekaan Palestina.

Intisari-online.com - Konflik antara Israel dan Palestina telah berlangsung selama puluhan tahun.

Namun, tidak semua orang Yahudi mendukung kebijakan Israel yang menindas rakyat Palestina.

Ada sekelompok Rabi Yahudi yang menentang Zionisme dan negara Israel, dan malah mendukung perjuangan Palestina untuk meraih kemerdekaan dan kedamaian.

Siapa mereka dan apa motivasi mereka?

Neturei Karta: Yahudi Anti-Zionis

Salah satu kelompok Yahudi yang paling vokal dalam mendukung Palestina adalah Neturei Karta, yang berarti "Penjaga Kota" dalam bahasa Aram.

Neturei Karta adalah sebuah gerakan Yahudi ortodoks yang didirikan pada tahun 1938 di Yerusalem oleh Rabbi Amram Blau dan Rabbi Aharon Katzenelbogen.

Mereka menolak ide Zionisme, yaitu gerakan nasionalis Yahudi yang bertujuan untuk mendirikan negara Yahudi di tanah Palestina.

Neturei Karta berpendapat bahwa Zionisme adalah sebuah bid'ah yang bertentangan dengan ajaran Taurat dan Yudaisme.

Mereka percaya bahwa orang Yahudi hanya boleh kembali ke tanah suci dengan izin Allah, bukan dengan kekerasan atau politik.

Mereka juga menganggap bahwa negara Israel adalah sebuah entitas ilegal yang melanggar hak-hak rakyat Palestina yang asli.

Mereka mengutip ayat-ayat dari Taurat yang melarang orang Yahudi untuk mendirikan negara atau berperang sebelum kedatangan Mesias.

Neturei Karta memiliki anggota sekitar 5.000 orang, yang sebagian besar tinggal di Israel, Amerika Serikat, Inggris, Kanada, dan Belgia.

Baca Juga: Banyak Negara yang Tidak Mengakui Israel sebagai Negara, Apa Dampaknya bagi Hubungan Internasional dan Perdamaian Dunia?

Mereka sering terlibat dalam aksi-aksi solidaritas untuk Palestina, seperti demonstrasi, konferensi, dan pertemuan dengan para pemimpin Palestina.

Mereka juga mengirimkan bantuan kemanusiaan dan bahan-bahan pendidikan untuk rakyat Palestina.

Mereka membawa bendera Palestina dan spanduk-spanduk yang menyatakan dukungan mereka kepada Palestina dan mengecam pengeboman Israel di Gaza.

Yitzhak Rabin: Perdana Menteri Israel yang Pernah Mendukung Perdamaian dengan Palestina

Tidak semua pemimpin Israel bersikap keras terhadap Palestina.

Ada seorang perdana menteri Israel yang pernah berusaha untuk mencapai perdamaian dengan Palestina, yaitu Yitzhak Rabin.

Rabin lahir di Yerusalem pada tahun 1922 dan bergabung dengan Haganah, organisasi paramiliter Yahudi, pada tahun 1941.

Dia berperan penting dalam perang Arab-Israel pada tahun 1948-1949 dan 1967, dan menjadi kepala staf militer Israel pada tahun 1964.

Rabin memulai karir politiknya pada tahun 1973, ketika dia menjadi duta besar Israel di Amerika Serikat.

Dia kemudian menjadi perdana menteri Israel pada tahun 1974, tetapi mengundurkan diri pada tahun 1977 karena terlibat skandal keuangan.

Dia kembali menjadi perdana menteri pada tahun 1992, dan kali ini dia lebih terbuka untuk berdialog dengan Palestina.

Baca Juga: Perjanjian Sykes-Picot, Pembagian Wilayah Israel dan Palestina yang Memicu Konflik Berkepanjangan

Pada tahun 1993, Rabin menandatangani Kesepakatan Oslo, sebuah perjanjian damai sementara dengan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), yang dipimpin oleh Yasser Arafat.

Kesepakatan tersebut mengakui hak Palestina untuk memiliki otonomi di sebagian wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza, dan mengharuskan Israel untuk mundur secara bertahap dari wilayah-wilayah tersebut.

Kesepakatan tersebut juga menetapkan kerangka kerja untuk negosiasi-negosiasi lanjutan tentang isu-isu final, seperti status Yerusalem, pengungsi Palestina, dan perbatasan.

Atas upayanya untuk menciptakan perdamaian di Timur Tengah, Rabin dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1994, bersama dengan Arafat dan Shimon Peres, menteri luar negeri Israel saat itu.

Namun, tidak semua orang di Israel mendukung langkah-langkah Rabin.

Ada kelompok-kelompok Yahudi ekstremis yang menentang kesepakatan Oslo dan menganggap Rabin sebagai pengkhianat.

Pada tanggal 4 November 1995, Rabin dibunuh oleh seorang nasionalis Yahudi bernama Yigal Amir, yang menembaknya di belakang setelah dia menghadiri sebuah rapat umum untuk perdamaian di Tel Aviv.

Para Rabi Israel yang mendukung Palestina adalah mereka yang memiliki pandangan berbeda dengan mayoritas orang Yahudi yang pro-Israel.

Mereka berpegang pada prinsip-prinsip agama, moral, dan kemanusiaan yang menuntut mereka untuk berpihak pada kebenaran dan keadilan.

Mereka berani bersuara dan beraksi untuk Palestina, meskipun harus menghadapi risiko dan tantangan dari pihak-pihak yang menentang mereka.

Mereka adalah contoh nyata dari orang-orang yang berusaha untuk mewujudkan perdamaian dan harmoni di antara umat beragama.

Artikel Terkait