Intsiari-Online.com -Meski terlihat superior, sejatinya Israel punya kelemahan besar yang harusnya bisa dimanfaatkan oleh tentara Hizbullah.
Hal itu disampaikan oleh Jenderal Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Mayor Jenderal Yitzhak Brick.
Dia secara langsung menyatakan kekhawatirannya tentang operasi militer IDF di Jalur Gaza utara.
Dilansir media Israel, kekhawatiran Brick adalah terkaitaktivitas Hamas yang masih terus berlangsung meskipun sudah dibombardir oleh Israel.
“Hamas memindahkan tahanan dari wilayah yang seharusnya berada di bawah kendali tentara di utara Gaza,” kata Brick.
Karena itulah menurutnya, Israel belum sukses menaklukkan Gaza.
Lebih dari itu, meski terus diserang, Hamas, aktanya, masih punya puluhan ribuan pejuang, sementara IDF justru membutuhkan rehabilitasi akibat perang yang berlangsung berhari-hati.
Dia juga bilang bahwa tentaranya tak punya kapasitas untuk memenangi perang di berbagai lini secara bersamaan.
Dengan jantan dia mengakui Israel belum memenangkan apa-apa atas Hamas.
"Angkatan Udara Israel tidak dapat menghentikan satu pun rudal (musuh)," katanya merujuk pada banyaknya teritorial Israel yang dihajar rudal berbagai milisi mulai Hamas di Palestina hingga Hizbullah di Lebanon.
Kita tahu, Israel mulai menyerang Palestina secara membabi buta usai serangan udara yang dilancarkan oleh Hamas pada awal Oktober lalu.
Menurut analisis Brick, jika ingin melakukan invasi, Israel harus mendahuluinya dengan serangan udara.
Dia memperingatkan, jika meratakan rumah dilarang, tentara Israel akan masuk tanpa dukungan (pasukan) udara dan artileri.
"Sehingga akan mengakibatkan lebih banyak korban di pihak kami,” kata Brick.
Media Israel melaporkan pada Minggu (26/11/2023) jika para tawanan Israel yang dibebaskan Hamas, ditahan di bagian utara Jalur Gaza.
Hal ini menjadi catatan penting karena Gaza Utara adalah wilayah utama invasi darat tentara pendudukan Israel yang fokus melalukan bombardemen sejak perang dilancarkan hampir sebulan yang lalu.
Sebelumnya juga pada Minggu, outlet berita Israel mengatakan para tawanan yang dibebaskan oleh Hamas pada Sabtu dipindahkan dari Kota Gaza di hadapan penduduk kota tersebut.
Hal ini menunjukkan kalau selama ini berarti para sandera Israel ditahan di tempat tentara IDF beroperasi.
Hal yang mengerikan bagi IDF adalah, selama ini mereka tidak mampu membebaskan sandera 'di depan' kepala mereka sendiri.
Lebih mengerikan lagi, lokasi mereka beroprasi di Gaza Utara adalah area bercokolnya Hamas yang tidak mereka lihat.
Sementara itu, seorang pejabat keamanan senior di tentara Israel juga menyatakan keprihatinannya mengenai wilayah di Gaza utara yang telah dimasuki militer IDF.
“Meskipun tentara Israel telah menguasai wilayah di Jalur Gaza utara, kehadiran Hamas tetap kuat, terutama dengan jaringan terowongan bawah tanah yang memungkinkan para pejuang untuk tinggal di dalamnya selama beberapa bulan,” kata perwira tersebut.
Mengomentari situasi saat ini di Jalur Gaza, media Israel menyatakan kalau "dari sudut pandang praktis, tentara Israel kalah," dan menambahkan bahwa "ada masalah yang sedang dihadapi pasukan [Israel] di Gaza selama gencatan senjata."
Di antara tantangan-tantangan ini adalah ketidakmampuan untuk melemahkan Hamas meskipun IDF sudah melakukan pemboman besar-besaran, yang diluncurkan bersamaan dengan pengepungan dan blokade total.
Menyusul pengumuman gencatan senjata, media Israel mengatakan pada Senin. "Siapa pun yang berduka atas Hamas harus melihat hari ini; setelah 49 hari bertempur, Hamas telah membuktikan bahwa mereka tetap kuat dan menguasai Gaza."
Adapun Mayor Jenderal Yitzhak Brick, lebih jauh mengungkapkan kelemahan lain dari pertahanan Israel.
Dia mengungkapkan keheranannya atas tidak pecahnya perang dalam konfrontasi baru-baru ini antara milisi perlawanan Lebanon dan pendudukan Israel di perbatasan utara.
Brick berkomentar, saat Hamas menyerang pada 7 Oktober 2023 lewat Operasi Banjir al-Aqsa, Israel dalam posisi sangat rentan di perbatasan.
Unit khusus Hizbullah, Pasukan Radwan, kata dia, akan secara mudah memasuki wilayah Israel di perbatasan.
“Merupakan keajaiban bahwa perang tidak meletus dan Pasukan Radwan tidak masuk pada hari itu,” katanya tentang tanggal 7 Oktober.
Ia mengatakan Pasukan Radwan berpotensi masuk dan mengacak-acak Haifa dan Tabarayya, dua Kota Israel, karena tidak ada pertahanan di front utara.
Pada saat yang sama, katanya, Pasukan Radwan bisa saja menargetkan seluruh infrastruktur.
“(Jika itu terjadi) Pada saat itu, Israel sudah tidak ada lagi,” menganalisis dampak kerusakan jika saat itu Pasukan Radwan benar-benar menyerang.
Brick menyimpulkan dengan menyatakan kalau "Israel" belum bersiap menghadapi perang regional dalam 20 tahun terakhir.
“Ketika ribuan rudal dari Yaman dan Iran mencapai wilayah Israel, kami tidak memiliki kemampuan untuk menghentikannya,” kata dia.