Find Us On Social Media :

Inilah Beberapa Peristiwa Penting Yang Terjadi Sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

By Moh. Habib Asyhad, Kamis, 30 November 2023 | 21:45 WIB

Ada beberapa peristiwa penting yang terjadi sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Salah satunya pengeboman Hiroshima dan Nagasaki.

Intisari-Online.com - Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 tak muncul dari ruang kosong.

Ada beberapa peristiwa penting yang terjadi sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia yang tak bisa dilupakan oleh sejarah.

Apa saja itu?

1. Dibentuknya BPUPKI dan PPKI

2. Pengeboman Hiroshima dan Nagasaki

3. Jepang menyerah kepada Sekutu

4. Peristiwa Rengasdengklok

5. Penyusunan naskah proklamasi

Dibentuknya BPUPKI dan PPKI

Peristiwa pertama adalah pembentukan BPUPKI dan PPKI.

Dalam bahas Jepang, BPUPKI dikenal sebagai Dokuritsu Junbi Cosakai, dibentuk Jepang pada 29 April 1945, bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito.

Ketika itu, Jepang sudah terdesak dalam Perang Asia Pasifik di akhir 1944.

Di sisi lain, rakyat Indonesia pun kian gencar melakukan pemberontakan di berbagai daerah untuk menuntut kemerdekaan.

Dalam kondisi itulah Jepang akhirnya memutuskan memenuhi janji memberikan kemerdekaan kepada rakyat Indonesia dan dibentuklah BPUPKI.

Sejatinya Jepang punya maksud dalam dalam pembentukan BPUPKI.

Yaitu menarik simpati rakyat Indonesia dan mempertahankan sisa-sisa kekuatan mereka.

Tapi rencana itu tidak berjalan dengan baik.

BPUPKI justru serius dan berhasil mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

BPUPKI dibubarkan pada 7 Agustus 1945, Jepang lalu membentuk PPKI, yang tugasnya meneruskan persiapan kemerdekaan Indonesia dan memulai sidang pada 18 Agustus 1945, sehari setelah proklamasi.

Pengeboman Hiroshima dan Nagasaki

Peristiwa yang paling memukul Jepang selama Perang Dunia II adalah pengeboman Hiroshima dan Nagasaki pada 6 Agustus dan 9 Agustus 1945.

Pengeboman itu tentu saja punya imbas terhadap percepatan proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Dua kota penting itu hancur oleh serangan Sekutu sehingga membuat Jepang semakin tak berdaya.

Kekalahan Jepang dari Sekutu pun sudah berada di depan mata.

Kondisi itu tentu saja menguntungkan bagi Indonesia yang merupakan jajahan Jepang.

Sebab, kekalahan Jepang memberi peluang bagi Indonesia untuk segera merdeka.

Jepang menyerah tanpa syarat

Sudah tak ada lagi yang bisa dilakukan Jepang setelah Hiroshima dan Nagasaki dibom kecuali menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.

Tepatnya pada 14 Agustus 1945.

Pernyataan resmi Jepang menyerah kepada Sekutu disampaikan langsung oleh Kaisar Hirohito melalui siaran radio nasional pada 15 Agustus 1945.

Dengan menyerahnya Jepang, Perang Dunia II pun resmi berakhir.

Sementara itu, status Indonesia yang merupakan negara jajahan Jepang, menjadi vacuum of power atau terjadinya kekosongan kekuasaan.

Jepang sebenarnya berusaha mencegah agar berita mereka menyerah kepada Sekutu tidak sampai ke Indonesia.

Namun, salah satu tokoh Indonesia, yakni Sutan Sjahrir, telah mendengar kabar Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.

Sjahrir pun segera menyampaikan kabar tersebut kepada golongan muda yang kemudian bergegas mendesak dua tokoh penting bangsa Indonesia, Soekarno dan Mohammad Hatta, untuk segera memproklamasikan kemerdekaan.

Peristiwa Rengasdengklok

Setelah mendengar kabar Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, golongan muda mendesak proklamasi kemerdekaan Indonesia segera diumumkan.

Namun, golongan tua berpendapat bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia sebaiknya dilakukan secara terstruktur dan mendapatkan pengakuan dari negara lain.

Perbedaan pandangan itu kemudian membuat golongan muda berinisiatif "menculik" Soekarno dan Moh Hatta ke Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945.

Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok demi menjauhkan dua tokoh penting bangsa Indonesia itu dari pengaruh Jepang.

Penculikan Soekarno dan Hatta oleh golongan muda ini disebut sebagai Peristiwa Rengasdengklok.

Setelah satu hari berada di Rengasdengklok, Soekarno dan Hatta akhirnya setuju untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia selambat-lambatnya pada 17 Agustus 1945.

Penyusunan naskah proklamasi

Dari Rengasdengklok, Soekarno dan Hatta dijemput oleh Achmad Soebardjo kemudian dibawa kembali ke Jakarta.

Setibanya di Jakarta, pada dini hari tanggal 17 Agustus 1945, mereka singgah di kediaman Laksamana Tadashi Maeda, untuk merumuskan teks proklamasi.

Penyusunan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia terjadi di ruang makan rumah Laksamana Maeda.

Di sana, Soekarno, Hatta, dan Achmad Soebardjo merumuskan teks proklamasi dengan disaksikan Sukarni, B.M. Diah Sudiro, dan Sayuti Melik.

Perumusan teks proklamasi di rumah Maeda juga disaksikan satu tokoh Jepang, yakni Miyoshi yang merupakan orang kepercayaan Somobuco (kepala pemerintahan umum), Mayor Jenderal Nishimura.

Sementara itu, tokoh-tokoh lain, baik dari golongan tua maupun muda, menunggu di serambi muka rumah Laksamana Maeda. Rumusah teks proklamasi ditulis tangan oleh Soekarno.

Adapun penyusunan konsep teks proklamasi selesai saat menjelang subuh.

Setelah itu, Sayuti Melik menyalin teks dan mengetik naskah proklamasi di mesin ketik milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler yang diambil dari kantor perwakilan Angkatan Laut Jerman.

Teks proklamasi kemerdekaan Indonesia kemudian dibacakan di kediaman Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur, Nomor 56, pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00 pagi.