Find Us On Social Media :

Sosok Cut Nyak Dien, Sang Ratu Aceh yang Ditawan di Babah Krueng Mangi

By Afif Khoirul M, Sabtu, 4 November 2023 | 15:31 WIB

Cut Nyak Dien merupakan salah satu pejuang wanita yang ditakuti oleh Belanda. Sepeninggal suami pertamanya, ia terdorong untuk melanjutkan perjuangan mengusir Belanda dari Aceh.

 

Intisari-online.com - Cut Nyak Dien adalah salah satu pahlawan perempuan Indonesia yang berjuang melawan penjajahan Belanda di Aceh.

Ia lahir pada tahun 1848 di Lampadang, Aceh Besar. Ia merupakan putri dari Teuku Nanta Setia, seorang ulama dan pemimpin Aceh. 

Kemudian ia menikah dengan Teuku Cik Tunong, seorang panglima perang Aceh, pada tahun 1866.

Pada tahun 1873, Belanda memulai perang melawan Aceh dengan menyerang Benteng Kuto Reh, tempat Cut Nyak Dien dan suaminya bertahan.

Dalam pertempuran tersebut, Teuku Cik Tunong gugur sebagai syahid, sedangkan Cut Nyak Dien berhasil melarikan diri bersama putrinya, Cut Gambang.

Ia kemudian menikah lagi dengan Teuku Umar, seorang pejuang Aceh yang juga menjadi panglima perang.

Cut Nyak Dien dan Teuku Umar melanjutkan perlawanan mereka terhadap Belanda dengan melakukan serangan-serangan gerilya.

Mereka juga membangun benteng pertahanan di Beutong Ateuh, Pidie.

Namun, pada tahun 1899, Teuku Umar mengkhianati Cut Nyak Dien dengan berpura-pura menyerah kepada Belanda dan menerima gelar panglima besar Belanda.

Ia kemudian memanfaatkan kepercayaan Belanda untuk mengumpulkan senjata dan pasukan, lalu kembali bergabung dengan Cut Nyak Dien dan melancarkan serangan besar-besaran terhadap Belanda pada tahun 1901.

Sayangnya, Teuku Umar tewas dalam pertempuran tersebut, meninggalkan Cut Nyak Dien sebagai janda untuk kedua kalinya.

Baca Juga: Inilah Sosok Sunan Pakubuwono X, Raja Keraton Solo Yang Dikelilingi 2 Permaisuri Dan 39 Selir

Cut Nyak Dien tidak menyerah dan terus memimpin perlawanan Aceh bersama putranya, Teuku Muhammad Daud, dan putrinya, Cut Gambang.

Ia juga mendapat bantuan dari Panglima Polem, seorang pejuang Aceh yang setia kepadanya.

Namun, pada tahun 1905, Belanda mengirimkan pasukan khusus yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Hendrikus Colijn untuk menangkap Cut Nyak Dien.

Pasukan Belanda berhasil mengepung benteng Cut Nyak Dien di Babah Krueng Mangi, Aceh Utara, dan menangkapnya pada tanggal 26 November 1905.

Penangkapan Cut Nyak Dien oleh Belanda merupakan pukulan besar bagi perlawanan Aceh.

Cut Nyak Dien kemudian dibawa ke Sumedang, Jawa Barat, dan diasingkan di sana.

Ia meninggal pada tahun 1908 karena sakit.

Jenazahnya dimakamkan di Kampung Cikuya, Sumedang.

Cut Nyak Dien adalah sosok yang berani, tangguh, dan pantang menyerah.

Beliau merupakan simbol perjuangan perempuan Indonesia melawan penjajah.

Ia juga merupakan inspirasi bagi banyak generasi bangsa Indonesia.

Cut Nyak Dien layak mendapat penghormatan dan penghargaan sebagai pahlawan nasional Indonesia.