Cut Nyak Dien tidak menyerah dan terus memimpin perlawanan Aceh bersama putranya, Teuku Muhammad Daud, dan putrinya, Cut Gambang.
Ia juga mendapat bantuan dari Panglima Polem, seorang pejuang Aceh yang setia kepadanya.
Namun, pada tahun 1905, Belanda mengirimkan pasukan khusus yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Hendrikus Colijn untuk menangkap Cut Nyak Dien.
Pasukan Belanda berhasil mengepung benteng Cut Nyak Dien di Babah Krueng Mangi, Aceh Utara, dan menangkapnya pada tanggal 26 November 1905.
Penangkapan Cut Nyak Dien oleh Belanda merupakan pukulan besar bagi perlawanan Aceh.
Cut Nyak Dien kemudian dibawa ke Sumedang, Jawa Barat, dan diasingkan di sana.
Ia meninggal pada tahun 1908 karena sakit.
Jenazahnya dimakamkan di Kampung Cikuya, Sumedang.
Cut Nyak Dien adalah sosok yang berani, tangguh, dan pantang menyerah.
Beliau merupakan simbol perjuangan perempuan Indonesia melawan penjajah.
Ia juga merupakan inspirasi bagi banyak generasi bangsa Indonesia.
Cut Nyak Dien layak mendapat penghormatan dan penghargaan sebagai pahlawan nasional Indonesia.