Find Us On Social Media :

Bikin Keki Israel, Begini Sejarah Penggunaan Ikon Semangka Sebagai Simbol Solidaritas Palestina

By Moh. Habib Asyhad, Jumat, 3 November 2023 | 15:17 WIB

Sejarah penggunaan ikon semangka sebagai simbol solidaritas Palestina menghadapi represi otoritas Israel bermula usai Perang Enam Hari 1967.

Sejarah penggunaan ikon semangka sebagai simbol solidaritas Palestina menghadapi represi otoritas Israel bermula usai Perang Enam Hari 1967.

Intisari-Online.com - Setelah tahu arti simbol semangka yang digunakan untuk mendukung Palestina, saatnya kita tahu sejarah penggunannya.

Beginilah sejarah penggunaan gambar semangka sebagai simbol solidaritas internasional dalam mendukung Palestina.

Mengacu pada laporan Time, penggunaan semangka sebagai simbol Palestina--atau simbol solidaritas Palestina--sejatinya bukan hal yang baru.

Gambar buah semangka ini pertama kali muncul setelah Perang Enam Hari pada tahun 1967.

Dalam perang itu, Israel berhasil menguasai Tepi Barat dan Gaza, dan mencaplok Yerusalem Timur.

Ketika itu pemerintah Israel menjadikan pengibaran bendera Palestina di depan umum sebagai pelanggaran pidana di Gaza dan Tepi Barat.

Untuk menghindari larangan tersebut, warga Palestina mulai menggunakan semangka karena, ketika dibelah, buah tersebut memiliki warna nasional bendera Palestina—merah, hitam, putih, dan hijau.

Sepertinya otoritas Israel sadar dengan penggunaan ikon semangka itu.

Menurut seniman Sliman Mansour kepada The National pada 2021 lalu, pejabat Israel pada 1980 menutup pameran di 79 Galeri di Ramallah yang menampilkan karyanya dan karya lainnya, termasuk Nabil Anani dan Issam Badrl.

“Mereka mengatakan kepada kami bahwa mengecat bendera Palestina itu dilarang, tapi warnanya juga dilarang. Maka Issam berkata, ‘Bagaimana jika saya membuat bunga berwarna merah, hijau, hitam dan putih?’, dan petugas itu menjawab dengan marah, ‘Ini akan disita. Bahkan jika Anda mengecat semangka, itu akan disita,’” kata Mansour kepada The National.

Setelah Perjanjian Oslo 1993, Israel akhirnya mau mencabut larangan penggunaan bendera Palestina.

Perjanjian ini mencakup pengakuan timbal balik antara Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina dan merupakan perjanjian formal pertama yang mencoba menyelesaikan konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama beberapa dekade.

Bendera tersebut dianggap mewakili Otoritas Palestina, yang akan mengelola Gaza dan Tepi Barat.

Setelah perjanjian tersebut, New York Times pernah memberitakan peran semangka sebagai simbol selama pelarangan bendera.

“Di Jalur Gaza, di mana para pemuda pernah ditangkap karena membawa irisan semangka—yang menunjukkan warna merah, hitam, dan hijau Palestina—tentara hanya berdiam diri, dengan sikap bosan, saat prosesi berjalan dengan mengibarkan bendera yang pernah dilarang,” tulis jurnalis Times, John. Kifner.

Pada 2007, tepat setelah Intifada Kedua, seniman Khaled Hourani menciptakan Kisah Semangka untuk sebuah buku berjudul Atlas Subjektif Palestina.

Pada 2013, dia mengisolasi satu cetakan dan menamakannya Warna Bendera Palestina, yang kemudian dilihat oleh orang-orang di seluruh dunia.

Penggunaan semangka sebagai simbol muncul kembali pada tahun 2021, menyusul keputusan pengadilan Israel bahwa keluarga Palestina yang tinggal di lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur akan diusir dari rumah mereka untuk dijadikan tempat bagi pemukim.

Menurut laporan Asian News Network, pada Januari 2023, Menteri Keamanan Nasional Israel memberikan wewenang kepada polisi untuk menyita bendera Palestina.

Ada upaya untuk mengubah hal ini menjadi undang-undang tetapi sebelum hal itu bisa terwujud, pemerintah mengalami kolaps.

Pada Juni, Zazim, sebuah organisasi komunitas Arab-Israel, meluncurkan kampanye untuk memprotes penangkapan dan penyitaan bendera.

Gambar semangka terpampang di 16 taksi yang beroperasi di Tel Aviv, dengan teks yang menyertainya:

“Ini bukan bendera Palestina.”

Amal Saad, warga Palestina dari Haifa yang bekerja pada kampanye Zazim, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa mereka memiliki pesan yang jelas:

“Jika Anda ingin menghentikan kami, kami akan mencari cara lain untuk mengekspresikan diri.”

Sejak invasi dimulai, banyak penulis, aktivis, jurnalis, pembuat film, dan pengguna biasa di seluruh dunia telah melaporkan bahwa postingan sosial yang berisi tagar seperti “Bebaskan Palestina” atau “Saya Mendukung Palestina” menerima perbedaan perlakuan dibandingkan postingan mereka yang lain.

Mereka yakin pesan-pesan mereka yang menyatakan dukungan terhadap warga sipil Palestina yang dibunuh oleh pasukan Israel dilarang oleh platform media sosial.

Larangan lain yang juga menghantui adalah ketika platform media sosial secara aktif menyensor akun atau mengurangi jangkauan postingan dan konten tertentu.

Untuk mengatasi blokade informasi X ini, pengguna Instagram dan Facebook sudah mulai menggunakan emoji semangka di nama pengguna, cerita, dan postingan mereka yang menggantikan Palestina.

Sara Jamil, dosen Indus Valley School dan desainer grafis, mengalami hal serupa.

“Akun Instagram saya terus terkena shadowban, yang membuat saya marah dan frustrasi,” katanya.

Dalam upayanya melakukan sesuatu, Jamil membuat karya seni seputar simbol perlawanan dan mempostingnya di Instagram.

Tidak mengherankan, itu mendapat ribuan view.

“Orang-orang akan selalu menemukan cara untuk mengekspresikan diri. Sejauh ini, mereka tidak bisa berbuat banyak," katanya.

"Oleh karena itu, mereka menghubungkan masalah ini melalui tindakan kecil seperti ini."

Media sosial adalah medan pertempuran saat ini, dengan banyak orang yang mencoba memperjuangkan Palestina secara online.

Lewat gerakan tersebut, mereka mencoba menyebarkan kesadaran dan menjaga gerakan ini tetap hidup dengan cara terbaik.

Salah satunya dengan mengadopsi semangka sebagai simbol harapan bagi Palestina.

Itulah sejarah penggunaan ikon semangka sebagai simbol solidaritas terhadap Palestina menghadapi tekanan otoritas Israel.