Find Us On Social Media :

Hamengkubuwono IX dan Pakubuwono XII, Sosok Dua Raja Jawa yang Menjadi Panglima Besar T.K.R

By Afif Khoirul M, Kamis, 2 November 2023 | 18:00 WIB

Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Intisari-online.com - Tentara Keamanan Rakyat (T.K.R.) adalah nama resmi dari pasukan bersenjata Republik Indonesia yang dibentuk pada tanggal 5 Oktober 1945 oleh Presiden Soekarno.

T.K.R. merupakan cikal bakal dari Tentara Nasional Indonesia (T.N.I.) yang bertugas untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari ancaman penjajah Belanda dan sekutunya.

Salah satu keunikan dari T.K.R. adalah adanya Majelis Agung Tentara Keamanan Rakyat (M.A.T.K.R.) yang merupakan lembaga tertinggi yang mengatur dan mengawasi kegiatan T.K.R.. M.A.T.K.R. terdiri dari 12 anggota, termasuk empat raja Jawa yaitu Sultan Hamengkubuwono IX dari Yogyakarta, Sunan Pakubuwono XII dari Surakarta, Mangkunegoro VII dari Mangkunegaran, dan Paku Alam VIII dari Pakualaman.

Keempat raja Jawa ini memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, terutama dalam menghadapi agresi militer Belanda yang berusaha merebut kembali wilayah Indonesia.

Mereka tidak hanya memberikan dukungan moral dan materiil kepada rakyat dan pejuang Indonesia, tetapi juga ikut berperang secara langsung sebagai anggota T.K.R.

Dua di antara mereka, yaitu Hamengkubuwono IX dan Pakubuwono XII, bahkan mendapat gelar Panglima Besar T.K.R. karena jasa-jasa mereka dalam memimpin pasukan T.K.R. di berbagai medan pertempuran. Berikut ini adalah profil singkat dari dua sosok raja Jawa yang menjadi panglima besar T.K.R.:

Hamengkubuwono IX

Hamengkubuwono IX lahir pada tanggal 12 April 1912 dengan nama Raden Mas Dorodjatun.

Ia merupakan putra sulung dari Sultan Hamengkubuwono VIII dan Gusti Kanjeng Ratu Hemas.

Ia naik tahta sebagai Sultan Yogyakarta pada tanggal 18 Maret 1940 menggantikan ayahnya yang wafat.

Hamengkubuwono IX dikenal sebagai sosok yang cerdas, berwawasan luas, dan berjiwa nasionalis.

Ia menempuh pendidikan di ELS (sekolah dasar), MULO (sekolah menengah), AMS (sekolah tinggi), dan Rechtshogeschool (fakultas hukum) di Batavia (Jakarta). Ia juga fasih berbahasa Belanda, Inggris, Prancis, Jerman, dan Arab.