Komoditas yang Sering Diperdagangkan pada Masa Kerajaan Hindu Buddha

Ade S

Penulis

Candi Plaosan di Kabupaten Klaten merupakan wujud akulturasi budaya Hindu dan Buddha peninggalan Kerajaan Mataram Kuno. Artikel berikut ini akan menjelaskan komoditas yang sering diperdagangkan pada masa Kerajaan Hindu Buddha secara lengkap.

Intisari-Online.com -Pada masa Kerajaan Hindu Buddha, Indonesia menjadi bagian dari jalur perdagangan laut antara India dan China.

Jalur perniagaan dan pelayaran dimulai dari China menuju Kalkuta, India, dan melibatkan Selat Malaka.

Namun, bagaimana menjelaskan komoditas yang sering diperdagangkan pada masa Kerajaan Hindu Buddha?

Untuk menjawab pertanyaan tentang komoditas yang sering diperdagangkan pada masa ini, kita perlu memulainya dengan memahami konteks jaringan perdagangan Indonesia saat itu.

Jaringan Perdagangan dan Posisi Indonesia

Dilansir dari Kompas.com, sejak abad ke-5, Indonesia telah menjadi bagian dari jalur perdagangan laut antara India dan China.

Jalur perniagaan dan pelayaran melalui laut dimulai dari China menuju Kalkuta, India, dan melibatkan Selat Malaka.

Setelah mencapai India, jalur ini berlanjut ke Teluk Persia melalui Suriah, kemudian ke Laut Tengah melalui Laut Merah hingga Mesir.

Indonesia, terutama melalui Selat Malaka, terlibat dalam perdagangan rempah-rempah dan memiliki posisi strategis serta sumber daya alam yang berlimpah.

Sebagai salah satu pusat perdagangan penting pada jalur Timur Tengah dan semenanjung Arab, Indonesia menjadi bagian dari jaringan perdagangan dunia saat itu.

Baca Juga: Perkembangan Kehidupan Masyarakat pada Masa Kerajaan Hindu-Buddha

Kepentingan Ekonomi

Pusat-pusat integrasi Nusantara berawal dari penguasaan laut.

Pertumbuhan jalur perdagangan yang melewati lokasi strategis di pinggir pantai memungkinkan munculnya pengendalian politik dan militer oleh para raja-raja di Indonesia.

Jalur perdagangan di Nusantara ditentukan oleh kepentingan ekonomi pada masa-masa tertentu.

Selama masa prakarsa hegemoni, budaya Austronesia di Asia Tenggara Daratan memainkan peran penting.

Kemudian, masa perkembangan Hindu-Buddha di Nusantara serta kekuatan superpower China di bagian utara dan India di bagian barat daya mempengaruhi perkembangan rute perdagangan.

Jalur Sutra

Selat Malaka berperan sebagai pintu gerbang yang menghubungkan pedagang-pedagang China dan India.

Jalur ini dikenal sebagai "jalur sutra" karena China membawa komoditas sutera untuk dijual di wilayah lain.

Ramainya rute pelayaran mendorong timbulnya bandar-bandar penting seperti Samudra Pasai, Malaka, dan Sumatera Utara (dulunya Kota China) di sekitar Selat Malaka.

Kondisi masyarakat di sepanjang Selat Malaka menjadi lebih sejahtera dan terbuka dalam berbagai aspek, termasuk sosial ekonomi dan pengaruh budaya luar.

Baca Juga: Apa yang Menjadi Ciri Khas Kerajaan Majapahit Hingga Jadi Istimewa?

Komoditas yang Sering Diperdagangkan

Selama masa Hindu-Buddha, jaringan perdagangan dan budaya antar bangsa serta penduduk di pulau Indonesia berkembang pesat.

Komoditas penting yang menjadi barang dagang pada saat itu adalah kayu manis, cengkeh, dan pala.

Pertumbuhan jaringan dagang internasional dan antar pulau memperkuat kekuatan politik di Nusantara.

Demikian penjelasankomoditas yang sering diperdagangkan pada masa Kerajaan Hindu Buddha. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan Anda.

Baca Juga: Bagaimana Pengaruh Kebudayaan Hindu-Buddha pada Sistem Keagamaan, Pemerintahan, Sosial, dan Seni Budaya?

Artikel Terkait