Dari Kadipaten Cirebon Hingga Kesultanan Banten: Kisah Perjuangan Sunan Gunung Jati dan Maulana Hasanuddin

Afif Khoirul M

Penulis

Masjid Banten Lama, Desa Karangantu Serang Banten. Artikel ini membahas tentang kehidupan ekonomi Kerajaan Banten, yang sangat bergantung pada perdagangan.

Intisari-online.com - Kerajaan Banten adalah salah satu kerajaan Islam yang pernah berdiri di ujung barat Pulau Jawa.

Kerajaan ini didirikan oleh Maulana Hasanuddin, putra dari Sunan Gunung Jati, yang merupakan salah satu dari Wali Songo atau sembilan penyebar Islam di Nusantara.

Namun, sebelum menjadi kerajaan, Banten adalah sebuah kadipaten yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda.

Kadipaten Banten awalnya dipimpin oleh Pangeran Pucuk Umum, yang merupakan keturunan dari Prabu Siliwangi, raja terakhir Kerajaan Sunda.

Pada tahun 1526, ia meminta bantuan Sunan Gunung Jati untuk menghadapi serangan Portugis yang ingin menguasai pelabuhan Banten.

Sunan Gunung Jati menyanggupi permintaan tersebut dengan syarat Pangeran Pucuk Umum bersedia masuk Islam.

Pangeran Pucuk Umum pun menyetujui syarat tersebut dan berganti nama menjadi Maulana Yusuf.

Dengan bantuan Sunan Gunung Jati, Portugis berhasil dipukul mundur dan pelabuhan Banten tetap berada di tangan Kadipaten Banten.

Sunan Gunung Jati kemudian menyerahkan pemerintahan Banten kepada Maulana Yusuf dan kembali ke Cirebon, tempat ia mendirikan Kesultanan Cirebon.

Maulana Yusuf melanjutkan penyebaran Islam di wilayah Banten dan sekitarnya dengan bimbingan Sunan Gunung Jati.

Pada tahun 1552, Maulana Yusuf meninggal dunia dan digantikan oleh putranya, Maulana Muhammad.

Baca Juga: Kisah Kerajaan Kediri, Kerajaan Hindu yang Berpusat di Daha dan Melahirkan Ramalan Jayabaya

Namun, pada tahun 1568, ia dibunuh oleh saudaranya sendiri, Pangeran Ratu, yang ingin merebut tahta.

Pangeran Ratu kemudian mengangkat dirinya sebagai adipati Banten dengan gelar Pangeran Ratu I.

Pada tahun 1570, Sunan Gunung Jati meninggal dunia dan digantikan oleh putranya yang lain, Maulana Hasanuddin.

Ia tidak terima dengan pembunuhan saudaranya oleh Pangeran Ratu I dan memutuskan untuk membalas dendam.

Ia memimpin pasukan Cirebon untuk menyerang Banten dan berhasil mengalahkan Pangeran Ratu I.

Kemudian mengambil alih pemerintahan Banten dan menyatakan kemerdekaannya dari Kerajaan Sunda.

Maulana Hasanuddin menjadi raja pertama Kerajaan Banten dengan gelar Sultan Hasanuddin.

Ia membangun ibu kota baru di Banten Girang dan memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke Lampung dan Palembang.

Juga menjalin hubungan dagang dengan negara-negara asing seperti Inggris, Belanda, Tiongkok, dan Arab.

Ia dikenal sebagai raja yang adil, bijaksana, dan religius.

Kerajaan Banten mencapai masa keemasannya pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, cucu dari Sultan Hasanuddin.

Baca Juga: Disebut Sebagai Kerajaan Hindu Tertua Di Nusantara, Inilah Silsilah Kerajaan Kutai

Ia berhasil menahan serangan Belanda yang ingin menguasai pelabuhan Banten dan menjadikannya sebagai pusat perdagangan rempah-rempah di Asia Tenggara.

Juga melakukan reformasi administrasi, militer, dan agama di kerajaannya.

Namun, pada akhir abad ke-17, Kerajaan Banten mulai mengalami kemunduran akibat perselisihan internal antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan putranya, Sultan Haji.

Sultan Haji bersekutu dengan Belanda untuk menggulingkan ayahnya dan mengambil alih tahta. Sultan Ageng Tirtayasa akhirnya ditangkap oleh Belanda dan dibuang ke Batavia (sekarang Jakarta).

Sultan Haji menjadi boneka Belanda yang harus tunduk pada kepentingan mereka.

Kerajaan Banten semakin melemah dan terpecah-pecah akibat perlawanan rakyat terhadap Belanda dan perebutan kekuasaan antara keturunan Sultan Haji.

Pada tahun 1808, Belanda secara resmi menghapuskan Kerajaan Banten dan menjadikannya sebagai bagian dari Hindia Belanda.

Kerajaan Banten pun berakhir sebagai salah satu kerajaan Islam terakhir di Nusantara.

Demikianlah artikel tentang sejarah berdirinya Kerajaan Banten.

Artikel Terkait