Find Us On Social Media :

Orang Modern Selalu Bermasalah Dengan Gigi, Ini Jawaban Kenapa Manusia Purba Punya Gigi Yang Rapi Dan Sehat

By Moh. Habib Asyhad, Selasa, 22 Agustus 2023 | 13:44 WIB

Akhirnya terjawab kenapa manusia purba punya struktur gigi yang lebih rapi dan terlihat lebih sehat dibanding manusia modern.

Akhirnya terjawab kenapa manusia purba punya struktur gigi yang lebih rapi dan terlihat lebih sehat dibanding manusia modern.

Intisari-Online.com - Salah satu persoalan kesehatan yang kerap dihadapi manusia modern adalah persoalan gigi.

Ada kalanya giginya tidak sehat, ada kalanya giginya tidak rapi.

Padahal dulu manusia purba dikenal dengan giginya yang rapi.

Pertanyaannya: kenapa manusia purba punya susunan gigi yang rapi?

Bengutk gigi manusia yang rapi bisa kita lacak lewat tengkorak yang ditemukan para arkeolog saat melakukan penggalian di situs-situs bersejarah.

Mereka mengungkapkan, gigi manusia purba tampak rapi.

Temuan bahwa gigi manusia purba tampak rapi mengulik rasa penasaran para ilmuwan.

Padahal di zaman itu, kita tahu bahwa mereka hidup tanpa perawatan gigi seperti kawat gigi, pasta gigi, atau pencabutan gigi bungsu.

Penyempitan rahang

Menurut IFL Science, Rabu (16/8/2023) salah satu faktor yang memengaruhi kesehatan gigi manusia purba yang sempurna adalah bentuk rahang.

Sayangnya, bentuk rahang lebar yang menjadi tumbuhnya gigi-gigi manusia ini makin hari makin mengecil ukurannya.

Hal tersebut membuat gigi yang tumbuh menjadi saling berdekatan dan tidak mendapatkan ruang untuk tumbuh.

Dalam beberapa abad terakhir, impaksi gigi bungsu telan menjadi sangat umum, sebuah indikasi yang jelas bahwa rahang manusia semakin kecil.

American Academy of Oral and Maxillofacial Surgeons memperkirakan bahwa 90 persen orang memiliki setidaknya satu gigi bungsu yang seringkali memerlukan tindakan pencabutan.

Dalam bukunya The Story of the Human Body, ahli biologi evolusi Daniel Lieberman bercerita museum tempatnya bekerja memiliki ribuan tengkorak kuno dari seluruh dunia.

Namun sebagian besar tengkorak dari beberapa ratus tahun terakhir adalah mimpi buruk dokter gigi karena penuh lubang dan infeksi, gigi berjejalan di rahang, dan sekitar seperempatnya memiliki gigi yang berbenturan.

"Sebaliknya, sebagian besar pemburu-pengumpul memiliki kesehatan gigi yang hampir sempurna. Ortodontis dan dokter gigi jarang diperlukan di Zaman Batu," kata Lieberman.

Perubahan pola makan

Jadi mengapa terjadi penyusutan ukuran rahang pada manusia?

Pada 2015, para peneliti mempelajari 292 kerangka manusia yang ditemukan di Levant, Anatolia, dan Eropa yang berusia antara 28.000 hingga 6.000 tahun yang lalu.

Temuan mereka menunjukkan, manusia purba dari komunitas pertanian yang lebih baru memiliki rahang bawah yang lebih kecil (dan berbentuk berbeda) dibandingkan dengan orang-orang pemburu-pengumpul sebelumnya.

Menurut peneliti, temuan itu mencerminkan perubahan radikal dalam pola makan manusia.

Sebelum munculnya pertanian sekitar 12.000 tahun yang lalu, orang makan daging dan tanaman yang tidak dipelihara yang lebih keras dan membutuhkan lebih banyak kunyahan.

Setelah revolusi pertanian ini, manusia memiliki akses yang lebih luas ke makanan seperti sayuran yang mudah dimakan, produk biji-bijian, dan nasi, yang membutuhkan lebih sedikit kekuatan rahang untuk mengunyah.

Lalu di era modern, muncul makanan olahan dan ultra olahan, yang hampir tidak memerlukan aktivitas rahang.

Namun peneliti mencatat jangka waktu evolusi yang sangat singkat membuat mereka ukuran rahang kemungkinan besar tidak bersifat genetik.

Sebaliknya, sebagian besar percaya rahang yang mengecil adalah cerminan dari makanan yang kita makan saat bayi atau selama perkembangan pertumbuhan rahang.

Dampak rahang kecil

Terlepas dari berbagai penyebabnya, dampak rahang kecil berdampak luas pada kesehatan global.

Beberapa ilmuwan pun bahkan mengatakan kita hidup dalam apa yang disebut sebagai epidemi rahang.

Selain masalah gigi, peneliti percaya bahwa rahang yang lebih kecil berdampak pada rongga mulut dan saluran udara kita, mengakibatkan tidur apnea dan mendengkur berlebihan.

Pada gilirannya, lebih banyak orang mengalami kurang tidur, yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, tekanan darah tinggi, depresi, kanker, dan penyakit Alzheimer.

Ilmuwan pun mengusulkan beberapa cara agar epidemi rahang dapat dikurangi.

Mereka percaya, kuncinya adalah membantu mengembangkan rahang bawah yang kuat selama masa kanak-kanak.

"Epidemi rahang sangat serius, tetapi kabar baiknya adalah, kita benar-benar dapat melakukan sesuatu untuk mengatasinya," kata Paul Ehrlich, Profesor Studi Kependudukan Bing di Universitas Stanford.

“Kami akan terus mempelajari penyebab epidemi rahang dan terus menyebarkan berita tentang bagaimana ini adalah kondisi yang sangat dapat dicegah sejak awal kehidupan,” lanjut Ehrlich.

Dalam hal ini perlu kerjasama orang tua dan pengasuh, serta dokter gigi dan ahli ortodontik supaya dapat membantu anak-anak menghindari beberapa masalah kesehatan yang serius di kemudian hari dalam hidup mereka. (Kompas.com)