Find Us On Social Media :

Ternyata Ini Arti Kasus Tali Air Yang Belakangan Viral Di Media Sosial

By Moh. Habib Asyhad, Sabtu, 5 Agustus 2023 | 14:17 WIB

Belakangan ini viral istilah kasus tali air di media sosial, ternyata berkaitan dengan kasus pelecehan seksual dan pemerkosaan terhadap perempuan.

Belakangan ini viral istilah kasus tali air di media sosial, ternyata berkaitan dengan kasus pelecehan seksual dan pemerkosaan terhadap perempuan.

Intisari-Online.com - Belakangan ini di media sosial ramai soal istilah kasus tali air.

Apa arti kasus tali air sendiri?

Mengutip sebuah artikel di Kompas.id yang terbit pada 8 September 2020, istilah tali air jamak ditemukan di kalangan penghuni penjara.

Mereka punya tradisi merajah tubuh dan menganiaya pelaku kasus "tali air".

Tato tali air melambangkan bahwa narapidana itu sebagai narapidana yang hina dan rendah di kalangan pria penghuni penjara.

Masih dari sumber yang sama, kasus tali air adalah kasus kejahatan terhadap perempuan, di antaranya kasus pemerkosaan, pelecehan seksual, perdagangan manusia, kasus menghamili perempuan di luar nikah, dan kekerasan dalam rumah tangga.

Narapidana dengan kasus tali air, selain dihina, direndahkan, dan dilecehkan sesama napi, juga akan sering mendapatkan siksaan di area vital.

Lalu apakah di kalangan narapidana pelaku kasus tali air adalah sosok yang tidak kesatria?

Menurut psikolog Lapas Nusa Kambangan Reni Kusumawardhani tidak juga.

"Pelecehan atau siksaan terhadap seorang napi yang terlibat kasus ’Tali Air’ itu, cuma tindakan rasionalisasi seperti pada teori psikologi tentang mekanisme pertahanan diri," begitu kata Reni di sumber yang sama.

"Kehadiran napi yang terlibat kasus Tali Air membuat kalangan napi lainnya membenarkan kejahatan mereka karena tidak terlibat kasus serupa."

Napi yang merendahkan dan menyiksa napi lain yang terlibat kasus ”Tali Air” itu mendapatkan pendidikan buruk di penjara, yaitu, pembenaran terhadap kejahatan yang mereka lakukan.

”Dengan rasionalisasi seperti itu, pupuslah perasaan bersalah kalangan napi,” ucap Reni.

Peluang menjadi residivis berulang kali menjadi makin terbuka.

Sebagai penanda oleh polisi

Kalangan penyidik Polri yang sudah memiliki ”jam terbang tinggi” dalam memeriksa para penjahat biasanya menandai tato tubuh dan para pelaku kasus ”Tali Air”.

Untuk memastikan seorang penjahat itu residivis atau ”pemain baru”, mereka biasanya bertanya kepada tersangka, apakah mereka memiliki tato tubuh.

Jika memiliki, mereka merajah di mana?

Jika kurang yakin dan untuk memastikan ada tidaknya tato di tubuh yang menjadi bagian dari ”stempel lulusan” penjara tertentu, penyidik akan memeriksa bagian tubuh tersangka.

Hal ini perlu dilakukan karena menyangkut dampak negatif kehadiran residivis terhadap para tersangka lainnya.

Dampak negatif tersebut bisa berupa sosialisasi atau pendidikan kejahatan terhadap tersangka lain, bahkan sampai pada mengajak penghuni tahanan merusak ruang tahanan dan kabur.

Lewat penanda tato, polisi bisa mengantisipasi sejumlah kemungkinan buruk kehadiran residivis di ruang tahanan.