Arti Pranata Mangsa Sebagai Salah Satu Ajaran Dalam Primbon Jawa, Cocok Bagi Yang Punya Profesi Ini

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Pranata mangsa merupakan salah satu ajaran dalam Primbon Jawa,  merupakan aturan waktu yang dipakai oleh nelayan atau petani.
Pranata mangsa merupakan salah satu ajaran dalam Primbon Jawa, merupakan aturan waktu yang dipakai oleh nelayan atau petani.

Pranata mangsa merupakan salah satu ajaran dalam Primbon Jawa, merupakan aturan waktu yang dipakai oleh nelayan atau petani.

Intisari-Online.com -Bagi yang akrab dengan Primbon Jawa, rasanya tidak akan asing dengan istilah Pranata Mangsa.

Pranata Mangsa adalah salah satu ajaran dalam Primbon Jawa.

Ia diartikan sebagai penentuan musim dan merupakan sistem penanggalan pertanian yang lazim digunakan oleh masyarakat Jawa.

Selain petani, yang sering menggunakan pranata mangsa adalah nelayan.

Pranata Mangsa berasal dari kata 'pranata' yang berarti aturan dan 'mangsa' yang berarti masa atau musim.

Secara garis besar, pranata mangsa adalahaturan waktu yang digunakan para petani atau nelayan sebagai penentuan atau mengerjakan sesuatu pekerjaan.

Menurut Kemendikbud.go.id,Kalender Pranata Mangsa disusun berdasarkan pada peredaran matahari.

Kalender ini memiliki 1 siklus (setahun) dengan periode 365 hari atau 366 hari.

Beberapa kalangan menyebutpranata mangsa sebagai kombinasi ilmu dan pengalaman.

Pasalnya, untuk memahami pranata mangsa, indra harus lihai menanggapi berbagai macam perubahan yang terjadi di alam.

Para petani biasanya akan menggunakan tanda-tanda sepertikicau burung, desir angin, maupun cahaya matahari.

Kalender pranata mangsa menunjukkan adanya korelasi antara biologi, kosmologi, klimatologi, dan sosiologi masyarakat pedesaan, dikutip dari ugm.ac.id, dilansir Kompas.tv.

Menurut Kitab Primbon Qamarussyamsi Adammakna yang dikutip dari salamyogyakarta.com menjelaskan, Pranata Mangsa diambil dari sejarah para raja di Surakarta, yang tersimpan di musium Radya-Pustaka.

Pranata mangsa disebut pertama kali digunakan pada1856 ketika Keraton Surakarta diperintah oleh Pakubuwono VII.

Dia memberi patokan bagi para petani agar tidak rugi dalam bertani, tepatnya dimulai tanggal 22 Juni 1855 titik balik matahari pada musim panas, penanggalan ini dipakai di daerah tropis seperti di jawa dan bali.

Jumlah Pranata Mangsa

Secara umum pranata mangsa terbagi menjadi empat musim (mangsa): musim hujan (rendheng), pancaroba akhir musim (mareng), musim kemarau (ketiga), dan musim pancaroba menjelang hujan (labuh).

Pranata mangsa mengenal siklus tahunan dalam pertanian.

Dalam siklus ini terdapat 12 mangsa atau waktu yang terdiri dari simbol-simbol yang berbeda-beda.

Sebanyak 12 mangsa ini di antaraya, kasa (bintang sapi gumarah), karo (tagih), ektelu (lumbung), dan sebagainya.

Berikut ini nama wangsa beserta ciri-ciri dan tuntutan untuk petani:

1. Kasa (Kartika): Ketiga - Terang

Periode 22 Juni – 1 Ags (41 hari)Ciri-ciri: Daun-daun berguguran, kayu mengering; belalang masuk ke dalam tanahArtinya: Saatnya membakar jerami; mulai menanam palawija.

2. Karo (Pusa): Ketiga – Paceklik

Periode 2 Ags – 24 Ags (23 hari)Ciri-ciri: Tanah mengering dan retak-retak, pohon randu dan mangga mulai berbunga.

3. Katelu (Manggasri): Ketiga – Semplah

Periode 25 Ags – 18 Sept (24 hari)Ciri-ciri: Tanaman merambat menaiki lanjaran, rebung bambu bermunculan.Artinya: Palawija mulai dipanen.

4. Kapat (Sitra) Labuh – Semplah

Periode 19 Sept – 13 Okt (25 hari)Ciri-ciri: Mata air mulai terisi; kapuk randu mulai berbuah, burung-burung kecil mulai bersarang dan bertelur.Artinya: panen palawija. Serta saat menggarap lahan untuk padi gogo.

5. Kalima (Manggakala) Labuh - Semplah

Periode 14 Okt – 9 Nov (27 hariCiri-ciri: Mulai ada hujan besar, pohon asam jawa mulai menumbuhkan daun muda, ulat mulai bermunculan, laron keluar dari liang, lempuyang dan temu kunci mulai bertunas.Artinya: Selokan sawah diperbaiki dan membuat tempat mengalir air di pinggir sawah, mulai menyebar padi gogo.

6. Kanem (Naya) Labuh - Udan

Periode 10 Nov – 22 Des (43 hari)Ciri-ciri: Buah-buahan (durian, rambutan, manggis, dan lain-lainnya) mulai bermunculan, belibis mulai kelihatan di tempat-tempat berair.Artinya: Para petani menyebar benih padi di pembenihan.

7. Kapitu (Palguna) Rendheng - Udan

Periode 23 Des – 3 Feb (43 hari)Ciri-ciri: banyak penyakit, Banyak hujan, banyak sungai yang banjirArtinya: Saat memindahkan bibit padi ke sawah.

8. Kawolu (Wisaka) Rendheng - Pangarep-arep

Periode 4 Feb – 28/29 Feb (26/27 hari)Ciri-ciri: Musim kucing kawin; padi menghijau; uret mulai bermunculan di permukaan.

9. Kasanga (Jita) Rendheng - Pangarep-arep

Periode 1 Mar – 25 Mar (25 hari)Ciri-ciri: Padi berbunga; jangkrik mulai muncul; tonggeret dan gangsir mulai bersuara, banjir sisa masih mungkin muncul, bunga glagah berguguran.

10. Kasepuluh (Srawana) Mareng - Pangarep-arep

Periode 26 Mar – 18 Apr (24 hari)Ciri-ciri: Padi mulai menguning, banyak hewan bunting, burung-burung kecil mulai menetas telurnya.

11. Desta (Padrawana) Mareng - Panen

Periode 19 Apr – 11 Mei (23 hari)Ciri-ciri: Burung-burung memberi makan anaknya, buah kapuk randu merekah.Artinya: Saat panen raya genjah (panen untuk tanaman berumur pendek).

12. Sada (Asuji) Mareng - Terang

Periode 12 Mei – 21 Juni (41 hari)Ciri-ciri: Suhu menurun dan terasa dingin (bediding)Artinya: Saatnya menanam palawija : kedelai, nila, kapas, dan saatnya menggarap tegalan untuk menanam jagung.

Artikel Terkait