Pada awalnya, Pakubuwono II secara sembunyi-sembunyi turut membantu pemberontakan itu.
Namun karena kalah dan dukungannya kepada kaum pemberontak diketahui VOC, Pakubuwono II kemudian menyerah dan memilih berpihak kepada VOC.
Melihat sikap Pakubuwono II itu, rakyat Jawa kemudian kecewa. Kaum pemberontak yang kecewa kemudian mengangkat Raden Mas Garendi menjadi susuhanan (raja) Mataram baru dengan gelar Amangkurat V.
Raden Mas Garendi merupakan cucu dari Amangkurat III dan anti-VOC.
Perang Kuning
Konflik antara Pakubuwono II dan Amangkurat V berlangsung dari tahun 1740 hingga 1743 dan dikenal sebagai Perang Kuning.
Nama ini berasal dari warna kuning yang dipakai oleh pasukan Amangkurat V sebagai lambang kesetiaan mereka kepada raja Mataram yang sah.
Pada tanggal 30 Juni 1742, tentara Jawa-Tionghoa yang dipimpin Amangkurat V berhasil mengalahkan pasukan Pakubuwono II dan menguasai Keraton Kartasura.
Baca Juga: Ini 4 Hasil Bumi yang Mendukung Kehidupan Masyarakat Mataram Kuno
Pakubuwono II bersama keluarganya terpaksa melarikan diri ke Ponorogo, didampingi oleh Kapten Johan Andries van Hogendorff, seorang perwakilan VOC.
Di Ponorogo, Pakubuwono II meminta bantuan VOC untuk merebut kembali tahtanya dari Amangkurat V.
Ia bersedia memberikan apa saja kepada VOC asalkan ia bisa kembali menjadi raja Mataram.