Find Us On Social Media :

Hanya Ditemani Seekor Anjing, Beginilah Cerita Mboh Iyem Menjaga Gua Langse, Tempat Pendiri Mataram Islam Bertapa

By Moh. Habib Asyhad, Kamis, 20 Juli 2023 | 19:45 WIB

Praktis Mbok Iyem penjaga Gua Langse, gua yang konon menjadi tempat bertapa pendiri Mataram Islam, Panembahan Senopati.

Praktis Mbok Iyem penjaga Gua Langse, gua yang konon menjadi tempat bertapa pendiri Mataram Islam, Panembahan Senopati.

Intisari-Online.com - Ada dua tempat keramat di tepi Laut Selatan yang terkait dengan berdirinya Mataram Islam.

Tempat pertama adalah Cepuri Parangkusumo, ini adalah tempat yang konon menjadi saksi pertemuan Panembahan Senopati dan Nyi Roro Kidul, penguasa Laut Selatan.

Tempat kedua adalah Gua Langse, lokasinya berada di sebelah tenggara Parangkusumo.

Konon, di gua inilah Panembahan Senopati sering bertepa sebelum membuka Alas Mentaok dan mendirikan Mataram Islam.

Gua Langse sendiri sekarang dijaga oleh seorang wanita sepuh bernama Sukijem/Sukiyem alias Mbok Iyem.

Gua Langse berlokasi di Dusun Gembung, Desa Giricahyo, Kecamatan Purwosari, Gunungkidul, DIY.

Ini adalah salah satu lokasi yang kerap dikunjungi warga untuk bertapa.

Gua yang terletak di mulut tebing yang menghadap Laut Selatan ini konon menjadi tempat Panembahan Senopati bertirakat atau bertapa sebelum menjadi raja Mataram Islam.

Untuk bisa sampai ke gua ini, pengunjung harus berjalan melewati jalan setapak menembus rerimbunan pohonan.

Tak hanya itu, pengunjung juga harus punya keberanian untuk bisa sampai ke mulut Gua Langse karena berada di tengah-tengah tebing.

Pengunjung harus turun dengan tangga bambu dan menitih pinggiran tebing vertikal yang curam dengan berpegangan batu.

Sementara di bawah tebing terhampar Samudra Hindia yang mahaluas dan dalam.

Kendati gua tersebut berada di lokasi yang curam, namun kerap dikunjungi orang untuk tirakat atau bertapa.

Terlebih pada bulan Suro, banyak warga dari luar kota yang datang untuk tirakat.

Gua Langse dijaga oleh seorang wanita berusia 70-an tahun bernama Sukijem alias Mbok Iyem.

Mbok Iyem mengaku sudah tinggal di mulut Gua Langse selama 48 tahun.

Selama itulah dia hidup dengan tentram dan tenang di mulut gua.

"Saya sudah tinggal di sini sejak tahun 1968," ujarnya.

Mbok Iyem bercerita, awalnya pada 1968 dia mencari pekerjaan untuk membantu perekonomian keluarganya.

Namun meski telah berusaha, Mbok Iyem tidak juga mendapatkan pekerjaan.

Di tengah kekalutan tidak kunjung mendapatkan pekerjaan, ia lantas memutuskan bertirakat, bertapa untuk meminta petunjuk kepada yang Maha Kuasa.

"Saya lalu prihatin, tirakat bertapa di Gua Cerme empat bulanan. Lalu ke sini (Gua Langse)," ucapnya.

Di Gua Langse inilah Mbok Iyem mendapatkan ketenangan batin dan hidup lebih tentram, meskipun jauh dari keramaian dan keluarganya.

Pernah suatu saat, keluarganya datang untuk menjenguk.

Saat bertemu dan melihat tempat tinggal Mbok Iyem keluarganya mencoba mengajak pulang untuk kembali tinggal di rumah.

Tapi Mbok Iyem menolak ajakan tersebut.

Dia mengaku lebih tenang tinggal di Gua Langse.

"Anak saya juga sudah kerja di Jakarta," urainya.

Hari-hari Mbok Iyem dihabiskan dengan menyambut pengunjung yang datang.

Kalaupun tidak ada pengunjung, dia hanya duduk di mulut gua dan beraktivitas seperti memasak dan mencuci.

Pengunjung yang datang untuk bertapa atau sekedar berwisata biasanya melepas lelah di mulut gua tempat Mbok Iyem.

Perempuan 70 tahun ini selalu menyapa dengan ramah dengan menggunakan bahasa Jawa Kromo Inggil.

Sambil berbincang-bincang, Mbok Iyem menyajikan makan seperti ketela dan minuman teh ataupun kopi untuk sekadar mengisi perut dan sambil melepas lelah.

Ternyata Mbok Iyem berasal dari Solo, Jawa Tengah.

Untuk setiap makanan dan minuman yang dia tawarkan, dia tidak memasang harga tertentu.

Kendati demikian, pengunjung selalu memberikannya uang setiap habis makan atau minum.

Di usianya yang tak lagi muda, setiap empat hari sekali Mbok Iyem berjalan kaki keluar dari mulut gua.

Perlahan-lahan dia meniti pinggiran tebing dengan tinggi sekitar 20 meter dan naik ke atas dengan tangga kayu.

Dia harus menuju desa terdekat untuk membeli kebutuhan hidup seperti bahan makanan, teh, kopi dan gula.

Selama tinggal di mulit Gua Langse, Mbok Iyem mengaku tidak pernah mengalami sakit serius.

"Enggak pernah sakit, paling hanya masuk angin," tandasnya.

Walau tidak ada manusia di situ, ternyata Mbok Iyem punya teman: seekor anjing, namanya Bambang.

Anjing ini sudah bertahun-tahun menemani hari-hari Mbok Iyem.

"Dia yang menemani saya di sini," ujarnya.

Anjing ini bertugas menjaga makanan dari kera yang sering kali datang ke tempatnya untuk mencuri makanan.

Setiap diusir, kera itu datang lagi.

Hingga kemudian ada warga yang yang menghadiahi Mbok Iyem anak anjing jantang.

Anjing itulah yang kemudian menjadi teman Mbok Iyem tinggal di Gua Langse.

Dan berkat Bambang juga, kera-kera tak berani mencuri makanannya.