Find Us On Social Media :

Kini Mesra, Dulu Budiman Sudjatmiko Sampai Lebih 'Milih' Dipenjara daripada Jadi Korban 'Perintah' Prabowo Ini

By Ade S, Rabu, 19 Juli 2023 | 14:15 WIB

Kolase Prabowo Subianto dan Budiman Sudjatmiko yang berseberangan pada 1998.

Intisari-Online.com - Prabowo Subianto dan Budiman Sudjatmiko kini tampak akrab dan bersahabat.

Mereka bahkan bertemu dan berdiskusi tentang nasib bangsa dan demokrasi di Indonesia.

Namun, siapa sangka bahwa keduanya pernah menjadi lawan di masa lalu?

Budiman adalah salah satu aktivis yang menentang rezim Soeharto, sementara Prabowo adalah salah satu jenderal yang diduga memerintahkan penculikan aktivis.

Bahkan Budiman mengaku bersyukur dirinya dipenjara, sebab banyak temannya yang menjadi korban penculikan saat itu.

Bagaimana kisah mereka? Simak ulasan berikut.

Budiman Sudjatmiko Ungkit Masa Lalu

Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra, menerima kunjungan Politikus PDI-P Budiman Sudjatmiko di rumahnya, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Selasa (18/7/2023).

Dalam konferensi pers bersama, Prabowo tampak terkejut saat Budiman menyebutkan bahwa mereka berdua pernah menjadi lawan di masa lalu.

“Saya sebagai orang yang pernah berhadapan dengan beliau, tadi bertemu dengan cara pandang ini bangsa harus diselamatkan, demokrasi harus diselamatkan,” kata Budiman kepada wartawan, seperti dilansir dari kompas.com.

Baca Juga: Di Balik Senyum Dingin Soeharto Untuk Habibe Usai Lengser Keprabon

Prabowo langsung menoleh ke arah Budiman Sudjatmiko.

Budiman pun tersenyum sambil menatap Prabowo.

“Enggak salah ya apa yang saya sampaikan?” tanya Budiman bercanda.

“Tidak salah, hanya saya sedikit sempurnakan,” balas Prabowo.

Prabowo menjelaskan bahwa Budiman dan dirinya memang pernah berada di pihak yang berseberangan saat era orde baru.

Namun, hal itu terjadi karena situasi politik di Indonesia saat itu.

“Kita memang pernah berhadapan, tapi yang buat kita dulu (berbeda) suatu keadaan, kondisi, sistem. Ternyata, kenyataannya, kita sebenarnya memiliki cita-cita yang sama,” ujar Prabowo.

Budiman Sudjatmiko adalah salah satu aktivis reformasi yang menolak kepemimpinan Presiden Soeharto yang kedua.

Ia juga merupakan pendiri Partai Rakyat Demokratik (PRD) yang kemudian dituduh sebagai dalang peristiwa kerusuhan 27 Juli 1996 atau Kudatuli.

Budiman kemudian dihukum 13 tahun penjara pada tahun 1997. Namun, ia hanya menjalani hukuman selama 3,5 tahun karena mendapat amnesti dari Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Budiman mengaku beruntung dengan masuk penjara. Karena, banyak temannya yang menjadi korban penculikan saat itu.

Baca Juga: 5 Peristiwa yang Membuat Soeharto Memutuskan Lengser Pada Mei 1998

Prabowo kemudian diduga sebagai orang di balik penculikan sejumlah aktivis tahun 1998.

'Terungkap' Dalam Dokumen Rahasia AS

Pada Juli 2018, lembaga Arsip Keamanan Nasional (NSA) Amerika Serikat merilis 34 dokumen rahasia yang mengungkap berbagai laporan pada masa sebelum reformasi di Indonesia.

Termasuk salah satunya tentang Prabowo Subianto yang diduga memerintahkan Kopassus untuk menculik sejumlah aktivis pada 1998 dan adanya perselisihan di tubuh militer.

Dokumen-dokumen yang dibuka untuk publik ini mencakup periode Agustus 1997 sampai Mei 1999.

Sebagian berisi percakapan staf Kedutaan AS di Jakarta dengan pejabat-pejabat Indonesia, lainnya adalah laporan para diplomat mengenai situasi di Indonesia saat itu.

Lantas, siapa yang bertanggung jawab atas penculikan para aktivis?

Salah satu arsip yang bertanggal 7 Mei 1998 ini menunjukkan catatan staf Kedutaan Besar AS di Jakarta mengenai nasib para aktivis yang hilang.

Catatan itu menyebutkan bahwa para aktivis yang hilang kemungkinan ditahan di fasilitas Kopassus di jalan lama yang menuju Bogor dari Jakarta.

Hasil percakapan seorang staf politik Kedutaan Besar AS di Jakarta dengan seorang pemimpin organisasi mahasiswa menyoroti nama Prabowo Subianto.

Baca Juga: Lantang Kritik Pemerintah dalam Peristiwa Reformasi, Ini Nasib para Aktivis 1998 Kini, Sudah Duduk Nyaman?

Narasumber tersebut mengklaim mendapat informasi dari Kopassus bahwa penculikan paksa dilakukan oleh Grup 4 Kopassus. Informasi itu juga mengatakan bahwa ada konflik di antara divisi Kopassus bahwa Grup 4 masih berada di bawah kendali Prabowo.

"Penculikan itu diperintahkan oleh Prabowo yang mengikuti perintah dari Presiden Soeharto," demikian dokumen tersebut.

Pada saat kampanye pemilihan presiden 2014, Prabowo sering ditanya tentang peristiwa 1998 dan mengatakan dia hanya menjalankan perintah atasan.

"Sebagai seorang prajurit, kami melakukan tugas kami sebaik-baiknya," ucap dia dalam debat capres pertama.

"Itu merupakan perintah atasan saya."

Baca Juga: Bentrokan Berdarah Di Gejayan, Sosok Mahasiswa Yang Mau Cari Makan Ini Pun Jadi Korban Keberingasan Aparat