Find Us On Social Media :

Inilah Sosok Di Balik Garis Van Mook, Garis Imajiner Pemisah Wilayah Indonesia Dan Wilayah Pendudukan Belanda

By Moh. Habib Asyhad, Rabu, 19 Juli 2023 | 09:17 WIB

Hubertus Van Mook, sosok di balik munculnya Garis Van Mook, garis yang memisahkan wilayah Indonesia dan wilayah pendudukan Belanda, setelah Perjanjian Renville.

Hubertus Van Mook, sosok di balik munculnya Garis Van Mook, garis yang memisahkan wilayah Indonesia dan wilayah pendudukan Belanda, setelah Perjanjian Renville.

Intisari-Online.com - Pernah suatu ketika wilayah Indonesia dibatasi oleh sebuah garis buatan bernama Garis Van Mook.

Ini adalah garis yang membatasi wilayah Indonesia dan wilayah pendudukan Belanda hasil dari Perjanjian Renville Januari 1948.

Sosok di balik itu adalah Hubertus Johannes Van Mook.

Siapa sebenarnya Van Mook?

Van Mook adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang menjabat antara 1942 hingga 1948.

Keberadaan Garis Van Mook sendiri membuat wilayah Indonesia menjadi sangat sempit.

Yang meliputi sebagian Jawa Tengah, Banten, sebagian Jawa Timur, dan sebagian Pulau Sumatera.

Terbentuknya Garis Van Mook diawali dengan masa kepemimpinan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Van Mook pada 1942.

Pada awal kepemimpinannya, Indonesia masih dikuasai Jepang dan dia berada di pengasingan dekat Brisbane, Australia.

Sekembalinya ke Indonesia pada 1 Oktober 1945, kehadiran Van Mook nyatanya tidak disambut baik oleh rakyat Indonesia.

Bagaimana tidak marah, Van Mook ternyata datang bersama pasukannya.

Sementara Indonesia sendiri sudah menyatakan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.

Van Mook kemudian memberi penawaran kepada Indonesia untuk membentuk Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan menjalin hubungan politik dan ekonomi bersama Belanda.

Hal ini membuat situasi semakin memanas dan rakyat Indonesia bertekad memukul mundur para penjajah.

Sebagai respons, Van Mook memberi ultimatum agar Indonesia menarik semua pasukannya.

Karena ultimatumnya tidak digubris, Van Mook melancarkan Agresi Militer Belanda I yang berlangsung sejak 21 Juli-5 Agustus 1947.

Agresi Militer Belanda I berakhir dengan disepakatinya Perjanjian Renville, yang diadakan pada 17 Januari 1948.

Salah satu isi perjanjian Renville adalah disahkannya Garis Demarkasi Van Mook.

Seperti disebut di awal, ini adalah garis yang menjadi pembatas antara wilayah Belanda dan Indonesia.

Pencetus Garis Van Mook adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda Hubertus Johannes Van Mook.

Dalam Perjanjian Renville, Van Mook memerintahkan gencatan senjata dan mengusung garis demarkasi yang dinamai Garis Van Mook, yang memisahkan antara wilayah Indonesia dengan Belanda.

Dengan adanya Garis Van Mook, wilayah Indonesia yang dipimpin oleh Soekarno meliputi sebagian Jawa Tengah, Banten, sebagian Jawa Timur, dan sebagian Pulau Sumatera.

Sementara sisa wilayah Indonesia menjadi bagian dari kekuasaan Belanda, termasuk Papua.

Keberadaan Garis Van Mook sangat merugikan pihak Indonesia, karena wilayahnya menjadi terpecah.

Kepulauan Nusantara yang sangat luas terbagi menjadi dua kekuasaan, yaitu milik Indonesia dan Belanda.

Ironisnya, Indonesia sendiri mendapatkan wilayah yang sangat sempit, yaitu sebagian Jawa Tengah, Banten, sebagian Jawa Timur, dan sebagian Pulau Sumatera.

Alhasil, tentara Indonesia di Jawa Barat (wilayah Belanda) harus berpindah ke Jawa Tengah.

Bahkan, ibu kota juga harus pindah dari Jakarta, karena sudah tidak lagi masuk dalam wilayah kekuasaan Indonesia.

Sekilas riwayat Van Mook

Van Mook lahir di Semarang pada 30 Mei 1884.

Dia adalah putra dari Matheus Adrianus Antonius van Mook, yang meninggalkan Belanda tak lama setelah menikahi Cornelia Rensina Bouwman pada 1893.

Setelah tiba di Hindia Belanda, Van Mook senior ditugasi menjadi inspektur/penilik SR di Surabaya.

Baik ayah atau ibu Van Mook ternyata adalah seorang pengajar.

Terlepas dari sepak terjangnya sepanjang Zaman Bersiap, Van Mook adalah sosok yang begitu mencintai Hindia Belanda.

Dia lahir di Hindia Belanda, dia juga dengan tegas mendaku sebagai orang Hindia.

Bagi Van Mook, Jawa adalah tanah kelahiranya.

Pendidikan Van Mook salah satunya ditempuh di HBS Surabaya, lalu pindah ke Belanda untuk melanjutkan pendidikan tinggi bidang teknik di Delft.

Pada 1914 dia sempat masuk dinas ketentaraan sukarela lalu kuliah lagi di Universitas Leiden, lulus 1918.

Dari Leidin, dia kembali ke Hindia Belanda dan menjadi inspektur yang mengurusi distribusi pangan di Semarang.

Tahun 1921 menjadi penasihat urusan pertanahan di Yogyakarta, lalu 1927 menjadi asisten residen urusan kepolisian di Batavia.

Pada November 1941, Van Mook ditunjuk sebagai Menteri Urusan Tanah Jajahan.

Awal 1942 menjelang masuknya Jepang ke Indonesia, van Mook menjadi Wakil Gubernur-Jenderal dan berusaha mendapatkan dukungan militer dari Amerika Serikat untuk pengadaan persenjataan melawan Jepang.

Tapi bantuan yang dinanti-nantikan terlambat datang, meskipun telah dibayar tunai.

Ketika Jepang akhirnya mendarat di Jawa, Van Mook langsung mengungsi ke Australia.

Sementara Gubernur-Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer tetap berada di Indonesia.

Tjarda van Starkenborgh ditawan Jepang, kemudian dibawa ke Manchuria dan baru dilepaskan pada bulan September 1945.

Ketika Perang Pasifik mendekati akhir, Van Mook tetap berada di Australia.

Pangkatnya masih Wakil Gubernur Jenderal meskipun secara de facto bertindak selaku Gubernur Jenderal.

Bagaimanapun juga, Tjarda van Starkenborgh Stachouwer ditawan Jepang dan setelah dibebaskan diangkat menjadi Duta Besar Belanda di Prancis.

Pangkat van Mook tetap Wakil Gubernur Jenderal tetapi secara de facto dia melakukan tugas sebagai Gubernur Jenderal.

Dia menjabat dari tanggal 14 September 1944 sampai 1 November 1948.