Penulis
Mahfud MD menyebut ada dugaan pencucian uang di Ponpes Al-Zaytun yang dipimpin oleh Panji Gumilang.
Intisari-Online.com -Pemerintah tampaknya serius menangani kasus yang menyeret nama Panji Gumilang dan Pondok Pesantren Al-Zaytun.
Pemeriksaan demi pemeriksaan dilakukan untuk mengorek pria yang diduga punya keterkaitan dengan NII KW 9 itu.
Terbaru, Menko Polhukam Mahfud MDmengungkapkan adanya temuan baru terkait kasus Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Zaytun.
Yaitu terkaittindak pidana pencucian uang.
Mahfud menyebut bahwa terdapat 295 sertifikat atas nama pribadi keluarga Panji Gumilang.
“Sudah ditemukan, 295 sertifikat atas nama pribadi keluarga Panji Gumilang,” ungkap Menko Polhukam Ri, Mahfud MD pada Kamis, (13/7/2023).
Mahfud juga mengatakan kasus polemik santri Ponpes Al-Zaytun masih berstatus dalam pembinaan.
Tak hanya itu, Mahfud MD juga mengungkap adanya operasi intelijen di balik Ponpes Al-Zaytun.
Kepada wartawan, pria asal kelahiran Madura, Jawa Timur, itu mengatakan, Ponpes Al-Zaytun merupakan hasiloperasi intelijen untuk memecah sisa-sisa gerakan DI/TII Kartosoewirjo.
Dia kemudian bercerita, di awal kemerdekaan, banyak pejuang yang terpinggirkan dan tersingkir.
Salah satu yang tersingkir itu adalah Kartosoewirjo yang kemudian mendirikan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia.
"Perjuangan yang dilakukan Kartosoewirjo untuk mendirikan Negara Islam Indonesia sebenarnya terus berlanjut," kata Mahfud.
"Masih ada ekornya sampai sekarang, hingga sekarang ada ribut-ribut soal Panji Gumilang. Jadi Panji Gumilang dulu induknya adalah Negara Islam Indonesia."
Kemudian, Mahfud menyebut NII sebagai OTB alias organisasi tanpa bentuk dan bergerak di bawah tanah.
Meski begitu, NII punyastruktur yang terdiri dari imam atau syekh yang memimpin, gubernur, menteri, bupati hingga camat, kata Mahfud.
Mahfud juga percaya bahwapemikiran Kartosoewirjo masih hidup dan diteruskan oleh pengikut-pengikutnya.
Akhirnya, lanjutnya,pemerintah melalui operasi intelijen menggalang gerakan untuk melemahkan NII.
Caranya dengan membenturkan NII dengan NII, kata Mahfud.
"Awal 1970-an, NII oleh pemerintah dipecah, diadu," kata Mahfud lagi.
"Yang satunya untuk melawan yang lain. Itu operasi yang dilakukan Ali Murtopo."
Mahfud melanjutkan:
"Dulu ada komando jihad, ada yang dipancing untuk berkumpul, lalu dusuruh membuat resolusi, disuruh membuat pernyataan keras," katanya.
"Setelah ituditangkap lalu dicitrakan ada komando jihad yang sama dengan NII sebelumnya. Saya dengar dari sumbernya langsung."
Menurut Mahfud, NIIhasil operasi intelijen dan bentukan pemerintah waktu itu salah satu wilayahnya adalah Komandemen 9.
Yang kemudian termanifestasi dalam bentuk Ponpes Al-Zaytun.
"Mengadu NII dengan NII itu kalau pakai salawatnya orang NU itu sama dengan Salawat Asyghil," kata Mahfud.
"Wa asyghilid zolimin bid zolimin. NII diadu dengan NII, maka NII akan hancur sendiri, kira kira begitu."
Setelah dirasa aman, lanjut Mahfud, Panji Gumilang kemudian memecahkan diri.
"Diamenampilkan sosok Al Zaytun yang seperti sekarang. Di balik inilah latar belakang sejarahnya dan pengikut-pengikutnya itu masih banyak," pungkas Mahfud.