Namun, beberapa negara lain, seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis, menyatakan keprihatinan mereka atas situasi di Rusia.
Mereka juga mendesak Rusia untuk menghormati hak asasi manusia dan hukum internasional dalam menangani pemberontakan ini.
Alasan Mundur
Setelah bergerak sekitar 200 kilometer dari Moskow, Group Wagner tiba-tiba mengumumkan bahwa mereka akan mundur dari pemberontakan.
Prigozhin mengatakan bahwa pasukannya memutuskan mundur untuk menghindari pertumpahan darah lebih lanjut di Rusia.
Ia juga mengatakan bahwa ia telah mencapai kesepakatan dengan pemerintah Rusia untuk mengakhiri konflik secara damai.
Namun, ada beberapa spekulasi tentang alasan sebenarnya di balik mundurnya Group Wagner.
Beberapa sumber mengatakan bahwa Group Wagner mendapat tekanan dari Presiden Belarus, Alexander Lukashenko, yang merupakan sekutu dekat Putin.
Lukashenko dikabarkan telah mengadakan pembicaraan dengan Prigozhin dan membujuknya untuk menyerah.
Beberapa sumber lain mengatakan bahwa Group Wagner mendapat ancaman dari pasukan khusus Rusia, yang disebut Kadyrovtsy.
Pasukan ini dipimpin oleh Ramzan Kadyrov, pemimpin Chechnya yang loyal kepada Putin.
Kadyrovtsy dikabarkan telah dikerahkan ke Rostov-on-Don untuk menghadapi Group Wagner.
Beberapa sumber lain lagi mengatakan bahwa Group Wagner mendapat imbalan dari pemerintah Rusia untuk mundur.
Pemerintah Rusia dikabarkan telah menawarkan kontrak bisnis yang menguntungkan kepada Prigozhin, yang juga dikenal sebagai pengusaha katering dan minyak.
Kontrak ini melibatkan kegiatan Group Wagner di Afrika, di mana mereka terlibat dalam berbagai operasi militer dan pertambangan.