Find Us On Social Media :

Kini Terlihat Angker, Siapa Sangka Di Hotel Ini Sosok Bung Karno Dan RA Kartini Pernah Menginap, Saksi Perang Lima Hari

By Moh. Habib Asyhad, Jumat, 23 Juni 2023 | 11:17 WIB

Sekarang terbengkalai dan terkesan angker, Bung Karno dan RA Kartini ternyata pernah menginal di hotel ini, Hotel Inn Dibya Puri.

Sekarang terbengkalai dan terkesan angker, Bung Karno dan RA Kartini ternyata pernah menginal di hotel ini, Hotel Inn Dibya Puri.

Intisari-Online.com - Pada masanya, Hotel Inn Dibya Puri adalah hotel paling mewah dan megah di Semarang, Jawa Tengah.

Sebelum diambil alih oleh BUMN, hotel ini dulu bernama Du Pavilion.

Dua tokoh bangsa, Bung Karno dan RA Kartini, disebut pernah menginap di hotel ini.

Hotel Inn Dibya Puri juga menjadi saksi bisu Pertempuran 5 Hari Di Semarang.

Tapi itu dulu, sekarang kondisinya sangat memprihatinkan.

Beberapa orang bahkan menyebut bangunan bekas hotel itu menjadi lokasi paling angker di Semarang.

Di luar itu, Hotel Inn Dibya Puri telah merekam perjalanan sejarah Kota Semarang sebagai salah satu kota pelabuhan terpenting di Indonesia.

Berbicara tentang Perang Lima Hari Di Semarnag, di bangunan tersebut, sekelompok pemuda membangun strategi melawan penjajah.

Namun sayang, kini bangunan itu terlihat muram.

Tembok bangunan tersebut juga sudah mulai kusam. Halaman depan hotel tersebut dipenuhi dengan rumput ilalang.

Hotel bersejarah yang masuk dalam cagar budaya itu hanya digunakan untuk parkir sepeda motor dan mobil.

Selain itu juga sudah tak lagi dibuka untuk menginap.

Hanya terlihat beberapa orang yang berjaga di pos depan gerbang.

Pemerhati sejarah Kota Semarang, Johanes Christiono mengaku khawatir dengan nasib hotel bersejarah tersebut.

Seharusnya hotal tersebut dimanfaatkan agar fungsinya kembali seperti semula.

"Dulu saat zamannya Soeharto Hotel Dibya pernah aktif lagi. Pejabat yang kunjungan ke Semarang harus menginap di sana," jelasnya saat dikonfirmasi, Kamis (22/6/2023).

Menurutnya, pemerintah bisa bekerja sama dengan swasta agar Hotel Inn Dibya Puri agar aktif lagi.

Kerja sama itu diperbolehkan selama tidak merusak dan mengubah bangunan hotel.

"Swasta bisa bantu pemerintah agar hotel aktif lagi," katanya.

Dia menjelaskan, dalam perjalanan sejarah Kota Semarang, hotel tersebut menjadi saksi bisu pertempuran lima hari warga Kota Semarang melawan Jepang.

Selain untuk membangun strategi, Hotel Inn Dibya Puri juga dijadikan tempat persembunyian para pejuang.

"Akhirnya pertempuran tak dapat dihindarkan di hotel tersebut," katanya.

Dia menjelaskan, pada hari kedua 16 Oktober 1945, Jepang menambah kekuatan di sekitar Hotel Dibya dan Pasar Johar.

Pertempuran di tempat tersebut berlangsung sehari semalam.

"Jadi tempat-tempat itu yang paling seru. Karena tempat berlangsungnya itu sehari semalam," ujarnya.

Menurutnya, pertempuran di Hotel Dibya tak kalah ramai dengan tempat-tempat lain.

Pertempuan yang sifatnya sporadis terjadi di sekitar Pasar Johar dan Hotel Dibya.

"Hotel Dibya Puri diserang karena menjadi markas pemuda selain itu para pemuda juga sering mengadakan pertemuan di sana," ungkapnya.

Namun, saat ini para pejuang kalah senjata.

Hal itu membuat para pejuang kocar-kacir dan bergerak mundur ke sejumlah daerah untuk bersembunyi dan menyusun strategi.

"Para pejuang mundur ke Kampung Melayu, Pendrikan dan daerah-daerah lain," imbuhnya.

Selain untuk pertempuran, dia juga membenarkan jika Hotel Dibya merupakan salah satu penginapan terbaik pada masanya sekitar tahun 1800-an.

"Ada dua dulu Hotel Jansen dan Hotel Dibya ini yang terbaik," paparnya.