Find Us On Social Media :

Sirkuit Mandalika Tinggalkan Utang 4,6 Triliun, Sosok Ini Sebut Gelaran MotoGP Justru Bikin Rugi Perusahaan

By Moh. Habib Asyhad, Jumat, 16 Juni 2023 | 14:15 WIB

Sirkuit Mandalika menanggung utang hingga Rp4.6 triliun. Ajang balapan malah mendatangkan kerugian.

Sirkuit Mandalika menanggung utang hingga Rp4.6 triliun. Ajang balapan malah mendatangkan kerugian.

Intisari-Online.com - Di balik segala kebanggaan atasnya, Sirkuit Mandalika ternyata tak luput meninggalkan masalah.

Bukan masalah yang enteng-enteng belaka, Sirkuit Mandalika meninggalkan utang yang menggunung.

Totalnya Rp4,6 triliun.

Bahkan Direktur Utama BUMN yang mengelola Sirkuit Mandalika bilang, gelaran MotoGP yang dihelat tahun lalu justru bikin tekor perusahaan.

Kok bisa?

Seperti diinformasikan sebelumnya, proyek pengembangan kawasan Mandalika di Lombok, NTB, meninggalkan utang menggunung.

Mau tak mau, ini membuat keuangan BUMN yang mengelola kawasan tersebut belepotan.

Tak haya utang, kas perusahaan juga mengalami masalah karena pemasukan dari Mandalika terbilang seret.

Sementara beban yang harus ditanggung perseroan sangatlah besar.

Pengembangan kawasan Mandalika, termasuk di dalamnya arena balapan Sirkuit Mandalika, dibangun dan dikelola oleh PT Pengembangan Pariwisata Indonesia atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC).

ITDC merupakan salah satu anak usaha BUMN, PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney.

Perusahaan ini juga mengembangkan kawasan Nusa Dua Bali.

Direktur Utama InJouney, Dony Oskaria, mengatakan secara umum utang yang membengkak tersebut terbagi menjadi dua.

Utang jangka pandek sebesar Rp 1,2 triliun dan utang jangka panjang Rp 3,4 triliun.

Total jenderal, utang menjadi Rp 4,6 triliun.

"Itu waktu kita mengambil alih Mandalika itu posisinya adalah mereka mempunyai short term liabilities Rp 1,2 triliun," kata Dony, Kamis (15/6) kemarin.

"Mereka mempunyai long term liabilities Rp 3,4 triliun."

Perusahaan juga harus menanggung beban berat dari pengelolaan Mandalika.

Mulai dari beban bunga pinjaman, pemeliharaan, hingga penyusutan aset yang harus dicatat.

ITDC bisa dikatakan saat ini masih merugi dalam pengembangan kawasan Mandalika.

Perusahaan masih bisa sedikit bernapas karena masih bisa ditopang dari pemasukan pengelolaan Nusa Dua Bali.

Namun, bukan berarti pemasukan dari lini bisnis lain bisa menyelesaikan masalah.

Utang beserta bunga dari perbankan yang harus dibayar terlalu tinggi bagi kondisi keuangan perusahaan saat sekarang.

"Dengan sumber implement capacity hanya dari Nusa Dua. Terus terang saya tidak bisa menyelesaikan yang short term liabilities ini, di mana isi di dalamnya adalah pembangunan Grand Stand, VIP village, sama kebutuhan modal kerja waktu penyelenggaraan event, yaitu Rp 1,2 triliun," beber Dony.

Dony juga buka-bukaan, meski sukses digelar dan ajang balapannya menjadi perhatian dunia, gelaran MotoGP justru bikin tekor perusahaan.

"Ini yang menjadi persoalan di ITDC. Di samping itu ITDC juga mendapatkan beban untuk penyelenggaraan MotoGP tahun 2022. Ini menjadi beban yang sampai saat ini menjadi tanggungan daripada ITDC," ungkap Dony.

Mantan petinggi Trans Corp ini bilang, InJourney masih terus mencari jalan agar ITDC bisa keluar dari masalah beban utang dan kerugian dari pengembangan Mandalika.

Dia melanjutkan, agar perusahaan tetap bisa sehat, InJourney lantas meminta modal dari pemerintah melalui Penyertaan Modal Negara (PMN).

PMN akan digunakan untuk pembayaran utang jangka pendek yang memang bersifat sangat mendesak.

Perusahaan juga terus berupaya menggenjot pendapatan dari lini bisnis lainnya untuk menyelesaikan persoalan utang jangka panjang yang jatuh temponya lebih lama.

Berharap dari uang pajak

Masih menurut Dony, berdasarkan hitung-hitungan paling realistis dari aset lancar yang dimiliki, ITDC saat ini bisa dikatakan belum sanggup membayar utang jangka pendek yang akan segera jatuh tempo.

Ibarat subsidi silang, arus kas ITDC yang tekor di Mandalika sebenarnya bisa sedikit ditopang dari pemasukan pengelolaan kawasan Nusa Dua di Bali.

Namun demikian, seluruh sumber pendapatan perseroan saat sekarang dinilai kurang mencukupi untuk bisa membayar utang jangka pendek plus bunganya ke sejumlah perbankan.

"Dengan sumber implement capacity hanya dari Nusa Dua. Terus terang saya tidak bisa menyelesaikan yang short term liabilities ini, di mana isi di dalamnya adalah pembangunan Grand Stand, VIP village, sama kebutuhan modal kerja waktu penyelenggaraan event, yaitu Rp 1,2 triliun," beber Dony.

Atas dasar fakta-fakta di atas, Dony mewakili InJouney meminta pemerintah dan DPR mengucurkan duit APBN melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) agar kelangsungan bisnis ITDC tetap terjaga.

Total PMN yang diminta InJourney adalah sebesar Rp 1,2 triliun.

Jika disetujui, uang dari pajak rakyat tersebut akan dipakai untuk pembayaran utang dan pembangunan beberapa fasilitas tambahan di Mandalika.

"Di antaranya untuk bayar pembangunan Grand Stand, VIP Vilage dan kebutuhan modal kerja penyelenggaraan event," kata Dony.

Sementara untuk penyelesaian utang jangka panjang yang jatuh temponya lebih lama, perusahaan juga terus berupaya menggenjot pendapatan dari lini bisnis lainnya dan memaksimalkan potensi pemasukan dari Mandalika.

Tak ada keuntungan dari ajang balapan

Dony juga mengatakan kerugian terbesar Sirkuit Mandalika berasal dari penyelenggaraan Superbike WSBK.

Ajang ini tidak menarik bagi investor untuk masuk menjadi sponsor.

"WSBK ini menunjukkan kerugian, sehingga apa yang kami lakukan adalah kami akan bernegosiasi untuk menghilangkan WSBK ini," kata Dony.

Menurut dia, dengan dihilangkannya WSBK dari kalender balapan di Sirkuit Mandalika, diharapkan bisa mengurangi kerugian perseroan.

Terlebih, sejauh ini balapan WSBK tidak banyak mendatangkan sponsor.

"Nanti WSBK ini akan turun, akan kita hilangkan, sehingga tidak muncul biaya di dalam penyelenggaraan WSBK yang itu sebetulnya event-nya tidak menarik secara sponsorship," papar mantan petinggi CT Corps ini.

Selain WSBK, balap motor sekelas MotoGP juga masih mendatangkan kerugian bagi ITDC selaku pemilik sirkuit.

Namun kerugiannya relatif lebih rendah dibanding kerugian dari balapan Superbike.

"MotoGP itu sudah kita hitung dan kita punya gap sekitar Rp 50 miliar. Ini yang sedang kita carikan cara bagaimana kita mendapatkan tambahan sponsorship untuk menutupi gap ini, sehingga kita bisa melokalisir problemnya di Mandalika ini," beber Dony.