Find Us On Social Media :

Didirikan Oleh Suku Dayak, Kerajaan Selimbau Berubah Jadi Kerajaan Islam Pada Abad 17, Runtuh Karena Belanda

By Moh. Habib Asyhad, Selasa, 13 Juni 2023 | 06:17 WIB

Karena intervensi Belanda, Kerajaan Selimbau di Kalimantan Barat akhirnya mengalami keruntuhan. Jejaknya bisa dilacak hingga sekarang.

Karena intervensi Belanda, Kerajaan Selimbau di Kalimantan Barat akhirnya mengalami keruntuhan. Jejaknya bisa dilacak hingga sekarang.

Intisari-Online.com - Barangkali tak banyak dari kita pernah mengenal nama kerajaan satu ini.

Inilah Kerajaan Selimbau, sebuah kerajaan kecil yang terletak di Kecammatan Selimbau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

Menurut beberapa sumber, kerajaan ini didirikan oleh seorang Suku Dayak bernama Guntur Baju Bindu.

Gelarnya, Raja Abang Bhindu.

Awalnya Kerajaan Selimbau bercorak Hindu, pada abad ke-17, berubah menjadi kerajaan Islam.

Belanda punya peran besar terhadap dinamika kerajaan ini.

Seperti disebut di awal, Kerajaan Selimbau didirikan oleh orang Dayak bernama Guntur Baju Binduh atau Raja Abang Bhindu.

Setelah jadi raja dia bergelar Guntur Baju Bhindu Kilat Lambai Lalu.

Kerajaan Selimbau berdiri pada tahun 600, atau sekitar abad ke-7 Masehi.

Saat pertama didirikan, kerajaan ini masih bercorak Hindu.

Meski begitu, tak banyak informasi yang dapat dikorek dari kerajaan di Kalimantan Barat ini.

Pada abad 17, Kerajaan Selimbau berubah menjadi kerajaan Islam.

Saat itu, Selimbau diperintah oleh raja ke-20 bernama Pangeran Muhammad Jalaludin yang bergelar Pangeran Suta Kusuma.

Di masa inilah Selimbau mulai mengirim utusan kepada Kerajaan Mempawah dan Pontianak.

Berkat bantuan dari dua kerajaan ini, Selimbau semakin berkembang menjadi kerajaan yang kuat dan disegani.

Masa kejayaan Kerajaan Selimbau berlangsung pada abad ke-19, ketika diperintah oleh Panembahan Haji Gusti Muhammad Abbas Suryanegara.

Pasa periode ini, perdagangan dengan saudagar Muslim dari luar negeri berkembang pesat.

Panembahan Haji Gusti Muhammad Abbas Suryanegara membangun Masjid Jami At-Taqwa, yang masih berdiri hingga saat ini.

Desain masjid dibuat oleh kerabat kerajaan, yaitu Pangeran Haji Surapati Nata Setia Wijaya dan Raden Prabu Hayat.

Banyak saudagar kaya dari Arab membantu mendirikan masjid ini untuk kepentingan umat muslim pada umumnya.

Di bawah kekuasaan Panembahan Haji Gusti Muhammad Abbas Suryanegara, Selimbau memperluas wilayahnya dengan menyerang ke Ketunggu.

Perluasan wilayah itu dibantu oleh orang-orang Dayak Batang Lupar.

Tak hanya itu, Selimbau pernah membantu Suku Undup, Kantu, Suku Dayak Taman, dan rakyat Kayan.

Di sisi lain, Kerajaan Selimbau juga terlibat perselisihan dengan Kerajaan Sekadau dan Sintang, yang baru diselesaikan ketika Belanda ikut campur.

Selimbau mempunyai hasil bumi melipah berupa tambang batu bara yang dikontrak oleh Belanda.

Belanda memasuki wilayah Kapuas Hulu pada 1823, setelah mendapatkan izin dari Kerajaan Selimbau.

Sejak mengetahui kekayaan sumber daya alam di wilayah Kapuas Hulu, Belanda terus menggunakan segala cara agar raja Selimbau mau menandatangani perjanjian dengannya.

Panembahan Haji Gusti Muhammad Abbas Suryanegara pun tercatat dua kali mengadakan kontrak politik dengan Belanda, yang masing-masing dilakukan pada 5 Desember 1847 dan 27 Maret 1855.

Setelah itu, pemerintah Hindia-Belanda berupaya menempatkan dan menambah kekuatan militernya di daerah-daerah potensial.

Belanda juga mulai melakukan intervensi di sistem pemerintahan melalui politik adu domba.

Strategi-strategi yang dilakukan pun terbukti efektif untuk melemahkan posisi Selimbau.

Raja-raja Kerajaan Selimbau

- Raja Abang Bhindu atau Guntur Baju Bindu Kilat Lambai Lalu - Raja Abang Lidi atau Kyai Aji Lidi - Raja Abang Tedung I atau Kyai Tedung - Raja Abang Jamal Megah Sari atau Kyai Megat Sari - Raja Abang Upak atau Kyai Pati Agung Nata - Raja Abang Bujang atau Kyai Natasari

- Raja Abang Amal Raja Abang Tela atau Kyai Agung Jaya - Raja Abang Para atau Kyai Ira (Kyai Wira) - Raja Abang Gunung atau Kyai Agung

- Raja Abang Tedung II atau Kyai Suryanata - Raja Abang Idin atau Kyai Agung Seri - Raja Abang Tajak atau Kyai Suradila Sri Pakunegara

- Ratu Dayang Payung atau Ratu Suryanegera - Raja Abang Kina atau Kyai Agung Natanegara - Raja Abang Keladi atau Kyai Agung Cakra Negara - Raja Abang Sasap atau Kyai Agung Kusuma Negara - Raja Abang Tela II atau Kyai Pati Setia Negara

- Pangeran Kujan atau Pangeran Jaya Mangkunegara - Pangeran Muhammad Jalaludin atau Pangeran Suta Kusuma

- Abang Muhammad Mahidin atau Raden Suta Negara - Panembahan Haji Gusti Muhammad Abbas Suryanegara - Panembahan Haji Muda Agung Pakunegara Gusti Muhammad Saleh - Pangeran Haji Muda Indra Sri Negara - Panembahan Gusti Muhammad Usman - Panembahan Agung Pakunegara II

Menjelang akhir abad ke-19, Haji Muhammad Usman naik takhta sebagai penguasa Selimbau.

Namun, raja tidak lagi mampu mengendalikan pemerintahannya secara utuh, karena Belanda selalu mencampuri setiap urusan kerajaan.

Kedaulatan Selimbau berakhir pada 1925, setelah Panembahan Haji Gusti Usman meninggal.

Penyebab runtuhnya Kerajaan Selimbau adalah intervensi Belanda dalam urusan kerajaan.

Setelah itu, pemerintah Hindia-Belanda menghapus Kerajaan Selimbau dan dapat menguasai wilayah Kapuas Hulu secara utuh.

Saat ini, Kerajaan Selimbau dipimpin oleh Raden Asbi, yang bergelar Panembahan Agung Pakunegara II, yang naik takhta pada awal 2005.