Find Us On Social Media :

Tak Disukai Rakyat Dan Belanda, Raja Mataram Islam Ini Pun Meninggal Dunia Di Sri Lanka Jauh Dari Keluarga

By Moh. Habib Asyhad, Senin, 12 Juni 2023 | 14:45 WIB

Amangkurat III, selain tidak mendapat dukungan dari rakyatnya, juga tidak mendapatkan bantuan dari Belanda. Meninggal di Sri Lanka.

Amangkurat III, selain tidak mendapat dukungan dari rakyatnya, juga tidak mendapatkan bantuan dari Belanda. Meninggal di Sri Lanka.

Intisari-Online.com - Nasib Amangkurat III buruk betul.

Tidak hanya tidak mendapat dukungan dari rakyat, raja Mataram Islam bernama kecil Raden Mas Sutikna itu juga tidak mendapat restu dari VOC Belanda.

Di akhir hayatnya, dia lebih menderita: meninggal dunia di Sri Lanka, jauh dari sanak kadangnya.

Amangkurat III naik menjadi raja Mataram Islam pada 1703.

Tapi sayang, baru dua tahun berkuasa, dia harus menyerahkan takhtanya kepada Pangeran Puger, bergelar Pakubuwono I, yang notabene adalah pamannya sendiri.

Amangkurat III merupakan anak dari Amangkurat II.

Masa pemerintahan Amangkurat III sangat singkat karena saat itu terjadi perselisihan dengan pamannya, yakni Pangeran Puger atau Pakubowono I.

Konflik dengan Pangeran Puger ini kemudian menimbulkan perang yang dikenal dengan Perang Suksesi Jawa I.

Amangkurat II yang memerintah sejak 1677 hingga 1703 hanya memiliki seorang anak bernama Raden Mas Sutikna.

Raden Mas Sutikna memiliki nama lain Sunan Mas.

Dia mendapat julukan Pangeran Kencet karena menderita sakit di bagian tumit.

Pada 1703, Amangkurat II meninggal dunia.

Kemudian, Raden Mas Sutikna pun diangkat sebagai pemimpin Mataram dengan gelar Amangkurat III.

Penunjukan Amangkurat III sebagai penerus Amangkurat II menuai polemik di dalam keluarga kerajaan.

Sebagian besar rakyat dan pejabat kerajaan meyakini bahwa yang layak memimpin Mataram adalah Pangeran Puger, adik dari Amangkurat II.

Namun, sebagai satu-satunya anak laki-laki Amangkurat II, Raden Mas Sutikna tetap naik takhta Mataram.

Era pemerintahan Amangkurat III banyak dihabiskan dengan konflik dengan Pangeran Puger.

Sementara itu, dukungan terhadap Pangeran Puger untuk naik takhta mengalir deras dari berbagai kalangan.

Hal ini membuat resah Amangkurat III.

Dia kemudian menceraikan Raden Ayu Himpun, yang merupakan putri dari Pangeran Puger, dan mengangkat permaisuri baru.

Setelah itu, anak Pangeran Puger yang bernama Raden Suryakusuma memberontak kepada Amangkurat III.

Amangkurat III yang ketakutan kemudian mengurung Pangeran Puger sekeluarga.

Namun, pada akhirnya, Pangeran Puger dan keluarganya dibebaskan setelah dibujuk oleh Patih Sumabrata.

Pada 1704, Amangkurat III mengirim utusan untuk memburu Pangeran Puger.

Akan tetapi, usaha tersebut gagal karena Pangeran Puger terlebih dahulu melarikan diri ke Semarang.

Di Semarang, Pangeran Puger meminta bantuan VOC.

Hal itu disanggupi VOC dengan diangkatnya Pangeran Puger sebagai pemimpin Mataram dengan gelar Pakubuwana I.

Selain mendapat bantuan VOC, Pangeran Puger juga mendapat dukungan dari Cakraningrat II dari Madura.

Pada 1705, pasukan gabungan dari VOC, Madura, dan Pangeran Puger menyerang Kartasura yang diduduki Amangkurat III.

Hal itu merupakan awal dari Perang Suksesi Jawa I antara Pengeran Puger dengan Amangkurat III.

Selain itu, mundurnya Amangkurat III dari Kartasura diyakini sebagai akhir dari kepemimpinannya atas Mataram.

Akhir pemerintahan Amangkurat III Setelah Kartasura dikuasai oleh Pangeran Puger, Amangkurat III kemudian melarikan diri ke Ponorogo.

Dalam pelarian itu, Amangkurat III membawa segenap pusaka keraton.

Sementara itu, Pasuruan yang saat itu dikuasai oleh Untung Surapati, mengirim bantuan untuk melindungi Amangkurat III.

Pada tahun 1706, pecah perang di Bangil antara pasukan gabungan Amangkurat III melawan Pangeran Puger.

Dalam pertempuran tersebut, Untung Surapati yang berada di pihak Amangkurat III, meninggal dunia.

Setelah itu, sepanjang 1706 hingga 1707, Amangkurat mengalami penderitaan karena diburu pasukan Pangeran Puger.

Amangkurat III kemudian berpindah-pindah tempat demi lepas dari buruan Pangeran Puger.

Dia pindah tempat dari Malang, Blitar, Kediri, dan akhirnya menyerah di Surabaya pada 1708.

Setelah menyerahkan diri di Surabaya, Amangkurat III kemudian ditahan oleh VOC.

Amangkurat III kemudian dijebloskan ke dalam penjara di Batavia.

Setelah dari Batavia, Amangkurat III kemudian dipindahkan ke Sri Lanka oleh VOC hingga meninggal dunia.

Amangkurat III meninggal dunia pada tahun 1734.