Persekongkolan Putra Mahkota Mataram Islam Culik Istri Tercantik Tumenggung Wiraguna Bikin Sultan Agung Marah Besar

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Sebelum jadi raja Mataram Islam, Amangkurat I pernah menculik istri tercantik Tumenggung Wiraguna. Sultan Agung marah besar.

Sebelum jadi raja Mataram Islam, Amangkurat I pernah menculik istri tercantik Tumenggung Wiraguna. Sultan Agung marah besar.

Intisari-Online.com -Ada satu perbuatan Amangkurat I yang bikin Sultan Agung benar-benar marah.

Ketika itu Amangkurat I masih berstatus Putra Mahkota Mataram Islam, nama kecilnya Raden Mas Sayyidin.

Suatu hari, dia terlibat komplotan yang memalukan, yang melibatkan beberapa abdi dalem senior Mataram Islam.

HJ De Graaf menulis peristiwa itu terjadi pada 1637.

"Putra mahkota menjadi pusat suatu komplotan intrik istana yang gawat," tulis De Graaf.

Komplotan ini melibatkan Tumenggung Danupaya dan Tumenggung Sura Agul-Agul--keduanya ikut dalam ekspedisi menyerang VOC di Batavia.

Menurut sumber Belanda yang dikutip oleh De Graaf, kemungkinan Putra Mahkota menculik istri tercantik Tumenggung Wiraguna.

Komplotan ini ternyata diketahui salah satunya oleh adik Amangkurat, Pangeran Alit.

Dia pun melaporkan kejadian memalukan itu kepada Sultan Agung.

Pangeran Alit berharap, hak-hak putra mahkota yang melekat pada Amangkurat I, dicabut dan diserahkan kepadanya.

Ternyata itu adalah harapan yang sia-sia.

Sultan Agung malah memarahi keduanya.

Sementara gelar Putra Mahkota masih melekat kepada kakaknya, Pangeran Alit malah dibuang dari keraton selama beberapa waktu.

Untuk memperbaiki sikap putranya, Sultan Agung memasrahkan lagi Amangkurat I kepada Tumenggung Mataram.

Nama terakhir ini adalah guru Amangkurat I saat masih kanak-kanak hingga menjelang akil balig.

Sementara itu, Tumenggung Wiraguna yang marah besar membunuh istrinya yang dikembalikan oleh Putra Mahkota.

Sikapnya itu membuat Tumenggung Wiraguna mendapat peringatan keras dari Sultan Agung.

De Graaf juga menulis, berdasarkan keterangan dari para tawanan, persoalan tersebut sebenarnya diselesaikan dengan lebih keras.

Konon, dua puluh pengabdi istana Putra Mahkota, yang dicurigai terlibat komplotan, dibunuh.

Tumenggung Danupaya harus membayar denda yang cukup berat, begitu juga dengan Tumenggung Sura Agul-Agul.

Tumenggung Sura Agul-Agul juga dipaksa berjuang mati-matian untuk merebut Bavatia.

Ketokohan Tumenggung Wiraguna

Soal sepak terjang Tumenggung Wiraguna, penulis Belanda H.J. De Graaf menuliskannya agak panjang.

De Graaf menyebut Wiraguna sebagai sosok yang menarik.

Wiraguna tampil sebagai jenderal besar Mataram karena kesehatan Sultan Agung yang menurun.

Ketokohan Wiraguna memang tampak di akhir masa Sultan Agung yang gemilang.

Dia disebut banyak melakukan penaklukan di Jawa dengan klimaks upaya pengepungan kota benteng Batavia.

Kepopuleran Wiraguna muncul seiring dengan meredupnya karier Ngabei Dirantaka yang gagal memimpin ekspedisi melawan VOC di Batavia.

Wiraguna mulai tampil sebagai wakil utama Sultan Agung pada 1644.

Pihak Belanda mengenalnya sebagai jenderal utama, hakim tertinggi, dan penasehat utama Susuhunan Mataram.

Nama Tumenggung Wiraguna tertulis dalam surat-surat penting yang dikirimkan ke berbagai pihak di mancanegara.

Di Jambi dan Sukapura ditemukan bukti surat dari Mataram yang dibubuhi nama Wiraguna sebagai penasehat terdekat Raja Mataram.

Jadi memang Wiraguna adalah nama tokoh besar, orang kepercayaan Sultan Agung, yang tentu memiliki kekuasaan politik, ekonomi, sosial, dan militer yang luar biasa.

Ia hanya tunduk seorang pada Sultan Agung.

Latar belakang tokoh ini sangat gelap.

Namun bisa dirunut sejak ekspedisi penaklukan Madura babak pertama yang dipimpin Adipati Sujanapura.

Tokoh ini tewas dalam pertempuran.

Panembahan Juru Kiting yang sudah sepuh dikirim untuk menggantikan Sujanapura.

Nah, di misi kedua inilah Juru Kiting didampingi seseorang yang tidak disebut, namun memberi sumbangan besar keberhasilan ekspedisi ke Madura.

Orang inilah yang diduga kuat Wiraguna, yang keberhasilannya memikat Sultan Agung dan mengantarnya ke kedudukan yang lebih tinggi.

Sepinya catatan sejarah tentang Wiraguna dari sumber Jawa menunjukkan ia bukan seseorang yang gampang diterima lingkungan kerajaan yang penuh pergolakan internal.

Namun sebaliknya, ia orang yang paling dipercaya Sultan Agung di masa-masa akhir hidupnya.

Sebagai tangan kanan dan memiliki kekuasaan sangat besar, Wiroguno memiliki segala sumber daya untuk memonitor apa saja di wilayah Mataram.

Termasuk intrik pejabat dan polah tingkah keluarga serta anak keturunan Sultan Agung.

Wiraguna pulalah yang intens memantau perilaku putra mahkota, Pangeran Aryo Mataram, yang kelak marak sebagai Amangkurat I sepeninggal Sultan Agung.

Wiraguna menduduki jabatan tertinggi di Mataram di dua era, masa Sultan Agung dan awal Amangkurat I.

Ia pun mengetahui dan memahami secara utuh drama melibatkan putra mahkota dan intrik adiknya, Pangeran Alit, yang berebut posisi.

Putra mahkota yang masih berusia 18 tahun rupanya menculik dan merudapaksa istri tercantik Tumenggung Wiraguna.

Kejadian itu dilaporkan kubu Pangeran Alit ke Sultan Agung, ayah mereka.

Harapan Pangeran Alit, status putra mahkota akan dicabut dari kakaknya, dan jatuh ke tangan dirinya. Rupanya Sultan Agung tidak mengubah keputusannya.

Versi lain menyebut Wiraguna-lah yang mengadukan perilaku sang putra mahkota ke Sultan Agung.

Pengaduan itu membuat raja murka dan mengurung diri selama berminggu-minggu.

Inilah bibit-bibit kebencian pada diri putra mahkota terhadap Wiraguna.

Sesudah masalah ini ditangani raja, Wiraguna mengeksekusi istri cantiknya yang telah dicemari sang pangeran dan dikembalikan pada dirinya.

Dua puluh abdi dalem putra mahkota yang turut membantu penculikan dihukum mati.

Beberapa tokoh senior yang terlibat persekongkolan putra mahkota dan adiknya ini juga dihukum berat.

Apakah yang dimaksud istri cantik Wiraguna ini ada kaitan dengan Roro Mendut, tidak ada sumber tertulis dan penulis sejarah yang menguatkannya.

Artikel Terkait