Hancur Lebur, Inilah Kondisi Candi Borobudur saat Pertama Kali Ditemukan, Kini Jadi Pusat Perayaan Peristiwa Waisak

Ade S

Penulis

Kondisi Candi Borobudur pertama kali ditemukan

Intisari-Online.com -Candi Borobudur adalah salah satu keajaiban dunia yang menjadi saksi bisu peradaban Jawa kuno.

Candi ini dibangun sebagai monumen Buddha terbesar di dunia dengan arsitektur dan relief yang mengagumkan.

Namun, tidak banyak yang tahu bahwa Candi Borobudur pertama kali ditemukan dalam kondisi hancur lebur dan tertimbun tanah selama berabad-abad.

Lalu, sehancur apa kondisicandi yang akan menggelarfestival pelepasan lampion dalamperayaan Waisak pada Minggu 4 Juni 2023tersebut?

Temukan jawaban dan foto-fotonya dalam artikel di bawah ini.

Festival Pelepasan Lampion di Candi Borobudur

Salah satu perayaan yang paling menarik dan meriah di Candi Borobudur adalah festival pelepasan lampion yang biasanya digelar dalam rangka Hari Raya Waisak.

Festival pelepasan lampion adalah salah satu cara untuk merayakan Waisak dengan menyebarkan cahaya kedamaian. Lampion dianggap sebagai simbol dari cahaya Dharma yang menerangi dunia.

Ribuan lampion berwarna-warni akan diterbangkan oleh para peserta festival dari Lapangan Marga Utama Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah.

Berikut adalah informasi jadwal dan cara pesan tiket festival pelepasan lampion Waisak 2023 di Candi Borobudur:

Baca Juga: Viral Foto Lawas Borobudur: Seperti Inilah Kondisi Borobudur saat Pertama Kali Ditemukan, Menyedihkan

Jadwal Sesi 1: 17.30 - 19.00 WIB <br> Sesi 2: 20.00 - 21.30 WIB
Tanggal Minggu, 4 Juni 2023
Lokasi Lapangan Marga Utama Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah
Harga Tiket Menerbangkan lampion: Rp500.000; Menonton festival: Rp50.000
Cara Pesan Tiket Buka dan isi link berikut https://forms.gle/ktDaLXf3SaAFUYM38
Kondisi Borobudur saat Pertama Ditemukan Raffles

Candi Borobudur sendiri ditemukan kembali oleh orang-orang Eropa pada tahun 1814, saat Inggris menguasai Pulau Jawa di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles.

Raffles adalah seorang penjelajah dan peneliti yang sangat tertarik dengan sejarah dan kebudayaan Jawa.

Dia mendengar kabar tentang adanya sebuah monumen kuno raksasa di dekat Magelang dari seorang bupati Yogyakarta bernama Tan Jin Sing.

Raffles kemudian menugaskan seorang insinyur Belanda bernama Cornelius untuk menggali informasi lebih lanjut tentang monumen tersebut.

Cornelius bersama dengan seorang mandor dan seorang pemandu setempat pergi ke Desa Bumisegoro, tempat di mana monumen itu berada.

Setelah menembus semak belukar dan tanah yang menutupi candi, mereka akhirnya sampai di lokasi.

Kondisi Candi Borobudur saat pertama kali dilihat Cornelius sangat memprihatinkan.

Hampir seluruh bagian candi rusak, sebagian bangunan terkubur, sebagian lagi sudah ditumbuhi oleh semak belukar.

Baca Juga: Di Balik Peristiwa Biksu Thailand Lakukan Thudong, Ini Alasan Candi Borobudur Yang Dipilih

Pembersihan Mahakarya Wangsa Sailendra itu berlangsung selama dua bulan dengan bantuan 200 warga desa.

Mereka menggali tanah yang menimbun candi, serta memotong dan membakar semak belukar yang menyelimuti candi.

Khusus untuk penggalian, Cornelius terpaksa membatasinya karena tidak ingin Borobudur runtuh.

Namun, meski meminta informasi tentang Borobudur dan sering mendapat laporan dari Cornelius, Raffles sendiri tidak banyak menulis mengenai Borobudur dalam buku-bukunya.

Bahkan dalam karya besarnya, History of Java (1817), hanya ada beberapa kalimat yang menyebut Borobudur.

Foto-foto lawas Borobudur yang bisa dilihat di Studio Sejarah Restorasi Candi Borobudur di kompleks Taman Candi Borobudur, Magelang.

Kerusakan parah terlihat di candi yang memiliki enam tingkat berbentuk persegi dan tiga tingkat berbentuk lingkaran itu.

Teras melengkung bergelombang karena gempa, batu-batu penyusun stupa jatuh dan berserakan di teras lantai.

Di lantai 8, 9, dan 10 atau yang dikenal dengan tingkat Arupadhatu, kondisi candi sangat memprihatinkan.

Stupa utama yang biasa kita lihat dari kaki Borobudur hanya tinggal rongga menganga yang berisi batu-betu penyusunnya.

Baca Juga: Di Balik Peristiwa 32 Biksu Jalan Kaki ke Indonesia, Kerajaan Sriwijaya Sudah Jadi Magnet Biksu Dunia

Stupa di sekitar stupa utama juga sebagian runtuh.

Batu-batu ‘pengunci’ yang berbentuk ekor burung, takikan, tipe alur dan lidah, serta tipe purus dan lubang tak lagi menempel, sebagai mana fungsi seharusnya.

Debu vulkanis dan material lahar ‘tersebar’ di sekitar candi. Hal ini pula yang menyebabkan semak belukar tumbuh dan menyelimuti candi.

Diduga gempa yang sangat kuat (juga gunung meletus) yang membuat kondisi candi Borobudur sangat hancur saat pertama kali dilihat oleh Cornelius.

Baca Juga: Di Balik Peristiwa Biksu Thailand Jalan Kaki Ribuan Kilometer Ke Candi Borobudur, Apa Itu Thudong?

Artikel Terkait