Kisah Ki Bahurekso, Adipati Kendal yang Sakti Mandraguna dan Setia Pada Mataram Islam

Afif Khoirul M

Penulis

Ilustrasi - Sosok Ki Bahurekso, Adipati Kendal yang setia pada Mataram Islam.

Intisari-online.com - Ki Bahurekso adalah seorang adipati Kendal pertama yang dihormati sebagai pahlawan yang melawan penjajah Belanda dan Portugis di tanah Jawa.

Namun, bagaimana asal-usul dan kisah hidup Ki Bahurekso?

Bagaimana dia mendapatkan ilmu sakti dan pengabdian kepada Mataram Islam?

Ki Bahurekso memiliki nama asli Joko Bahu.

Dia adalah anak satu-satunya dari Ki Ageng Cempaluk, seorang punggawa Mataram yang diasingkan karena pernah berbuat salah.

Ki Ageng Cempaluk terkenal sebagai orang sakti yang membangun padepokan di hulu Kali Comal.

Ki Bahurekso berasal dari desa Kesesi, yang berarti pengasingan.

Dia memiliki keinginan untuk mengabdi di kerajaan Mataram yang dipimpin oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo.

Sultan Agung menerima Ki Bahurekso dengan baik, tetapi memberikan tiga ujian kepadanya untuk membuktikan kesetiaannya.

Ujian pertama adalah membendung Kali Sombong, yang sering menyebabkan kekeringan di sawah-sawah rakyat Mataram saat musim kemarau.

Kali Sombong terkenal angker dan ditempati oleh Welut Putih, siluman ular putih yang merusak bendungan yang dibuat oleh Ki Bahurekso dan prajuritnya.

Baca Juga: Surabaya Tumbang di Tangan Mataram Islam, Kisah Perang dan Racun di Sungai Brantas

Ki Bahurekso melakukan pertapaan bernama Tapa Brata untuk mencari solusi.

Dia bertemu dengan Welut Putih dan berhasil menawarkannya agar mau bekerja sama dengan Mataram.

Ki Bahurekso lalu berhasil membendung Kali Sombong dan memberi manfaat bagi rakyat.

Ujian kedua adalah membuka lahan di tepi pantai bernama Alas Gambiran, yang juga terkenal angker dan menyesatkan. Banyak orang yang melewati hutan itu tidak pernah kembali.

Ki Bahurekso melakukan pertapaan bernama Tapa Ngalong selama 40 hari lamanya.

Tapa Ngalong adalah bentuk bertapa mengikuti posisi kalong atau kelelawar.

Tapa ini dilakukan atas saran Ki Ageng Cempaluk, karena usaha Ki Bahurekso ingin digagalkan oleh Dewi Lanjar, utusan Ratu Kidul.

Dengan tapa ini, Ki Bahurekso mendapatkan ilmu sakti mandraguna, yaitu ilmu untuk mengendalikan binatang buas.

Dengan ilmu ini, Ki Bahurekso berhasil membuka Alas Gambiran dan mengubahnya menjadi lahan subur.

Dia juga berhasil menaklukkan Dewi Lanjar dan membuatnya jatuh cinta padanya.

Dewi Lanjar kemudian memberikan hadiah berupa keris Kyai Carubuk kepada Ki Bahurekso.

Baca Juga: Mataram Islam Lahir Dari Pembangkangan Panembahan Senopati Kepada Kerajaan Pajang

Ujian ketiga adalah mengalahkan musuh-musuh Mataram, yaitu Belanda dan Portugis yang ingin menjajah tanah Jawa.

Ki Bahurekso bersama prajurit-prajurit Mataram berperang dengan gagah berani dan menggunakan kesaktian serta keris Kyai Carubuknya.

Dalam salah satu pertempuran, Ki Bahurekso berhasil melukai seorang panglima Belanda bernama Van Goen dengan kerisnya.

Namun, dia juga terluka parah oleh tembakan musuh. Sebelum meninggal, dia sempat meminta agar jasadnya dikuburkan di Kendal, tempat dia membuka lahan.

Sultan Agung sangat berduka atas kematian Ki Bahurekso.

Dia memberikan gelar Ki Bahurekso kepada Joko Bahu dan menetapkannya sebagai adipati Kendal pertama.

Sultan Agung juga memerintahkan agar makam Ki Bahurekso dijaga dengan baik dan dihormati sebagai pahlawan.

Itulah kisah Ki Bahurekso, sang adipati Kendal yang sakti mandraguna dan setia pada Mataram Islam.

Kisahnya masih hidup dalam kesenian sintren, sebuah tarian tradisional yang menceritakan kisah cinta antara Ki Bahurekso dan Dewi Lanjar.

Artikel Terkait