Find Us On Social Media :

Penjaran dan Pembakaran di Depan Mata, Ini Kesaksian di Balik Kerusuhan Mei 1998 di Solo

By Afif Khoirul M, Minggu, 7 Mei 2023 | 13:15 WIB

Ilustrasi - Kerusuhan yang terjadi pada Mei 1998.

Eddy mengaku bahwa ia sempat trauma dan tidak bisa tidur setelah kejadian itu. Ia mengatakan bahwa ia tidak pernah membayangkan bahwa Solo bisa menjadi begitu mengerikan.

"Solo itu kan kota yang ramah, sopan, toleran, dan luhur budayanya. Saya tidak tahu apa yang membuat mereka menjadi begitu brutal dan tidak berperikemanusiaan. Saya merasa sedih melihat kota ini hancur seperti itu," kata Eddy.

Eddy menambahkan bahwa ia sempat bertemu dengan beberapa korban yang selamat dari kerusuhan itu.

Ia mendengar kisah-kisah pilu dari mereka yang kehilangan harta benda, keluarga, atau martabat mereka.

"Ada yang cerita bahwa dia diperkosa oleh beberapa orang di depan suaminya yang terikat. Ada yang cerita bahwa dia melihat adiknya dibunuh di depan matanya. Ada yang cerita bahwa dia harus bersembunyi di dalam selokan untuk menghindari kejaran massa. Saya merasa iba dan prihatin dengan nasib mereka," kata Eddy.

Eddy berharap bahwa peristiwa kerusuhan Mei 1998 di Solo tidak akan terulang lagi.

Ia berharap bahwa masyarakat Solo bisa menjaga toleransi dan persaudaraan antara sesama, tanpa membedakan suku, agama, atau ras.

"Solo itu kota yang indah dan kaya akan budaya. Saya berharap Solo bisa kembali menjadi kota yang damai dan harmonis. Saya berharap Solo bisa menjadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia," ujar Eddy.

Sementara itu, Suhatmi, seorang penjual angkringan yang juga menjadi saksi mata kerusuhan itu, mengaku masih merinding dan takut saat mengingat kejadian itu.

Ia mengatakan bahwa ia melihat banyak ledakan, pembakaran, dan penjarahan yang terjadi di sekitar tempatnya berjualan.

"Saya melihat banyak orang yang bawa-bawa obor, minyak tanah, dan tong minyak. Mereka melempar-lempar ke toko-toko dan membakarnya. Banyak toko yang milik orang Tionghoa yang jadi sasaran mereka," kata Suhatmi.

Baca Juga: Syarat & Cara Mendapatkan Bansos BLT Kemensos Rp 2,4 Juta Disalurkan Mulai Mei 2023

Suhatmi mengatakan bahwa ia sempat melihat beberapa korban yang terbakar hidup-hidup saat mencoba menjarah toko-toko itu.

Ia mengatakan bahwa ia merasa histeris dan tidak tega melihat pemandangan itu.

"Saya lihat ada orang yang seperti pitik dibakar dikarungin. Saya nggak ngerti apa salah mereka sampai harus dibunuh seperti itu. Saya merasa kasihan dan sedih melihatnya," kata Suhatmi.

Suhatmi berharap bahwa kerusuhan Mei 1998 di Solo adalah peristiwa terakhir yang menimpa kota ini.