Find Us On Social Media :

Penjaran dan Pembakaran di Depan Mata, Ini Kesaksian di Balik Kerusuhan Mei 1998 di Solo

By Afif Khoirul M, Minggu, 7 Mei 2023 | 13:15 WIB

Ilustrasi - Kerusuhan yang terjadi pada Mei 1998.

Intisari-online.com  - Kerusuhan Mei 1998 adalah salah satu peristiwa paling kelam dalam sejarah Indonesia.

Kerusuhan yang dipicu oleh krisis ekonomi, kritik terhadap pemerintahan Orde Baru, dan tragedi Trisakti yang menewaskan empat mahasiswa itu tidak hanya terjadi di Jakarta, tetapi juga di beberapa kota lain, termasuk Solo.

Solo, yang dikenal sebagai kota budaya dan pusat peradaban Jawa, menjadi saksi mata dari kekerasan dan pembakaran yang melanda kota itu pada tanggal 14-15 Mei 1998.

Banyak toko dan bangunan milik etnis Tionghoa yang menjadi sasaran amukan massa.

Tak hanya itu, banyak pula warga etnis Tionghoa yang menjadi korban pemerkosaan, penyiksaan, dan pembunuhan.

Salah satu saksi mata yang mengalami langsung kerusuhan itu adalah Eddy Hasby, seorang fotografer Kompas yang saat itu sedang bertugas di Yogyakarta.

Ia mengaku begitu terkejut dan lelah saat melihat keadaan Solo yang berubah menjadi lautan api dan darah.

"Saya sampai di Solo sekitar jam 10 malam tanggal 14 Mei. Saat itu saya melihat banyak massa yang bergerak menuju pusat kota. Saya ikut menyusuri jalan Slamet Riyadi dan melihat banyak toko yang sudah dibakar dan dirusak. Saya juga melihat banyak orang yang menjarah barang-barang dari toko-toko itu," kata Eddy.

Eddy mengatakan bahwa ia sempat berhenti di depan Mal Ratu Luwes, salah satu mal terbesar di Solo yang juga terbakar.

Ia mencoba mengambil gambar dari dalam mobilnya, tetapi tiba-tiba ada sekelompok orang yang mendekat dan memukuli mobilnya.

"Mereka menuduh saya sebagai mata-mata atau intel. Saya berusaha menjelaskan bahwa saya wartawan, tetapi mereka tidak percaya. Mereka memecahkan kaca mobil saya dan mencoba menarik saya keluar. Untungnya ada polisi yang datang dan membantu saya lolos dari mereka," ujar Eddy.

Baca Juga: Ngerinya Kerusuhan di Balik Peristiwa Mei 1998, Titik Nol Reformasi Indonesia