Selain kerusuhan, Peristiwa Mei 1998 juga ditandai dengan aksi mahasiswa yang menduduki gedung DPR/MPR pada 18-21 Mei 1998.
Mahasiswa menuntut agar Presiden Soeharto mundur dari jabatannya dan membentuk pemerintahan transisi yang demokratis.
Tekanan dari dalam dan luar negeri semakin kuat terhadap Soeharto.
Bahkan, Wakil Presiden BJ Habibie dan sejumlah tokoh militer juga mendesak Soeharto untuk melepaskan jabatannya demi kepentingan bangsa.
Akhirnya, pada 21 Mei 1998, Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Presiden RI ke-2 di Istana Merdeka.
Pengumuman ini disaksikan oleh Habibie dan sejumlah pejabat negara lainnya. Habibie kemudian menggantikan Soeharto sebagai Presiden RI ke-3.
Peristiwa Mei 1998 membuka babak baru dalam sejarah Indonesia.
Peristiwa ini menjadi awal dari era reformasi yang mengusung semangat demokrasi, hak asasi manusia, dan desentralisasi.
Peristiwa ini juga menjadi momentum bagi munculnya gerakan-gerakan sosial dan politik yang beragam.
Peristiwa Mei 1998 merupakan peristiwa yang tidak boleh dilupakan oleh bangsa Indonesia.
Peristiwa ini menjadi pelajaran berharga bagi kita untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa di tengah perbedaan.
Peristiwa ini juga menjadi pengingat bagi kita untuk selalu menghormati hak-hak dasar setiap warga negara.