Penulis
Intisari-Online.com -Pohon mentaok adalah salah satu jenis tanaman yang memiliki peran penting dalam sejarah Yogyakarta.
Pohon ini diyakini sebagai penghuni kawasan hutan mentaok yang menjadi lokasi cikal bakal berdirinya Kerajaan Mataram Islam Yogyakarta pada abad ke-16.
Artikel ini akan mengulas lebih lanjut tentang pohon mentaok, mulai dari ciri-ciri fisik, manfaat, penyebaran, hingga kaitannya dengan sejarah Kerajaan Mataram Islam.
Kisah Babad Alas Mentaok oleh Ki Ageng Pemanahan
Pohon mentaok (Wrightia javanica) adalah salah satu jenis tanaman yang ditemukan di kawasan hutan Mentaok, tempat cikal bakal berdirinya Kerajaan Mataram Islam Yogyakarta.
Hutan ini merupakan hadiah dari Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir dari Pajang kepada Ki Ageng Pemanahan, pendiri Wangsa Mataram dan ayah dari Panembahan Senopati.
Ki Ageng Pemanahan adalah seorang ulama dan pejuang yang hidup pada abad ke-16. Ia berasal dari desa Giriwungu, Banyumas, dan merupakan keturunan dari Brawijaya V, raja terakhir Majapahit.
Suatu hari, ia mendapat petunjuk dari Tuhan untuk membuka hutan Mentaok yang terletak di sebelah timur sungai Opak. Hutan tersebut merupakan hutan liar yang dipenuhi oleh binatang buas dan makhluk halus.
Ki Ageng Pemanahan pun berangkat bersama putra dan para pengikutnya untuk membabat hutan tersebut.
Dalam perjalanan, mereka menghadapi berbagai tantangan dan bahaya. Mereka harus berhadapan dengan harimau, ular, kera, dan lain-lain. Mereka juga harus mengatasi gangguan dari para jin dan siluman yang tidak senang dengan niat mereka.
Baca Juga: Benarkah Wanita Harus Lepas Hijab di Makam Raja-raja Mataram Islam di Kotagede?
Di sana, mereka mendirikan pemukiman yang diberi nama Mataram. Nama ini diambil dari kata "mata" yang berarti mata air dan "ram" yang berarti indah atau menarik. Ki Ageng Pemanahan kemudian dijuluki sebagai Kiyai Gede Mataram karena berhasil membuka hutan tersebut.
Putranya, Raden Ngabehi Saloring Pasar, kelak menjadi keturunan pertama darinya yang memimpin daerah tersebut dan mendirikan kerajaan yang disebut Kesultanan Mataram Islam bergelar Panembahan Senopati.
Peristiwa "Babad Alas Mentaok" ini populer dalam lakon-lakon panggung ketoprak Mataraman di masa kini.
Pohon Mentaokyang bunganya biseksual
Melansir dlhk.jogjaprov.go.id, pohon mentaok adalah penghuni kawasan Hutan Musim termasuk Hutan Muson, semak belukar, hutan savana, dengan kondisi kering yang periodik maupun permanen.
Dalam aspek ketinggian tempat, jenis tanaman ini tumbuh dengan baik sampai ketinggian lebih dari 1000 mdpl.
Pohon mentaok memiliki habitus pohon, bisa mencapai ukuran tinggi 35 meter dengan diameter sebesar 50 cm.
Kulit batangnya berwarna abu-abu coklat hingga kuning kecoklatan, beralur agak dalam.
Daunnya berbentuk bulat telur dengan ujung daun meruncing dengan rambut halus pada bagian permukaan dan pada bagian bawah daun sedikit kasar.
Sementara bunga berwarna putih kekuning-kuningan atau merah muda hingga merah tua, terdapat dalam bentuk malai pada ujung ranting.
Bunga mentaok bersifat biseksual, di mana bunga lengkap mengandung androecium dan gynoecium dalam satu bunga.
Baca Juga: Punya Pepali Fenomenal, Inilah Ki Ageng Selo, Leluhur Mataram Islam yang Mampu Menangkap Petir
Jenis bunga seperti ini mengandung benang sari dan putik dalam bunga yang sama. Karenanya, bunga biseksual disebut juga bunga hermafrodit atau androgini.
Lanjur ke bagian buah, diketahui mentaok memiliki buah yang berbentuk lonjong dengan kulit buah yang keras dan memiliki belahan pada bagian tengah. Buah berwarna kecoklatan, akan pecah ketika tua dan biji akan tersebar.
Kayu mentaok mempunyai tekstur yang halus, kuat dan keras yangbanyak dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi bangunan, pensil, instrumen musik, wayang, sarung keris atau wrongko, patung, perkakas rumah tangga, dan karya seni ukir.
Terlepas dari profilnya, pohon mentaok juga memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi bagi masyarakat Yogyakarta
Pohon ini menjadi saksi bisu dari perjuangan Ki Ageng Pemanahan dan putranya dalam membuka hutan Mentaok dan mendirikan Kerajaan Mataram Islam.
Banyaj yang menganggap pohon ini sebagai simbol dari kekuatan dan ketahanan yang dimiliki oleh Wangsa Mataram.
Demikian artikel tentang pohon mentaok, pohon berbungan biseksual yang menjadi cikal bakal berdirinya kerajaan Mataram Islam. Semoga bermanfaat.
Baca Juga: Inilah Keterkaitan antara Kerajaan Demak dan Kerajaan Mataram Islam