Penulis
Intisari-online.com -Masyarakat Jawa, terutama Keraton Surakarta, menghormati kebo bule sebagai kerbau putih albino.
Dipercaya hewan ini memiliki kekuatan gaib dan menjadi bagian dari sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Islam di Surakarta.
Namun, dari mana asal-usul kebo bule dan apa saja kisahnya?
Kebo bule pertama kali dikenal pada zaman Sunan Pakubuwono I (1704-1719), pendiri Keraton Surakarta.
Saat itu, beliau sedang mencari tempat yang sesuai untuk membangun ibu kota baru setelah meninggalkan Kartasura karena pemberontakan Cina pada 1743.
Dalam perjalanan, Sunan Pakubuwono I melihat seekor kebo bule yang sedang tidur di bawah pohon beringin.
Beliau merasa tertarik dengan hewan itu dan menyuruh pengawalnya untuk menangkapnya.
Namun, kebo bule itu kabur dan lari ke arah timur.
Sunan Pakubuwono I menganggap hal itu sebagai isyarat baik dan mengikuti jejak kebo bule itu.
Akhirnya, beliau tiba di sebuah daerah yang bernama Sala atau Solo.
Di situ, beliau mendirikan Keraton Surakarta dan menjadikan kebo bule sebagai hewan kesayangannya.
Baca Juga: Benarkah Wanita Harus Lepas Hijab di Makam Raja-raja Mataram Islam di Kotagede?
Kebo bule itu kemudian diberi nama Kiai Slamet dan dianggap sebagai hewan ajaib yang membantu Sunan Pakubuwono I dalam membangun dan memerintah Keraton Surakarta.
Kiai Slamet juga dikawinkan dengan seekor kebo betina bernama Nyai Bagelen dan memiliki keturunan yang disebut kebo bule keraton.
Sampai sekarang, kebo bule keraton masih dipelihara oleh Keraton Surakarta sebagai pusaka hidup yang harus dijaga dan dirawat dengan baik.
Kebo bule keraton juga menjadi bagian penting dalam ritual kirab malam satu suro atau tahun baru Jawa.
Kirab kebo bule adalah tradisi mengarak beberapa ekor kebo bule keraton mengelilingi kota Solo sebagai simbol permohonan keselamatan dan berkah bagi raja dan rakyat.
Kirab ini juga merupakan bentuk penghormatan kepada Kiai Slamet yang telah berjasa dalam sejarah Keraton Surakarta.
Itulah cerita di balik kebo bule, hewan ajaib yang menemukan Surakarta.
Keberadaannya tidak hanya menjadi warisan budaya, tetapi juga menjadi saksi bisu perkembangan Keraton Surakarta dari masa ke masa.
Selain dari Ponorogo, ada juga versi lain yang menyebutkan bahwa kebo bule berasal dari Tuban.
Menurut cerita rakyat, kebo bule itu adalah hewan kesayangan Raden Aryo Dandang Wacana, seorang adipati Tuban yang berperang melawan Majapahit.
Kebo bule itu kemudian diwariskan kepada keturunannya yang menjadi raja-raja Mataram Islam.
Baca Juga: Pengkhianat Mataram yang Diinjak-injak di Kompleks Makam Sultan Agung Hingga Saat Ini
Kebo bule keraton tidak hanya berwarna putih, tetapi juga memiliki ciri khas lain seperti tanduk yang melengkung ke atas dan mata yang berwarna biru.
Kebo bule keraton juga memiliki nama-nama khusus seperti Kyai Slamet, Nyai Bagelen, Kyai Kanigoro, Nyai Kenongo, dan lain-lain.
Kebo bule keraton juga memiliki peran dalam kesenian Jawa.
Ada sebuah kesenian yang bernama kebo bule atau reog Ponorogo yang menggambarkan kekuatan dan keberanian kebo bule dalam membantu Pakubuwono II.
Kesenian ini juga menjadi media dakwah Islam di Ponorogo dan sekitarnya.