Misteri Pertapaan Kembang Lampir, Tempat Suci yang Menyimpan Rahasia Kerajaan Mataram Islam

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Foto - Pertapaan Kembang Lampir, Mataram Islam.
Foto - Pertapaan Kembang Lampir, Mataram Islam.

Intisari-online.com - Kembang Lampir adalah sebuah lokasi yang memiliki makna sejarah dan religius yang tinggi bagi masyarakat Yogyakarta khususnya dan Indonesia pada umumnya.

Lokasi ini berada di Padukuhan Blimbing, Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul.

Lokasi ini diyakini sebagai tempat turunnya wahyu kerajaan Mataram Islam yang kemudian melahirkan dinasti Mataram yang berkuasa di tanah Jawa.

Kembang Lampir merupakan petilasan atau bekas tempat tinggal Ki Ageng Pemanahan, seorang keturunan Brawijaya V dari kerajaan Majapahit.

Ki Ageng Pemanahan adalah seorang tokoh yang berperan penting dalam berdirinya kerajaan Mataram Islam.

Ia adalah ayah dari Panembahan Senopati, pendiri dan raja pertama Mataram.

Ki Ageng Pemanahan melakukan pertapaan di Kembang Lampir atas petunjuk dari Sunan Kalijaga, salah satu wali yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.

Dalam pertapaannya itu, ia mendapat wahyu bahwa karaton atau kerajaan berada di Dusun Giring, Desa Sodo, Kecamatan Paliyan, Gunung Kidul.

Wahyu itu disimbolkan dalam bentuk degan atau kelapa muda.

Ki Ageng Pemanahan kemudian pergi ke Dusun Giring untuk merebut wahyu itu dari Ki Ageng Giring, seorang tokoh yang juga mengklaim sebagai penerima wahyu karaton.

Setelah terjadi pertarungan sengit antara keduanya, akhirnya Ki Ageng Pemanahan berhasil mengalahkan Ki Ageng Giring dan membawa pulang wahyu itu ke Kembang Lampir.

Baca Juga: Inilah Keterkaitan antara Kerajaan Demak dan Kerajaan Mataram Islam

Dari wahyu itu, kemudian lahir kerajaan Mataram Islam yang dipimpin oleh Panembahan Senopati. Kerajaan ini berkembang menjadi salah satu kerajaan terbesar dan terkuat di tanah Jawa.

Kerajaan ini juga melahirkan beberapa raja terkenal seperti Sultan Agung dan Amangkurat I.

Kembang Lampir kini menjadi tempat ziarah dan tirakatan bagi banyak orang yang ingin mendapatkan berkah dan keberkahan dari leluhur Mataram.

Tempat ini juga menjadi saksi bisu dari sejarah keagungan kerajaan Mataram Islam yang pernah berjaya di masa lalu.

Kembang Lampir adalah tempat suci yang menyimpan rahasia kerajaan Mataram Islam.

Kerajaan Mataram Islam berdiri pada tahun 1586 M, ketika Panembahan Senopati menggantikan ayahnya sebagai bupati Mataram.

Ia mendapat dukungan dari Sultan Pajang, yang merupakan ayah angkatnya.

Ia juga mendapat legitimasi dari Sunan Kalijaga, yang memberinya gelar Sayidin Panatagama, artinya pemimpin agama.

Panembahan Senopati memperluas wilayah kekuasaannya dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil di sekitarnya.

Ia juga berhasil mengalahkan Surabaya, yang merupakan pusat perdagangan dan kekuatan militer di Jawa Timur.

Ia juga menghadapi ancaman dari Belanda, yang mulai masuk ke nusantara untuk menguasai perdagangan rempah-rempah.

Baca Juga: Kisah Unik di Balik Makanan Gudeg, Hidangan Legendaris Ciptaan Prajurit Mataram Islam Berawal dari Cinta yang Ditolak

Panembahan Senopati meninggal pada tahun 1601 M dan digantikan oleh putranya yang bernama Mas Jolang atau Panembahan Seda Krapyak.

Ia melanjutkan perluasan wilayah dengan menaklukkan Madura dan Blambangan.

Kemudian jugamemindahkan ibu kota dari Kotagede ke Krapyak.

Ia meninggal pada tahun 1613 M dan digantikan oleh putranya yang bernama Raden Mas Rangsang atau Sultan Agung.

Sultan Agung adalah raja terbesar dan terkuat dalam sejarah Mataram Islam2. Ia berhasil menyatukan hampir seluruh tanah Jawa di bawah kekuasaannya, kecuali Banten dan Batavia.

Ia juga melakukan reformasi administrasi, hukum, militer, budaya, dan agama2. Ia memindahkan ibu kota lagi dari Krapyak ke Plered dan kemudian ke Karta.

Sultan Agung juga dikenal sebagai raja yang religius dan mencintai seni.

Ia membangun masjid-masjid besar seperti Masjid Agung Demak dan Masjid Agung Mataram.

Jugamenciptakan kalender Jawa yang masih digunakan sampai sekarang.

Kemudianmendukung perkembangan seni pertunjukan seperti wayang kulit dan gamelan.

Sultan Agung meninggal pada tahun 1645 M dan digantikan oleh putranya yang bernama Raden Mas Sayidin atau Amangkurat I.

Ia menghadapi banyak pemberontakan dari rakyat dan para bupati yang tidak puas dengan kebijakannya.

Hinggamenghadapi serangan dari Trunojoyo, raja Madura yang didukung oleh Belanda.

Artikel Terkait