Find Us On Social Media :

Ketika Takhta Jadi Pemicu Pertumpahan Darah Antar Saudara di Dalam Mataram Islam

By Afif Khoirul M, Kamis, 4 Mei 2023 | 13:50 WIB

Peperangan antara Mataram Islam dan Kerajaan Demak.

Amangkurat I melarikan diri ke arah barat dan menugaskan Raden Mas Rahmat untuk mempertahankan istana.

Namun, Raden Mas Rahmat menolak dan ikut mengungsi.

Pangeran Puger pun tampil menggantikan kakak tirinya untuk membuktikan kepada ayahnya bahwa ia tidak terlibat dalam pemberontakan Trunajaya.

Namun, pasukan Trunajaya terlalu kuat dan Pangeran Puger terpaksa mundur ke desa Jenar (sekarang di Purwodadi, Purworejo).

Di sana ia mendirikan istana baru bernama Purwakanda dan mengangkat dirinya sebagai raja dengan gelar Susuhunan Ingalaga.

Ia juga mengirim utusan ke VOC untuk meminta bantuan melawan Trunajaya.

Sementara itu, Amangkurat I meninggal di Tegal pada tahun 1677 dan digantikan oleh Raden Mas Rahmat sebagai Amangkurat II.

Amangkurat II berhasil mengalahkan Trunajaya dengan bantuan VOC pada tahun 1681 dan memindahkan ibu kota Mataram ke Kartasura.

Namun, hubungan antara Amangkurat II dan Pangeran Puger tidak harmonis.

Pangeran Puger merasa lebih berhak menjadi raja Mataram karena ia lebih tua dan lebih setia daripada Raden Mas Rahmat.

Baca Juga: Inilah Sosok Raja Mataram Kolektor Mobil Pertama di Indonesia

Ia juga tidak senang dengan ketergantungan Amangkurat II terhadap VOC yang dianggapnya sebagai penjajah.