Find Us On Social Media :

Geger Pecinan Bikin Mataram Islam Pindah Istana Untuk Kali Kelima

By Moh. Habib Asyhad, Kamis, 20 April 2023 | 14:17 WIB

Setelah berhasil mengalahkan pemberontakan Geger Pecinan, Pakubuwono II ogah menempati Keraton Kartasura. Dia pun memindahkan ibukota Mataram Islam ke Sala alias Surakarta.

Peristiwa ini adalah respon atas peristiwa pembantaian etnis Tionghoa di Batavia pada 1740.

Salah satu tokoh yang terlibat dalam peristiwa Geger Pecinan adalah Raden Mas Garendi yang nanti diangkat oleh para pemberontak menjadi Amangkurat V atau Sunan Kuning.

Pakubuwono II, raja Mataram Islam saat itu, awalnya mendukung gabungan tentara Jawa dan Tionghoa.

Tapi di tengah jalan, Pakubuwono II lebih memilih berada di kubu VOC.

Karena itulah gabungan pasukan Jawa dan Tionghoa akhirnya menyerbut Keraton Kartasura dengan menjebol bentengnya menggunakan mesiu.

Pakubuwono II yang terdesak akhirnya melarikan diri ke Ponorogo dan meninggalkan keratonnya dalam kondisi porak-poranda.

Raden Mas Garendi kemudian diangkat sebagai Amangkurat V.

Namun, pemberontakan ini tidak bertahan lama karena VOC mengirim bantuan untuk menumpas pemberontak dan mengembalikan Pakubuwono II ke tahtanya.

Meskipun sudah kembali berkuasa, Pakubuwono II merasa tidak aman tinggal di Keraton Kartasura yang sudah rusak dan bernoda darah.

Dia kemudian memutuskan untuk membangun ibu kota baru di Desa Sala yang kemudian dikenal sebagai Surakarta.

Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat berdiri dan ditempati sejak tahun 1745.

Dan sejak itu Keraton Kartasura sendiri tidak pernah ditempati lagi.

Perpindahan Keraton Mataram Islam dari Kartasura ke Sala merupakan peristiwa penting dalam sejarah Indonesia karena menandai berakhirnya masa kejayaan Mataram Islam.

Sementara di sisi lain, kedudukan VOC di Jawa semakin kuat.

Perpindahan ini juga mempengaruhi perkembangan sosial-budaya masyarakat Jawa, khususnya di wilayah Surakarta dan sekitarnya.