Find Us On Social Media :

Lebaran Kurang dari Seminggu, Kasus Covid Malah Melonjak 300 Persen, Subvarian dengan Gejala Tak Biasa Ini Paling Wajib Diwaspadai

By Ade S, Senin, 17 April 2023 | 13:53 WIB

Mudik lebaran yang sudah mulai berlangsung dibayang-bayangi oleh lonjakan kasus Covid-19 dan munculnya subvarian baru yang disebut memiliki gejala unik.

Intisari-Online.com - Hari raya Idul Fitri tinggal menghitung hari. Begitu juga dengan tradisi mudik yang bahkan sudah mulai berlangsung dalam beberapa hari terakhir.

Mudik tahun ini menjadi yang paling ditunggu-tunggu karena pemerintah untuk pertamakalinya tak mengeluarkan aturan ketat terkait penanganan Covid-19.

Sayangnya, di tengah kelonggaran tersebut, kasus Covid-19 justru melonjak sangat tinggi.

Selain lonjakan kasus yang disebutkan mencapai 300 persen, kecemasan juga muncul karena mulai ditemukannya kasus yang melibatkan subvarian baru dari Covid-19.

Lalu, apa yang harus dilakukan?

Melonjak

Dikabarkan sebelumnya, dalam sehari, terjadi penambahan 904 kasus Covid-19 di Indonesia.

Data ini dirilis oleh Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 pada Minggu (16/4/2023).

Jumlah total kasus virus corona sejak pandemi dimulai pada 2 Maret 2020 hingga kini mencapai 6.757.445 kasus.

Kasus aktif Covid-19 di Tanah Air juga mengalami peningkatan.

Baca Juga: Perbandingan Situasi saat Wabah Flu Spanyol dan Covid 19 di Indonesia

Pada periode yang sama, ada tambahan 352 kasus aktif. Total kasus aktif saat ini adalah 9.041 kasus.

Kenaikan kasus Covid-19 ini terjadi setelah beberapa bulan sebelumnya angka penambahan kasus harian dan aktif relatif rendah.

Biasanya, hanya ada 200-300 kasus baru dan kurang dari 100 kasus aktif per hari.

Namun, kini angka kasus harian sudah mencapai 900 dan angka kasus aktif sudah mencapai 600.

Subvarian Arcturus: Apa yang Perlu Diketahui

Selain jumlah kasus yang melonjak, kekhawatiran juga mencuat seiring dengan munculnya subvaarian baru yang bahkan dikabarkan sudah mulai masuk ke Indonesia.

Subvarian yang dimaksud adalah Arcturus yang tidak lain merupakan subvarian dari varian Omicron yang telah terdeteksi di beberapa negara, termasuk Indonesia.

Subvarian ini memiliki kode XBB.1.16 dan memiliki beberapa mutasi yang berbeda dari varian Omicron induknya.

Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), subvarian Arcturus sudah ada di Indonesia sejak akhir Maret 2023.

Jumlah pasien yang terkonfirmasi terinfeksi subvarian ini ada sebanyak dua kasus hingga saat ini. Kedua pasien tersebut berasal dari Jakarta dan Bali.

Gejala yang ditimbulkan oleh subvarian Arcturus tidak jauh berbeda dari varian Omicron lainnya.

Baca Juga: Refleksi Terkait Wabah Covid-19 di Indonesia yang Harus Anda Tahu

Gejala umumnya meliputi batuk, pilek, sakit tenggorokan, demam, kehilangan penciuman dan perasaan, serta sakit kepala.

Namun, gejala ini bisa bervariasi dari ringan hingga berat, tergantung pada kondisi kesehatan dan imunitas masing-masing individu.

Namun, selain menimbulkan gejala yang "biasa", subvarian Arcturus juga memunculkan gejala baru yaitu mata merah.

Mata merah pada pasien Covid-19 subvarian Arcturus diduga disebabkan oleh peradangan pada konjungtiva, yaitu lapisan tipis yang melapisi bagian putih mata dan kelopak mata.

Peradangan ini bisa terjadi karena virus Covid-19 menyerang sel-sel konjungtiva atau karena reaksi imun tubuh terhadap virus.

Untuk mencegah penularan subvarian Arcturus, langkah-langkah pencegahan yang sama dengan varian Omicron lainnya tetap berlaku.

Hal ini meliputi menjaga jarak fisik, memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau hand sanitizer, menghindari kerumunan dan tempat tertutup, serta menjalani vaksinasi Covid-19 sesuai jadwal.

Baca Juga: Tabel Identifikasi Persamaan dan Perbedaan Flu Spanyol dan COVID-19