Intisari-Online.com - Pertanyaan seputar'buat refleksi terkait wabah di Indonesia'ada dihalaman 77 dalambukuSejarah kelas XI dalamKurikulum Merdeka.
Untuk dapat membuat refleksi terkait wabah di Indonesia, mungkin Anda perlu tahu dengan wabah yang ada di Indonesia.
Jika berbicara Batavia sejak masa kolonial Belanda, ada 3 jenis wabah:
1. Malaria
Malaria tercatat di Batavia sejak tahun 1733. Orang-orang Belanda sebelumnya tak mengetahui kondisi alam Batavia yang tropis.
Imbasnya, banyak dari mereka yang terjangkit penyakit ini. Bahkan dipercayai bahwa malaria menjadi salah satu penyebab runtuhnya VOC. Salah satu faktor utama terjadinya wabah tersebut adalah kebiasaan buruk masyarakat yang abai terhadap sanitasi.
Saat itu, kebanyakan rumah di Batavia tidak memiliki kakus atau kamar mandi, sehingga limbah domestik mereka dibuang ke kanal begitu saja. Penanganan wabah saat itu dipelopori oleh Gubernur Jenderal VOC, Gustaaf Willem van Imhoff yang memindahkan pusat pemerintahan dan permukiman ke daerah selatan.
2. Cacar
Baca Juga: 5 Tahapan Penelitian Sejarah yang Perlu Dilakukan oleh Siswa
Cacar merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus variola.
Pada 1644, cacar menjadi salah satu wabah yang paling pertama tercatat ada di Batavia, kemudian penyakit tersebut menyebar ke seantero Jawa, bahkan Hindia Belanda.
Langkah penanganan penyakit ini dilakukan VOC dan pemerintah kolonial melalui metode variolasi sebelum akhirnya vaksin ditemukan.
Vaksin cacar ditemukan pada akhir abad ke 18 dan digunakan di Batavia pada awal abad ke 19.
3.Penyakit Kolera
Kolera muncul di musim kemarau. Penyebabnya yaitu pendangkalan air sungai, sehingga masyarakat kesulitan mendapatkan air bersih dan menjaga kebersihan diri. Guna menangani wabah kolera saat ini, pemerintah kolonial Belanda menerapkan berbagai kebijakan, diantaranya:mendirikan beberapa instansi kesehatan, seperti rumah sakit dan jawatan kesehatan sipil.
Selanjutnya memperbaiki kondisi sanitasi yang ada di permukiman penduduk dan melaksanakan vaksinasi.
Wabah Terbaru Covid-19
Sementara itu,disebabkan oleh coronavirus jenis baru yang diberi nama SARS-CoV-2.
Virus iniawal mulanya terdeteksi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada bulan Desember 2019.
Baca Juga: Perbandingan Situasi saat Wabah Flu Spanyol dan Covid 19 di Indonesia
Kemudian oleh WHO ditetapkan sebagai pandemi global pada 11 Maret 2020.
Kasus yang dikonfirmasi di luar daratan Tiongkok termasuk 3 wanita dan 1 pria di Thailand, dua pria di Hong Kong, dua pria di Vietnam, satu pria di Jepang, satu wanita di Korea Selatan, satu pria di Singapura, satu wanita di Taiwan dan satu pria di Amerika Serikat.
Kasus COVID-19 pertama di Indonesia terdeteksi pada tanggal 2 Maret 2020.
Pada September 2021, pemerintah mengklaim telah mencatat rasio positif terendah sebesar 3,05%, jauh di bawah angka 30-40% yang tercatat pada lonjakan gelombang kedua di bulan Juli 2021.Rasio pada bulan September tersebut telah memenuhi standar minimum rasio positif WHO yang berada di angka 5%. Meski begitu, epidemiolog dari Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan bahwa standardisasi pelacakan kontak dan tes Covid-19 yang sudah ditetapkan pemerintah masih belum berjalan dengan baik di lapangan.Implementasi pelacakan kontak yang sesuai dengan standar WHO hanya terjadi di DKI Jakarta.Sementara itu, untuk daerah-daerah di luar DKI Jakarta pelacakan kontak masih banyak yang belum berjalan sebagaimana mestinya, baik dari segi standar tes maupun pelacakan.
Baca Juga: Tabel Identifikasi Persamaan dan Perbedaan Flu Spanyol dan COVID-19
(*)