Find Us On Social Media :

Naik Takhta Dengan Merebut Dari Keponakannya, Inilah Yongle Kaisar China yang Eksekusi 2.800 Selirnya

By Afif Khoirul M, Minggu, 16 April 2023 | 17:15 WIB

Ilustrasi - Kaisar Yongle eksekusu 2.800 selirnya di kota terlarang.

Intisari-online.com - Tiongkok kuno menyimpan banyak kisah mengenai kaisar China.

Ada sosok yang bijak dan ada pula yang kejam dan tak kenal ampun.

Salah satu kaisar yang paling terkenal dan berpengaruh adalah Yongle, penguasa ketiga dari Dinasti Ming.

Yongle bukanlah pewaris sah takhta, melainkan seorang pemberontak yang berhasil mengalahkan keponakannya dalam sebuah kudeta berdarah.

Namun, di balik latar belakangnya yang kontroversial, Yongle juga merupakan seorang pemimpin yang visioner dan ambisius, yang mampu membawa Tiongkok ke puncak kemegahan dan kemajuan.

Yongle lahir pada tahun 1360 dengan nama Zhu Di, putra keempat dari Kaisar Hongwu, pendiri Dinasti Ming.

Ia tumbuh dalam lingkungan yang baik ketika Dinasti Ming sedang pada masa jayanya.

Ayahnya mendidiknya dan saudara-saudaranya dengan pendidikan yang memadai, mereka juga dianugerahi gelar kepangeranan dan wilayah kekuasaan.

Zhu Di sendiri mendapat gelar Pangeran Yan dan menguasai Beiping (sekarang Beijing) dan wilayah Hebei.

Dengan kehebatan militer dan sifat agresifnya, Zhu Di sangat tepat untuk menahan Tiongkok Utara dari serangan Mongol.

Pada tahun 1398, Kaisar Hongwu meninggal dunia dan digantikan oleh cucunya, Zhu Yunwen, yang diberi gelar Kaisar Jianwen.

Baca Juga: Inilah Lingchi, Hukuman Mati Dengan Seribu Luka Warisan Kaisar China Pertama Qin Shi Huang

Zhu Yunwen adalah putra sulung dari Zhu Biao, putra mahkota yang meninggal lebih dulu dari ayahnya.

Menurut tradisi Konfusianisme, putra sulung diharapkan naik takhta.

Namun, Zhu Yunwen merasa terancam oleh pamannya-pamannya yang memiliki kekuatan militer yang besar. Ia pun mulai merampas tanah, kekuasaan, dan pasukan mereka.

Zhu Di tidak tinggal diam. Ia berpura-pura sakit jiwa sambil merencanakan pemberontakan terhadap keponakannya.

Pada tahun 1399, Zhu Di membunuh dua perwira Kaisar Jianwen, pukulan pertama dalam pemberontakannya.

Musim gugur tahun itu, Kaisar Jianwen mengirim 500.000 pasukan melawan tentara Beijing.

Zhu Di dan pasukannya sedang berpatroli di tempat lain. Ia pun terpaksa mundur ke utara untuk mengumpulkan pasukan baru.

Setelah tiga tahun perang saudara yang sengit, Zhu Di akhirnya berhasil mengepung Nanjing, ibu kota Dinasti Ming saat itu.

Ia menyerbu istana dan membakarnya hingga rata dengan tanah.

Kaisar Jianwen diduga tewas dalam kebakaran itu, meskipun ada rumor bahwa ia selamat dan hidup sebagai biksu.

Zhu Di naik takhta sebagai Kaisar Yongle pada tahun 1402. Ia menghapus semua jejak dari pemerintahan Jianwen dan mengklaim bahwa ia adalah pewaris sah dari ayahnya.

Baca Juga: Hubungann Dinasti Yuan dan Nusantara, Kisah Kaisar China Khubilai Khan Ketika Mendekati Para Raja di Kepulauan Melayu

Ia juga memindahkan ibu kota dari Nanjing ke Beijing pada tahun 1403.

Kemudian memerintahkan pembangunan Kota Terlarang sebagai istana baru bagi dirinya dan keluarganya.

Kota Terlarang adalah kompleks istana terbesar di dunia, yang mencakup lebih dari 900 bangunan dengan 9.000 ruangan.

Selain membangun Kota Terlarang, Yongle juga melakukan berbagai proyek ambisius lainnya.

Namun di balik prestasinya, pemerintahan Yongle juga meninggalkan sisi mengerikan yang dapat dibaca sampai kini melalui catatan selirnya yang bernama Nona Cui.

Tahun 1421, setelah peresmian Kota Terlarang yang luasnya 720 ribu meter persegi, mencakup dari 9 kawasan dan memiliki 9.999 kamar, salah seorang selir terkasihnya bunuh diri karena berselingkuh dengan kasim istana.

Perselingkuhan itu terjadi karena Kaisar Yongle menderita impoten.

Bagi Kaisar Yongle, perselingkuhan itu adalah penghinaan tiada tara bagi harga dirinya.

Dalam tradisi di Tiongkok, Kaisar konon diyakini sebagai keturunan dewa yang mesti dijungjung tinggi.

Maka untuk menutupi aibnya, Sang Kaisar memenggal mati 2.800 orang wanita selirnya.