Find Us On Social Media :

Kisah Perlawanan Ulama Madura terhadap Penjajah Belanda di Bulan Ramadhan 'Jihad Fisabilillah untuk Menegakkan Islam dan NKRI'

By Afif Khoirul M, Selasa, 11 April 2023 | 03:35 WIB

Ilustrasi - Ulama Madura melawan Belanda.

Selain itu mereka juga mengambil pelajaran dari sejarah Islam, bahwa Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya pernah berperang melawan musuh-musuh Islam di bulan Ramadhan, seperti dalam Perang Badar dan Perang Khandaq.

Perlawanan ulama Madura dimulai dengan menggelar rapat akbar di Pamekasan, ibu kota Madura saat itu.

Rapat akbar tersebut dihadiri oleh para ulama dari seluruh Madura.

Seperti KH. Abdul Wahab Hasbullah, KH. Ahmad Dahlan, KH. Abdul Karim Opoq, KH. Muhammad Zainuddin Fanani, KH. Muhammad Nuruddin Amin, KH. Muhammad Sholeh Darat, dan lain-lain.

Rapat akbar tersebut menghasilkan keputusan yang tegas dan historis, yaitu:

"Bagi umat Islam laki-laki dan perempuan wajib hukumnya ikut perang jihad fisabilillah mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia dan mengusir penjajah Belanda dari Madura."

Keputusan tersebut langsung disampaikan kepada masyarakat Madura melalui mimbar-mimbar masjid dan pesantren.

Para ulama juga membentuk pasukan-pasukan perlawanan yang terdiri dari santri-santri dan rakyat biasa yang bersenjatakan bambu runcing, golok, tombak, parang, dan senapan-senapan sisa perang dunia kedua.

Pasukan-pasukan perlawanan tersebut diberi nama-nama seperti Hizbullah (Partai Allah), Sabilillah (Jalan Allah), Mujahidin (Prajurit Allah), Ansor (Penolong), Barisan Pemuda Islam (BPI), Barisan Pemuda Muslimin (BPM).

Mereka bergerak dari berbagai wilayah di Madura, seperti Pamekasan, Sumenep, Bangkalan, dan Sampang.

Perlawanan ulama Madura terhadap penjajah Belanda mencapai puncaknya pada tanggal 28 Juli 1947, ketika pasukan Belanda menyerang Pamekasan dari arah utara dan selatan.

Pasukan Belanda yang berjumlah sekitar 2.000 orang bersenjatakan tank, meriam, mortir, dan pesawat tempur.