Kisah Prabu Brawijaya V, Raja Terakhir Majapahit yang Moksa di Gunung Lawu Lalu Menjadi Legenda

Afif Khoirul M

Penulis

Ilustrasi - Prabu Brawijaya V raja terakhir Majapahit yang Moksa di Gunung Lawu

Intisari-online.com - Prabu Brawijaya V adalah raja terakhir Kerajaan Majapahit, yang memerintah dari tahun 1468 hingga 1478.

Ia adalah putra dari Prabu Bratanjung, dan memiliki banyak selir dan anak, di antaranya Raden Patah, Batara Katong, Arya Damar, dan Bondan Kejawen.

Prabu Brawijaya V menghadapi berbagai tantangan dan konflik selama masa pemerintahannya, baik dari dalam maupun dari luar kerajaan.

Ia juga menyaksikan perubahan besar di Nusantara, yaitu masuknya agama Islam yang dibawa oleh para ulama dan wali.

Pada akhir hayatnya, Prabu Brawijaya V memutuskan untuk meninggalkan tahta dan pergi ke Gunung Lawu untuk mencari ketenangan rohani.

Gunung Lawu adalah salah satu gunung suci di Jawa, yang terletak di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Di sekitar Gunung Lawu terdapat Candi Sukuh dan Candi Cetho, yang menunjukkan ikatan erat dengan Kerajaan Majapahit.

Gunung Lawu juga memiliki tiga puncak, yaitu Hargo Dalem, Hargo Dumiling, dan Hargo Dumilah.

Ketiga puncak ini diyakini sebagai tempat paling sakral di tanah Jawa, dan sering dikaitkan dengan legenda Prabu Brawijaya V.

Menurut cerita rakyat, Prabu Brawijaya V pergi ke Gunung Lawu setelah mendengar kabar bahwa Raden Patah, putranya yang memeluk Islam, sedang memimpin penyerbuan ke Majapahit.

Prabu Brawijaya V ingin meminta bantuan dari kerajaan Bali untuk melawan Raden Patah.

Baca Juga: Begini cara Kerajaan Majapahit Terapkan Pajak Progresif yang Adil

Namun, dalam perjalanan, ia bertemu dengan Sunan Kalijaga, salah satu wali yang berusaha mengislamkannya.

Sunan Kalijaga berhasil meyakinkan Prabu Brawijaya V untuk tidak melanjutkan niatnya ke Bali, dan mengajaknya untuk bertapa di Gunung Lawu.

Di Gunung Lawu, Prabu Brawijaya V melakukan dialog legendaris dengan Sunan Kalijaga.

Ia meminta Sunan Kalijaga untuk mengasuh anak cucunya, terutama Bondan Kejawen yang akan menjadi leluhur raja-raja Mataram.

Ia juga meramalkan bahwa Bondan Kejawen akan menurunkan pemimpin tanah Jawa.

Setelah dialog itu, Prabu Brawijaya V melanjutkan pertapaannya di puncak Gunung Lawu yang bernama Hargo Dalem.

Di sana, ia melakukan proses moksa, yaitu melepaskan diri dari ikatan dunia dan mencapai kesempurnaan rohani.

Moksa Prabu Brawijaya V di Hargo Dalem merupakan akhir dari kejayaan Majapahit dan awal dari perkembangan Islam di Nusantara.

Hingga kini, Hargo Dalem masih dianggap sebagai tempat bersemayamnya roh Prabu Brawijaya V.

Namun, misteri menghilangnya jasad atau makam Prabu Brawijaya V tidak pernah terpecahkan.

Ada yang mengatakan bahwa ia dimakamkan di Trowulan, bekas ibukota Majapahit.

Ada juga yang mengatakan bahwa ia tidak meninggalkan jasad atau makam sama sekali.

Baca Juga: Bukan Sriwijaya Atau Majapahit, Ternyata Kerajaan Inilah yang Punya Pelabuhan Cikal Bakal Masuknya Penjajah Eropa ke Nusantara

Kisah Prabu Brawijaya V memiliki makna dan pesan yang mendalam bagi sejarah dan budaya Nusantara.

Ia merupakan simbol dari peralihan zaman, dari Hindu-Buddha ke Islam, dari Majapahit ke Mataram.

Ia juga merupakan contoh dari seorang pemimpin yang bijaksana, yang mampu mengakui perubahan dan menyerahkan kekuasaannya dengan damai.

Ia juga merupakan inspirasi bagi masyarakat sekitar Gunung Lawu, yang menghormatinya sebagai tokoh suci dan legendaris.

Kisah Prabu Brawijaya V layak untuk dikenang dan dipelajari oleh generasi-generasi selanjutnya.

*Artikel ini dibuat dengan bantuan Ai

Artikel Terkait