Prosesi puncak Semana Santa terjadi pada Jumat Agung, saat patung Tuan Ma yang mengenakan jubah biru tua dan Tuan Ana yang mengenakan jubah merah diarak mengelilingi Kota Reina (Larantuka) dengan menggunakan perahu-perahu hias.
Umat Katolik mengikuti arak-arakan ini dengan berjalan kaki sambil menyanyikan lagu-lagu pujian dalam bahasa Portugis kuno.
Tradisi Semana Santa di Larantuka tidak bisa lepas dari kisah Tuan Ma yang melegenda. Menurut hikayat yang diturunkan secara lisan, patung Tuan Ma ditemukan oleh seorang bocah dari suku Resiona di tepi laut sekitar 500 tahun silam.
Patung itu kemudian diserahkan kepada neneknya dan ditahtakan di rumah adat sebagai benda keramat.
Ketika misionaris Portugis datang ke Larantuka pada abad ke-16, mereka mengenalkan agama Katolik kepada penduduk setempat dan menjelaskan bahwa patung itu adalah perwujudan Bunda Maria.
Mereka juga menemukan tulisan "Santa Maria Reinha Rosari" (Santa Maria Ratu Rosario) yang terbuat dari kerang-kerang di dekat patung itu.
Sejak saat itu, patung Tuan Ma menjadi lambang iman Katolik di Larantuka dan menjadi pusat perayaan Semana Santa setiap tahunnya.
Sejarah Kerajaan Larantuka
Kerajaan Larantuka adalah salah satu kerajaan tertua di Indonesia yang berlokasi di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.
Kerajaan ini memiliki sejarah yang erat kaitannya dengan pengaruh agama Kristen Katolik yang dibawa oleh bangsa Portugis sejak abad ke-16. Kerajaan Larantuka juga dikenal sebagai kerajaan Kristen pertama dan terakhir di Nusantara.
Menurut sumber sejarah, Kerajaan Larantuka didirikan pada abad ke-14 Masehi dan merupakan salah satu wilayah yang berhasil ditaklukkan oleh Kerajaan Majapahit.