Find Us On Social Media :

Ini 5 Peristiwa Unik Pada Bulan Ramadhan yang Dialami Oleh Presiden Soekarno, Nyaris Tertembak Hingga Buka Puasa di Istana

By Afif Khoirul M, Minggu, 2 April 2023 | 19:45 WIB

Ilustrasi - Presiden Soekarno ketika bulan Ramadhan.

Intisari-online.com  - Soekarno adalah presiden pertama Indonesia yang juga dikenal sebagai proklamator kemerdekaan.

Selain itu, Soekarno juga dikenal sebagai sosok yang dekat dengan rakyat dan menghormati tradisi-tradisi Islam, termasuk di bulan Ramadhan.

Berikut adalah beberapa kisah menarik tentang Soekarno dan tradisi Ramadhan yang jarang diketahui.

1. Soekarno dan Sahur di Rumah Laksamana Maeda

Pada 16 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta diculik oleh sekelompok pemuda yang ingin mempercepat proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Setelah dibawa ke Rengasdengklok, mereka akhirnya dibawa kembali ke Jakarta oleh Mr. Achmad Soebardjo.

Di Jakarta, mereka menuju rumah Laksamana Tadashi Maeda, seorang perwira Angkatan Laut Jepang yang bersimpati dengan perjuangan Indonesia.

Di rumah Maeda, Soekarno dan Hatta menyusun teks proklamasi bersama para tokoh lainnya.

Setelah perundingan yang panjang, mereka menyantap sahur di rumah Maeda dengan menu seadanya yang disiapkan oleh asisten rumah tangga Maeda.

Menu yang disantap oleh Soekarno dan Hatta adalah telur, sarden, dan roti, tanpa nasi.

Sahur di bulan Ramadhan itu menjadi peristiwa bersejarah karena beberapa jam setelahnya Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Baca Juga: Begini Sejarah Indonesia Boikot Israel, Semua Berawal Dari Konsistensi Presiden Soekarno Ini

2. Soekarno dan Buka Puasa di Istana

Soekarno tidak hanya sahur bersama rakyat, tetapi juga buka puasa bersama rakyat.

Salah satu tradisi yang dilakukan oleh Soekarno adalah mengundang para ulama, tokoh masyarakat, pejabat negara, dan rakyat biasa untuk buka puasa bersama di istana.

Menurut buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia karya Cindy Adams, Soekarno sering menggelar jamuan buka puasa di istana dengan hidangan sederhana seperti kolak pisang, kurma, teh manis, dan air putih.

Soekarno juga tidak segan-segan berbaur dengan tamu-tamu yang datang dari berbagai lapisan masyarakat.

Ia bahkan sering memberikan pidato singkat atau ceramah agama di depan para tamu.

3. Soekarno dan Peristiwa Bersejarah di Bulan Ramadhan

Selain sahur dan buka puasa bersama rakyat, Soekarno juga mengalami beberapa peristiwa bersejarah di bulan Ramadhan.

Salah satunya adalah peristiwa penculikan ke Rengasdengklok yang telah disebutkan sebelumnya.

Selain itu, ada juga peristiwa penembakan terhadap Soekarno oleh seorang tentara Belanda bernama Raymond Westerling pada 18 Desember 1948 atau bertepatan dengan 10 Ramadhan 1368 Hijriah.

Peristiwa itu terjadi saat Soekarno sedang berada di Istana Yogyakarta untuk menandatangani surat keputusan pembentukan Dewan Pertahanan Nasional (DPN).

Baca Juga: Sholat Tarawih ala Soekarno, Sebuah Cerita Menarik yang Jarang Diketahui Publik

Beruntung, peluru Westerling tidak mengenai tubuh Soekarno melainkan hanya mengenai jasnya.

4. Soekarno sholat tarawih

Soekarno tidak hanya menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan, tetapi juga ibadah tarawih.

Soekarno sering mengunjungi masjid-masjid untuk melaksanakan shalat tarawih bersama rakyat.

Menurut buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia karya Cindy Adams, Soekarno pernah berangkat ke Masjid Istiqlal untuk shalat tarawih pada tahun 1966.

Ia mengenakan pakaian putih dan peci hitam. Di masjid, ia duduk di barisan depan bersama para ulama dan pejabat negara.

Kemudian, ia juga ikut membaca Al-Quran dan berdoa bersama jamaah. Setelah shalat tarawih, ia memberikan sambutan singkat yang mengharukan.

Setelah itu mengatakan bahwa ia merasa senang bisa beribadah bersama rakyat dan berharap agar Indonesia menjadi negara yang makmur dan sejahtera.

5. Soekarno dan Zakat Fitrah

Soekarno juga tidak lupa untuk membayar zakat fitrah di akhir bulan Ramadhan.

Zakat fitrah adalah kewajiban bagi setiap muslim yang mampu untuk membantu orang-orang yang membutuhkan. Menurut buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia karya Cindy

Adams, Soekarno pernah membayar zakat fitrah sebesar Rp 1000 per orang pada tahun 1966. Jumlah itu cukup besar pada saat itu.

Beliau membayar zakat fitrah untuk dirinya sendiri, istrinya Fatmawati, dan anak-anaknya Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh.

Lalu beliau juga membayar zakat fitrah untuk para pembantunya di istana. Ia menyerahkan uang zakat fitrah tersebut kepada Ketua Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang datang ke istana.