Find Us On Social Media :

Sunan Kalijaga: Nama Asli dan Strategi Dakwah yang Digunakannya

By Mentari DP, Selasa, 21 Februari 2023 | 19:30 WIB

Cara dakwah yang dilakukan Sunan Kalijaga.

Intisari-Online.com - Lahir pada sekitar tahun 1450 M di Tuban, Raden Said dikenal sebagai salah satu dari sembilan Wali Songo.

Dia wafat pada abad ke-16 M. sekitar tahun 1580 M.

Di zaman sekarang, kita mengenalnya dengan nama Sunan Kalijaga.

Sama dengan Wali Songo lainnya, dia juga bertugas untuk menyebarkan Islam di tanah Jawa.

Dia menyebarkan ajaran Islam dengan dakwah yang baik. Misalnya melalui kegiatan pemerintahan, keagamaan, maupun kesenian.

Bahkan Sunan Kalijaga menjadi salah satu wali yang bersama-sama membangun Masjid Agung Demak bersama beberapa wali yang lain.

Sebagaimana halnya pola dakwah yang dilakukan oleh Wali Songo sebelumnya, Sunan Kalijaga mengenalkan Islam kepada masyarakat Jawa dengan pelan-pelan.

Hal tersebut dilakukan agar masyarakat tidak kaget dengan perubahan kebudayaan Islam yang dibawa olehnya.

Dia berusaha untuk tidak menyinggung atau langsung secara frontal menggantikan keyakinan yang mereka anut dengan ajaran Islam.

Tidak jarang Sunan Kalijaga memodifikasi upacara-upacara adat, tata cara atau budaya yang selama ini berkembang dengan corak Hindu-Buddha dengan menyisipkan nilai-nilai Islam kedalamnya.

Dengan strategi ini, Sunan Kalijaga tidak langsung menghilangkan unsur-unsur dan corak kebudayaan lama yang sudah berkembang sebelumnya.

Baca Juga: Strategi Dakwah Sunan Kudus Untuk Menarik Umat Hindu-Buddha Masuk Islam

Sehingga masyarakat pun juga tidak resisten dan melakukan penolakan terhadap ajaran baru yang dibawa oleh Sunan Kalijaga.

Menurutnya, ajaran Islam harus disampaikan kepada masyarakat sedikit demi sedikit.

Apalagi syarat untuk masuk Islam yang begitu mudah, yakni hanya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.

Oleh karenanya, ajaran Islam pun dapat diterima oleh masyarakat.

Kesimpulannya adalah segala hal yang berasal dari kebudayaan lama dengan corak Hindu-Buddha, masih diadopsi dan dijadikan sebagai media dakwah oleh Sunan Kalijaga.

Tujuannya untuk memasukkan ajaran Islam ke dalam kehidupan masyarakat Jawa.

Sebut saja peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Yogyakarta, yang sampai saat ini masih dilestarikan dengan tradisi Sekaten dan Grebeg Maulid.

Konon katanya nama sekaten berasal dan kalimat syahadatain yang artinya dua kalimat syahadat.

Sunan Kalijaga disebutkan memanfaatkan tradisi Grebeg tersebut yang dipadukan dengan perayaan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan corak khas Yogyakarta.

Sebab saat masyarakat sudah berkumpul untuk merapayakan grebeg tersebut, ia akan memasukan ajaran-ajaran Islam kepada masyarakat.

Baca Juga: Moh Limo, Ajaran Dakwah Sunan Ampel pada Masa Kerajaan Majapahit